Sejarah Berdirinya Bukalapak, Tutup Marketplace Produk Fisik usai 15 Tahun Bertahan
GH News January 09, 2025 09:08 PM
JAKARTA - Bukalapak dimulai dari sebuah kamar kost kecil oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Fajrin Rasyid semasa berkuliah di Institut Teknologi Bandung. Bukalapak terus menjelma menjadi salah satu e-commerce terbesar di Indonesia hingga masuk ke dalam jajaran startup unicorn .
Pada tahun 2021 lalu, Presiden Direktur Bukalapak, Muhammad Rachmat Kaimuddin mengatakan, Bukalapak didirikan secara sederhana, tetapi dengan mimpi dan visi yang besar walaupun dimulai dari kamar kost kecil dengan modal Rp80.000. Bukalapak didirikan dengan mimpi untuk memberdayakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui teknologi.
"Kami bermimpi setiap orang bisa punya akses jual beli yang adil dan merata, kami ingin membantu terciptanya affair economy for all," ungkapnya.
Dalam perjalanannya Bukalapak berkembang menjadi platform all commerce dengan ekspansi ke lini bisnis online to offline (O2O), business to business (B2B), finansial, dan logistik.
PT Bukalapak.com Tbk. terus melakukan ekspansi ke berbagai lini bisnis lain, termasuk membantu meningkatkan penjualan para warung tradisional lewat layanan Mitra Bukalapak.
Sejarah Bukalapak
Didirikan pada tanggal 10 Januari 2010, setahun kemudian Bukalapak mendapatkan tambahan modal dari Batavia Incubator, perusahaan gabungan dari Rebright Partners yang dipimpin oleh Takeshi Ebihara, Japanese Incubator dan Corfina Group). Pada tahun 2012, Bukalapak menerima tambahan investasi dari GREE Ventures yang dipimpin oleh Kuan Hsu.
Pada bulan Maret 2014, Bukalapak mengumumkan investasi oleh Aucfan, IREP, 500 Startups, dan GREE Ventures yang merupakan bagian dari pendanaan Seri A. Pada Februari 2015, Bukalapak mendapatkan pendanaan Seri B dengan masuknya Grup Emtek yang memiliki stasiun televisi SCTV, Indosiar dan O Channel. Emtek masuk ke Bukalapak melalui anak perusahaannya yaitu PT Kreatif Media Karya (KMK Online) dengan nilai Rp439 miliar.
Pada Januari 2019, Bukalapak mengumumkan telah mendapat pendanaan dari Asia Growth Fund yang diprakarsai Mirae Asset dan Naver Corp. Meski menolak memberikan keterangan perihal jumlah dana yang diperoleh, namun Mirae Asset mengkonfirmasi nilainya mencapai USD50 juta atau sekitar Rp706 miliar.
Bukalapak sendiri mendapat dana dari Shinhan Financial Group Co Ltd dari Korea Selatan dengan nilai yang tidak disebutkan. Ini merupakan bagian dari pendanaan Seri F yang menggenjot valuasi Bukalapak hingga mencapai USD2,5 miliar atau sekitar Rp35 triliun.
Selain Shinhan GIB, Emtek dan sejumlah investor Bukalapak sebelumnya juga mengikuti pendanaan Seri F. Dalam laporan perusahaan Emtek yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tanggal 27 Mei 2019, PT KMK Online memiliki saham 35,17% saham di Bukalapak.
Pada Januari 2020, Rachmat Kaimuddin tampil sebagai CEO baru Bukalapak, menggantikan Achmad Zaky yang mengundurkan diri. Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid menyusul mengundurkan diri. Kepergian para pendiri Bukalapak diiringi dengan perubahan strategi perusahaan.
Pada 27 Juli 2021, Bukalapak resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). IPO Bukalapak sebesar USD1,5 miliar adalah yang terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, sekaligus pencatatan perdana saham pertama oleh unicorn teknologi di bursa efek di Asia Tenggara.
Namun, empat bulan berselang, Rachmat Kaimuddin mengundurkan diri demi mengejar kariernya di pemerintahan. COO Bukalapak, Willix Halim mengambil alih sebagai CEO.
Sepanjang 2022, Bukalapak membukukan laba bersih Rp1,983 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp1,672 triliun. Pada akhir tahun tersebut, jumlah mitra Bukalapak mencapai 16,1 juta, meningkat dari 11,8 juta dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada Oktober 2024, Bukalapak (BUKA) mengumumkan hasil keuangan yang tidak diaudit untuk kuartal pertama yang berakhir pada 30 September 2024.
Pendapatan 9M24 meningkat 2% YoY menjadi Rp3.400 miliar, EBITDA membaik menjadi -Rp68 miliar dan EBITDA Yang Disesuaikan tumbuh 55% menjadi -Rp193 miliar dibandingkan periode yang sama di tahun 2023.
Namun EBITDA yang Disesuaikan pada 3Q24 masih negatif di angka -Rp168 miliar yang mana tidak sejalan dengan target profitabilitas di tahun 2024.
Akuisisi dan Investasi
Oktober 2018, Bukalapak mengakuisisi perusahaan ecommerce barang bekas pakai bernama Prelo. Tujuan akuisisi pada perusahaan rintisan yang bermarkas di Bandung tersebut bertujuan memperoleh sumber daya manusia untuk Bukalapak.
Sepanjang 2021, Bukalapak dilaporkan mengakuisisi perusahaan digital lain, termasuk: PT Onstock Solusi Indonesia, PT Ayo Tech Indonesia, PT Kokatto Teknologi Global, Five Jack Co. Ltd, PT Cloud Hosting Indonesia, dan PT Belajar Tumbuh Berbagi.
Pada 4 April 2023, Bukalapak mengumumkan telah mengakuisisi seluruh saham situs pembanding harga asal Malaysia iPrice. Kesepakatan ini dilakukan melalui anak usaha Bukalapak, PT Recommerce Internasional Indonesia (RII).
Selain akuisisi, Bukalapak gencar berinvestasi di berbagai instrumen seperti deposito, saham, reksa dana, hingga entitas perusahaan.
Bukalapak Tutup Layanan Marketplace
Terbaru pada 2025, Bukalapak menyampaikan kabar yang mengejutkan usai menutup layanan marketplace per Selasa (7/1/2025). Penghentian produk fisik seperti barang elektronik, gadget, busana, dan sebagainya diganti dengan hanya menjual produk virtual seperti pulsa prabayar, token listrik, dan sebagainya.
"Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada produk virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace Bukalapak," tulis Bukalapak melalui web resminya.