TRIBUNJATIM.COM - Gegara ikut sunatan massal, bocah berusia 6 tahun malah kencing bercabang lima.
Kini sungguh pilu nasib AL, bocah berusia 6 tahun yang diduga menjadi korban malapratik.
Tidak kunjung sehat setelah ikut sunatan massal, bocah satu ini malah kencing bercabang lima.
Kondisinya kini memprihatikan lantaran kencing jadi bercabang lima dan merasa sakit usai ikut sunatan massal di kantor camat.
Membuat sang ibu bernama Rusmiati (40) warga Jakabaring, Palembang ini membuat laporan ke Polrestabes Palembang.
Dihadapan petugas, Rusmiati mengatakan, kejadian tersebut bermula saat anaknya mengikuti sunatan massal di kantor Camat Jakabaring pada Rabu (3/7/2024) yang lalu.
Setelah disunat, terjadi hal yang aneh kepada anaknya karena saat buang air kecil menjadi bercabang.
"Awalnya anak saya ini ikut sunat masal pak, seperti anak-anak yang lain. Nah pas anak saya pipis, maaf punya anak saya ini lubangnya banyak hingga 5 lubang, dan hingga saya laporkan masih ada 2 lubang pak," katanya kepada petugas.
Rusmiati mengaku sudah mendatangi pihak penyelenggara sunat massal tersebut, namun hanya diobati, bahkan anaknya tersebut harus dioperasi namun hingga kini belum terealisasi.
"Katanya akan dijadwalkan mau operasi, namun belum hingga saat ini. Oleh itu saya melapor ke sini ," ungkapnya.
Rusmiatipun menerangkan, tak hanya bercabang, saat buang air kecilpun anaknya merasa sakit.
"Sakit pak anak saya bilang saat pipis," katanya.
Sementara, KA SPKT Polrestabes Palembang, AKP Hery membenarkan adanya laporan orang tua korban Rusmiati terkait UU Kesehatan.
"Laporan sudah kita terima dan akan ditindaklanjuti oleh petugas Pidsus Polrestabes Palembang, " ungkapnya.
Nasib serupa juga dialami oleh seorang bocah berusia 9 tahun di Wakatobi.
Akibat sunat laser, nasib pilu dialami bocah lelaki MR (9) di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
MR diduga menjadi korban sunat laser dari rumah sakit apung yang beroperasi di Jembatan Kaledupa, Wakatobi.
Kini sang ibu kebingungan karena kondisi bocah malang tersebut tak membaik setelah operasi.
Melati (bukan nama sebenarnya) menceritakan awal kejadian tragis yang menyebabkan area vital anaknya sudah tidak seperti semula.
Ia menyebut, pada Jumat (4/10/2024) lalu, MR hendak sunat laser di rumah sakit apung yang hanya beroperasi beberapa hari.
Karena menganggap adanya fasilitas yang memadai, sehingga Melati mempercayakan petugas medis di rumah sakit tersebut bekerja untuk sunat laser anaknya.
Melati pun menemani, bahkan menunggu dan berada di dekat anaknya sehingga menyaksikan proses sunat laser dilakukan.
Kata Melati, MR awalnya disuntik sebanyak dua kali.
Setelah itu dipotong bagian kulit luarnya untuk dibersihkan sebelum dilaser.
Melati melihat ada dua perawat lainnya yang tetiba berceletuk, 'Dia hitam (sambil mengarah ke bagian kelamin anak)'.
Tak lama kemudian, mereka pun memanggil dokter untuk melihat kondisi sang anak.
Menurut Melati, anaknya baik-baik saja sebelum dilakukan sunat laser.
Namun tetiba, dokter pun mengatakan jika MR memiliki kelainan.
Melati yang minim pemahaman tidak mengerti maksud sang dokter.
Namun dari yang disaksikannya, kelamin anaknya pada bagian ujung terlihat berwarna putih.
Sementara itu, seseorang yang disebutkan Melati adalah Kepala Rumah Sakit, juga ikut berkomentar.
Kata orang tersebut, si anak sering kencing dengan volume urine sedikit.
Hal itupun dibenarkan sang ibu, namun menurutnya bahwa pada dasarnya MR sejak kecil sudah terbiasa kencing sedikit.
Tidak lama, perawat langsung bergerak dengan mengambil kateter dan dipasang pada ujung kelamin MR.
"Dokter bilang ini anak ada tersumbat (bagian kelamin). Saya tanya lagi, apakah tidak apa jika dipasang kateter? Karena saya juga awam. Tapi dokter bilang tidak apa-apa," jelas Melati.
Melati masih menyaksikan sang anak dalam penindakan medis.
Ia pun melihat dokter memotong kelamin sang anak lalu kembali dijahit.
Sayangnya, kondisi MR tak membaik setelah insiden tersebut.
Melati pun tak diberi penjelasan rinci mengenai kondisi anaknya.
Sampai pada akhirnya, perawat langsung membawa MR ke RS Buranga yang masih ada di Kaledupa, Wakatobi.
Di sana, dokter menganjurkan untuk Melati selalu mengompres bagian vital anaknya dengan air hangat selama 30 menit.
"Saya dikasih juga obat," tuturnya.
MR sampai dua hari dirawat di RS Buranga, MR lantas dibawa ke RS Ambeua.
"Total selama tiga hari saya dan anak saya di sana. Kami disuruh pulang ke rumah saat itu kondisi kelamin MR bengkak," jelasnya.
Melati pun menuruti permintaan dokter dan pulang ke rumah.
Selama dua hari di rumah, mereka tetap menjalani kontrol di RS Ambeua.
Hingga pada hari ke-17 pada Sabtu (19/10/2024), nasib MR masih tidak ada kejelasan dengan kondisi kesehatannya.
Mereka kini berada di Pulau Wangiwangi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Alhasil dari rujukan dokter di RS Ambeua Kaledupa, Melati membawa anaknya lagi ke RSUD Wakatobi di Pulau Wangiwangi.
Mereka sampai menumpang ke rumah orang agar bisa tinggal di Wangiwangi untuk beberapa saat.
Setibanya di RSUD, mereka diarahkan untuk rujuk ke Kota Kendari atau Bau-Bau.
Sayangnya Melati kebingungan untuk bisa menindaklanjuti rujukan tersebut karena keterbatasan oleh biaya.
"’Kami tidak mengikuti rujukan karena kondisi keuangan kami," kata ibu korban.
Sementara itu, pihak keluarga Melati terus berusaha mengontak pihak rumah sakit apung yang kini sementara berlayar di wilayah lainnya.
Kabarnya, mereka akan kembali untuk menindaklanjuti kondisi MR.
Selain itu, TribunnewsSultra.com juga berusaha mengonfirmasi pihak Dinas Kesehatan Wakatobi terkait permasalahan yang dihadapi Melati dan anaknya.
Namun sejauh ini belum ada jawab.