Menakar Dampak Industri Pertambangan: Peluang Ekonomi dan Tantangan Keberlanjutan di Indonesia
GH News January 10, 2025 09:05 AM
Jakarta (ANTARA) - Industri pertambangan kerap menjadi sorotan dalam diskusi pembangunan daerah di Indonesia. Sektor ini diakui memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian, namun di sisi lain menimbulkan tantangan tersendiri bagi keberlanjutan pembangunan jangka panjang. Dalam sebuah wawancara eksklusif, kami berbincang dengan Ibu Fitria Haquei, S.E., M.M., seorang dosen Program Studi S1 Manajemen di Universitas Primagraha, yang memiliki latar belakang akademis di bidang manajemen keuangan dan pemahaman mendalam mengenai dampak ekonomi industri pertambangan di Indonesia.
Saat membahas bagaimana sektor pertambangan berperan dalam perekonomian daerah, Ibu Fitria membuka wawancara dengan menyoroti peran strategis sektor ini. “Industri pertambangan memiliki kontribusi besar dalam perekonomian, khususnya di daerah yang kaya sumber daya alam. Hal ini terlihat jelas dari pendapatan asli daerah (PAD) yang signifikan serta pembukaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat,” jelasnya. Tambang seperti nikel, emas, batubara, dan timah telah menjadi tulang punggung bagi daerah-daerah tertentu di Indonesia, terutama yang jauh dari pusat-pusat ekonomi utama.
Menurut data terbaru, produksi nikel matte di Indonesia sepanjang tahun 2023 mencapai 70.728 ton, dengan penjualan yang sedikit lebih tinggi, yakni 71.108 ton. Angka ini meningkat sekitar 18% dibandingkan produksi tahun 2022, yang mencapai 60.090 ton. “Ini menunjukkan bagaimana sektor pertambangan tidak hanya berkontribusi secara langsung pada ekonomi lokal tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan ekspor dan pendapatan devisa,” kata Ibu Fitria.
Salah satu aspek yang paling menonjol dari industri pertambangan adalah kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Ibu Fitria menjelaskan bahwa dana yang diperoleh dari sektor ini umumnya dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, seperti jalan,
jembatan, fasilitas kesehatan, dan pendidikan. Contoh nyata adalah perusahaan tambang nikel besar seperti PT Vale Indonesia yang beroperasi di daerah-daerah seperti Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa. Dengan total wilayah operasional seluas 118.017 hektar, perusahaan ini telah menjadi motor penggerak utama dalam pembangunan daerah terpencil tersebut.
Namun, tantangan yang dihadapi pemerintah daerah dalam mengelola dana ini tidaklah mudah. “Seringkali, manajemen keuangan yang kurang tepat mengakibatkan pembangunan yang tidak merata atau tidak berkelanjutan. Daerah yang terlalu bergantung pada PAD dari sektor pertambangan bisa menghadapi risiko besar ketika sumber daya alam mulai menipis atau ketika operasi tambang berhenti,” jelas Ibu Fitria. Oleh karena itu, manajemen yang efektif sangat diperlukan untuk memastikan bahwa dana dari pertambangan digunakan secara berkelanjutan dan tidak hanya bergantung pada satu sektor ekonomi.
Selain kontribusi terhadap PAD, salah satu dampak ekonomi langsung dari industri pertambangan adalah penciptaan lapangan kerja. Perusahaan-perusahaan tambang besar di Indonesia mempekerjakan ribuan tenaga kerja lokal, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui rantai pasokan dan industri pendukung lainnya. Ibu Fitria mencatat bahwa penciptaan lapangan kerja ini berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah tambang. “Dengan adanya pekerjaan yang stabil, masyarakat setempat mendapatkan penghasilan yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka,” ujarnya.
Vale Indonesia, misalnya, telah meluncurkan beberapa inisiatif yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat setempat. Program pelatihan kejuruan di bidang pengelasan dan listrik, pembangunan infrastruktur kesehatan, serta program pendidikan untuk anak-anak dan remaja merupakan contoh nyata bagaimana perusahaan tambang bisa berkontribusi lebih dari sekadar penciptaan lapangan kerja. “Program seperti ini sangat membantu meningkatkan keterampilan masyarakat lokal dan membuka peluang kerja di luar sektor tambang, yang penting untuk keberlanjutan ekonomi daerah,” tambah Ibu Fitria.
Namun, dibalik manfaat ekonominya, industri pertambangan juga membawa risiko ketergantungan ekonomi. Banyak daerah yang kaya sumber daya alam seringkali terjebak dalam situasi di mana mereka terlalu bergantung pada industri pertambangan. Ibu Fitria menekankan pentingnya diversifikasi ekonomi untuk menghindari risiko ini. “Jika ekonomi lokal hanya bergantung pada tambang, maka ketika tambang berhenti beroperasi atau sumber daya alam habis, daerah tersebut akan mengalami kemunduran ekonomi yang signifikan,” katanya.
Salah satu cara untuk mengatasi ketergantungan ini adalah dengan mendorong pengembangan sektor lain yang dapat memberikan nilai tambah bagi ekonomi lokal. Misalnya, investasi dalam infrastruktur pertanian, pariwisata, atau industri kreatif. “Pemerintah daerah harus bijak dalam menggunakan pendapatan dari sektor tambang untuk mengembangkan potensi lain yang ada di wilayah mereka. Ini termasuk membangun fasilitas pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar yang dapat mendukung sektor-sektor ekonomi lainnya,” saran Ibu Fitria.
Tidak dapat dipungkiri bahwa industri pertambangan memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. “Pengelolaan lingkungan menjadi tantangan besar bagi industri pertambangan, karena operasi tambang sering kali meninggalkan jejak ekologi yang cukup besar. Penebangan hutan, penggalian tanah, dan pembuangan limbah tambang adalah beberapa masalah yang sering dihadapi,” ujar Ibu Fitria. Namun, ia juga mencatat bahwa beberapa perusahaan, seperti Vale Indonesia, telah berkomitmen untuk melakukan rehabilitasi lingkungan secara progresif.
Salah satu aspek penting yang dibahas dalam wawancara ini adalah peran Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan tambang dalam mendukung pembangunan lokal. Ibu Fitria memandang CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang seharusnya menjadi bagian integral dari operasi mereka. “CSR bukan hanya tentang memberikan donasi, tetapi tentang bagaimana perusahaan dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di daerah sekitar tambang,” katanya.
Vale Indonesia, misalnya, telah melaksanakan berbagai program CSR yang mencakup pengembangan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur publik. Program pengembangan ekonomi lokal, seperti pendirian fasilitas peternakan sapi, pembangunan food court, serta pemberian bantuan untuk pembangunan fasilitas pariwisata dan jaringan irigasi, merupakan contoh bagaimana perusahaan tambang bisa berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan.
Ketika ditanya tentang bagaimana pemerintah dan perusahaan tambang dapat bekerja sama untuk memastikan dampak ekonomi yang berkelanjutan, Ibu Fitria menekankan pentingnya kolaborasi antara kedua pihak. “Pemerintah dan perusahaan tambang harus memiliki visi yang sama dalam hal pembangunan berkelanjutan. Pemerintah harus memastikan bahwa regulasi yang ada mendukung praktik pertambangan yang bertanggung jawab, sementara perusahaan harus aktif dalam melaksanakan program-program yang berfokus pada keberlanjutan ekonomi dan lingkungan,” jelasnya.
Selain itu, ia berharap agar pendapatan daerah dari sektor pertambangan dikelola dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi lokal dalam jangka panjang. “Investasi dalam infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan adalah kunci untuk memastikan bahwa manfaat dari industri tambang dapat dirasakan dalam jangka panjang, bahkan setelah tambang berhenti beroperasi,” tambahnya.
Wawancara ini memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana sektor pertambangan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pembangunan daerah dan ekonomi lokal, tetapi juga menghadirkan tantangan besar dalam hal keberlanjutan. Dengan manajemen keuangan yang efektif, program CSR yang tepat, dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan perusahaan tambang, Ibu Fitria percaya bahwa industri ini dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal. Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi semua pihak yang terlibat untuk fokus pada diversifikasi ekonomi, rehabilitasi lingkungan, dan pembangunan berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik.
________________________________________
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.