TIMESINDONESIA, MALANG – Komoditas perkebunan kopi lokal di Kabupaten Malang sedang prospek, menyusul harga kopi yang cenderung bagus. Akan tetapi, permintaan kopi dirasakan juga mulai sulit terpenuhi.
Di wilayah Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, tingginya harga kopi juga sudah banyak dialami. Dimana, petani menginginkan harga kopi bisa mencapai lebih dari Rp 80 ribu per kilogramnya.
Nurdiyanto, petani sekaligus pengolah biji kopi asal Desa Amadanom, Dampit, Kabupaten Malang, mengakui mulai kesulitan mendapatkan kopi beberapa waktu terakhir.
"Saat ini petani kopi yang lebih diuntungkan, dengan harga jual (biji) kopi yang lagi naik. Tiga bulan terakhir, memang sempat naik turun. Kadang Rp 64 ribu/kilogram, bisa juga mencapai Rp 70 ribu/kilogram," terang Nurdiyanto, ditemui TIMES Indonesia, Selasa (7/1/2025) sore.
Dibanding beberapa tahun sebelumnya, menurutnya harga jual kopi untuk petani cukup rendah, yakni kurang dari Rp 40 ribu/kilogram.
"Tetapi, ya itu, agak susah sekarang mendapatkan biji kopinya. Sepertinya petani masih berharap, menunggu harga jual lebih tinggi lagi. Memang bisa sampai Rp 85 ribu/kg. Jika murni biji kopi merah pilihan, maka bisa sampai Rp 95 ribu/kg," terangnya.
Nur memprakirakan, mulai sulitnya mendapatkan kopi dari petani masih akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan, yang diperkirakan hingga masa ramadan.
Apalagi, menurutnya saat ini belum musim panen produksi kopi. Di kebun-kebun kopi milik petani lokal Dampit dan sekitarnya, pohon kopi sedang musik kembang, untuk kemudian menjadi buah kopi. Termasuk, di dua lahan kebun kopi yang dikelolanya.
Dalam kondisi harga kopi sedang bagus ini, lanjutnya, pengolahan bijih kopi dan permintaan dari pelaku usaha kopi juga dirasakan mulai menurun beberapa waktu belakangan.
Ini dialami sendiri Nurdiyanto, yang juga menjalankan usaha sangrai kopi di kediamannya.
'Beberapa penjual kopi yang bisa memesan kopi di sini juga sudah tidak lagi. Ia mengaku, biasanya mendapatkan pesanan bubuk kopi sangrai dari tiga pemilik usaha asal Kota Batu, juga dari Kota Malang.
"Saya biasanya bisa memenuhi pesanan sampai 30 kilogram, tetapi sekarang lagi sepi. Para penjual kopi mengaku kesulitan, dengan harga kopi yang terus naik. Sementara, omset penjualan kopinya cenderung tetap," terangnya.
Agar harga kopi sangrai miliknya tetap bertahan, Nur mengaku harus menyiasati dengan cara lain. Seperti, mengurangi berat kopi kemasan kopi yang dijualnya, namun dengan sama atau lebih rendah dibanding biasanya.
"Kalau Saya mau saja mengambil kopi dari petani seharga Rp 72 ribu sampai 74 per kilogramnya. Lebih dari itu, tidak kuat. Tetapi, petani cenderung tidak menjual, tetap menunggu harga lebih tinggi," demikian pemilik kebun kopi di ekowisata kopi Amadanom Dampit ini. (*)