Es Purba Berusia 1,2 Juta Tahun Ditemukan di Antartika
GH News January 10, 2025 11:05 AM

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sebuah tim ilmuwan internasional berhasil menemukan es purba di benua Antartika yang diduga berusia 1,2 juta tahun.

Mereka mengumumkan, Kamis (9/1/2025) kemarin, bahwa ini adalah es tertua yang pernah ditemukan setelah mereka mengebor dataran Antartika sedalam 2 mil (2,8 kilometer).

Analisis es purba ini diharapkan bisa menunjukkan bagaimana atmosfer dan iklim Bumi   berevolusi.

"Hal ini juga akan memberikan wawasan tentang bagaimana siklus Zaman Es berubah, serta bisa membantu untuk memahami bagaimana karbon atmosfer mengubah iklim," kata mereka seperti dilansir di NBC News.

"Berkat inti es, kita akan bisa memahami apa yang telah berubah dalam hal gas rumah kaca, bahan kimia, dan debu di atmosfer," kata seorang ahli glasiologi Italia dan koordinator Beyond EPICA, Carlo Barbante.

Beyond EPICA adalah proyek untuk memperoleh inti tersebut.

Carlo Barbante juga yang memimpin Polar Science Institute di National Research Council Italia.

Tim yang sama sebelumnya pernah mengebor inti es berusia sekitar 800.000 tahun.

Pengeboran terakhir mencapai kedalaman 2,8 kilometer (sekitar 1,7 mil).

Tim itu terdiri dari 16 ilmuwan dan personel pendukung yang mengebor setiap musim panas selama empat tahun dalam suhu rata-rata sekitar minus-35 Celsius (minus-25,6 Fahrenheit).

Peneliti Italia, Federico Scoto termasuk di antara ahli glasiologi dan teknisi yang menyelesaikan pengeboran pada awal Januari di lokasi bernama Little Dome C, dekat Stasiun Penelitian Concordia.

"Itu adalah momen yang luar biasa bagi kami ketika kami mencapai batuan dasar," kata Scoto.

"Analisis isotop menunjukkan usia es tersebut setidaknya 1,2 juta tahun," katanya.

Es-Purba.jpgInilah inti es yang dibor oleh tim peneliti di pangkalan lapangan Little Dome C di Antartika timur, selama fase pemotongan pada hari Selasa.(FOTO: NBC News/AP)

Barbante dan Scoto mengatakan, bahwa berkat analisis inti es dari kampanye Epica sebelumnya, mereka telah menilai bahwa konsentrasi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida dan metana, bahkan selama periode terhangat dalam 800.000 tahun terakhir, tidak pernah melebihi tingkat yang terlihat sejak Revolusi Industri dimulai.

"Saat ini kita melihat tingkat karbon dioksida yang 50% di atas tingkat tertinggi yang pernah kita alami selama 800.000 tahun terakhir," tegas Barbante.

Uni Eropa mendanai Beyond EPICA (Proyek Eropa untuk Pengeboran Inti Es di Antartika) dengan dukungan dari negara-negara di seluruh benua, dan Italia sebagai koordinator proyek  tersebut.

Pengumuman itu menggembirakan Richard Alley, seorang ilmuwan iklim di Penn State yang tidak terlibat dengan proyek tersebut dan baru-baru ini dianugerahi Medali Sains Nasional untuk kariernya mempelajari lapisan es.

Alley mengatakan, kemajuan dalam mempelajari inti es penting karena membantu para ilmuwan lebih memahami kondisi iklim di masa lalu dan menginformasikan pemahaman mereka tentang kontribusi manusia terhadap perubahan iklim saat ini.

Ia menambahkan, bahwa mencapai lapisan batuan dasar memiliki harapan tambahan karena para ilmuwan bisa mempelajari lebih banyak tentang sejarah Bumi yang tidak terkait langsung dengan catatan es itu sendiri.

“Ini sungguh, sungguh, luar biasa fantastis,” kata Alley. "Mereka akan belajar hal-hal yang luar biasa," ujar Alley tentang penemuan es purba berusia 1,2 juta tahun oleh tim internasional, Beyond EPICA. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.