Kisah Mata Air Kahuripan di Situs Megalitikum Gunung Padang
kumparanNEWS January 09, 2025 09:22 PM
Situs megalitikum Gunung Padang di Kampung Gunung Padang, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat tidak hanya menyajikan punden berundak. Ada juga Mata Air Kahuripan.
Mata Air Kahuripan yang berada tepat di sebelah kiri tangga utama menuju puncak Gunung Padang itu dipercaya oleh sebagian masyarakat memiliki khasiat.
Sebagian masyarakat yang berkunjung ke situs megalitikum itu, biasanya akan melakukan ritual di sana sebelum memutuskan naik ke puncak.
"Sebagian masyarakat atau pengunjung ada yang mempercayai jika mata air ini dapat memberikan khasiat atau manfaat, seperti untuk pengasihan atau enteng jodoh, sukses karir, media pengobatan dan keselamatan," kata Juru Pelihara Cagar Budaya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Bandung, Deni Aritonang, saat ditemui Kumparan di lokasi, Kamis (9/1).
Deni mengungkapkan, Mata Air Kahuripan kali pertama berbarengan dengan keberadaan situs prasejarah itu tidak pernah mengalami kekeringan. Meskipun dalam keadaan musim kemarau.
"Bahkan, airnya bisa langsung di minum atau konsumsi langsung tanpa harus di masak. Ada yang sengaja membawa pulang, untuk sekadar mempercayai khasiat atau manfaatnya," jelasnya.
Meskipun demikian, kata Deni, keberadaan mata air di sebelah kiri tangga utama itu diakui sebagai tempat membersihkan atau menyucikan tubuh.
"Dipercaya sebagai tempat untuk membersihkan atau menyucikan diri oleh para mereka yang hidup saat itu. Karena, Gunung Padang ini dipercaya sebagai tempat sakral," ujarnya.
Saat ini pengunjung diberikan pilihan untuk bisa sampai ke puncak melalui tangga.
"Tangga utama yang asli panjangnya 175 meter dengan 378 anak tangga dan kondisinya yang curam. Tapi saat ini pengunjung juga bisa menggunakan tangga yang dibangun pengelola untuk lebih memudahkan sampai di puncak," kata dia.
"Kondisinya lebih landai dengan panjang 300 meter dan 705 anak tangga," pungkasnya.
Kata Arkeolog UI
Arkeolog Universitas Indonesia (UI) Dr. Ali Akbar menyebut di Gunung Padang ada Piramida yang lebih tua dari Piramida di Mesir. Hal ini diketahui dari bebatuan yang terdapat di dalam Gunung Padang.
Ali menerangkan keberadaan situs yang lebih tua dari Piramida di Mesir diketahui dari riset penggalian bukit di Gunung Padang. Menurutnya bebatuan yang berada di permukaan Gunung Padang memang diperkirakan berasal dari 500 sebelum masehi (SM) yang artinya lebih muda dari usia Piramida di Mesir, tapi setelah dilakukan riset lebih dalam ternyata terdapat yang usianya lebih tua di Gunung Padang dan di dalam permukaan tanah.
"Riset di samping bukit-bukit itu kita perdalam ke dalam tanah ke dalam 2 meter. Nah di kedalaman 4 meter itu ketemu lapisan budaya yang lebih tua yang usianya 5.900 SM. Nah, itu yang lebih tua dari Piramida Mesir bahkan dari Ziggurat di Mesopotamia bangunan tertua di Mesopotamia di sekitar Irak sekarang seperti itu," tutur Ali kepada kumparan, Kamis (9/1).
Meski begitu ada perbedaan antara Piramida Mesir dengan yang ada di Gunung Padang. Di Gunung Padang, kata Ali, di Mesir batu yang membentuk piramida disusun di atas tanah datar, tapi di Gunung Padang batu itu disusun mengelilingi bukit yang sudah ada.