BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Tingginya curah hujan yang terjadi sejak beberapa pekan lalu berdampak negatif terhadap sebagian tanaman padi di Kabupaten Tanahlaut (Tala). Bahkan di antaranya ada yang mati akibat terlalu lama terendam total.
Merujuk data petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Tala, sawah yang terdampak pada Desember 2024 seluas 1.817,5 hektare. Sawah tersebar di delapan kecamatan. Hanya tiga kecamatan yang nihil yakni Batuampar, Jorong, dan Kintap.
Terluas di Kurau yakni 1.124 hektare. Disusul Pelaihari 297 hektare.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Tala M Fahrizal mengatakan saat ini air yang merendam sawah telah surut. Hanya tinggal di Kurau yang masih ada genangan karena pasang besar air laut. Selain itu ada limpahan air kiriman dari Batibati.
Petani di Kurau, Daham, Selasa (7/1), mengatakan air di sawah kecamatan tersebut masih tinggi. Ada yang setinggi paha bahkan pinggang orang dewasa.
“Di sini air lambat surut. Air dari hulu turunnya lewat sungai desa kami,” sebutnya.
Kades Kurau Anang Kadri mengatakan sebagian petani di desanya juga gagal tanam padi karena keduluan banjir. Sebagian lagi yang telah bercocok tanam, sebutnya, banyak yang mengalami kerusakan padi karena lama terendam.
Padi jenis unggul yang ditanam berbatang rendah sehingga mudah tenggelam. Apalagi usia tanaman baru sekitar satu bulan sehingga belum begitu tinggi. Rumpunnya juga belum kuat.
Petani lainnya, Wardani, mengatakan persawahan di Kurau kebanjiran sejak pertengahan Desember. Di kelompok taninya hanya sekitar sepuluh persen tanaman padi yang selamat, selebihnya banyak yang lunyut (rusak dan mati).
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Kurau dan Padangluas, Dias, ketika dikonfirmasi membenarkan genangan di persawahan dua desa tersebut masih tinggi.
Syahrida, petani lainnya mengatakan sawahnya di Desa Handilgayam juga belum bisa ditanami.
Sebagian petani di Kurau berencana segera melakukan penanaman kembali, namun dengan varietas padi tahun (lokal). Pertimbangannya untuk memperkecil risiko kembali tenggelam apabila curah hujan tinggi lagi.
Namun Kepala Distanhorbun Tala M Faried Widyatmoko menyarankan petani di Kurau untuk tetap menanam padi unggul. Kalaupun tidak menanam varietas unggul (R), setidaknya petani dapat memilih varietas padi unggul lokal seperti Siam Lani, Siam Cantik atau Siam Madu.
Ia mengatakan curah hujan tinggi telah berlalu sehingga penanaman varietas unggul lokal merupakan pilihan yang tepat. Dengan begitu petani masih bisa panen dalam waktu yang tidak terlampau lama. Selain itu harga jual padi unggul lokal seperti Siam Lani juga cukup tinggi.
Sedangkan lahan pertanian di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) sebagian besar merupakan rawa sehingga hanya bisa dilakukan tanam satu kali satu tahun yakni pada musim kemarau. Saat musim penghujan seperti saat ini warga mengalihfungsikan lahan untuk tempat mencari ikan atau dibiarkan saja karena akan terendam lama.
Meski demikian ada beberapa daerah yang bisa dilakukan tanam dua kali. Saat ini lahan pertanian yang belum memasuki masa panen namun sudah terendam ada di dua desa yaitu Pinangkara dan Mawarsari Kecamatan Amuntai Tengah. Luasnya sekitar 14 hektare.
Kepala Dinas Pertanian HSU Haridi merinci di Pinangkara 10 hektare dan di Murung Sari empat hektare.
Mengenai lahan petani yang terendam di Tala, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kalsel Syamsir Rahman mengaku sudah mendengarnya. Namun, ia memastikan hal tersebut sudah ditangani dinas pertanian kabupaten setempat.
“Kami minta masing masing kabupaten dulu memitigasinya, sesuai kewenangan agar kabupaten kota punya tanggung jawab,” ujarnya.
Selain Tala, Syamsir mengatakan lahan pertanian yang terdampak cuaca ada di Kabupaten Banjar, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Utara. (roy/nia/msr)