Harga Komoditas: Batu Bara dan CPO Merosot 1,4 Persen
kumparanBISNIS January 10, 2025 12:00 PM
Harga komoditas bervariasi pada penutupan perdagangan Kamis (9/1). Beberapa yang menguat seperti minyak mentah naik di atas 1 persen dan nikel naik 0,3 persen.
Sedangkan yang menurun seperti batu bara melanjutkan tren penurunan sekitar 1,4 persen, sama halnya dengan CPO yang juga turun 1,4 persen. Berikut rangkumannya dari berbagai sumber.
Minyak Mentah
Harga minyak mentah naik pada Kamis, karena cuaca dingin melanda sebagian wilayah Amerika Serikat dan Eropa, meningkatkan permintaan bahan bakar musim dingin.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup naik 1 persen menjadi USD 76,92 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik 0,82 persen menjadi USD 73,92 per barel.
Beberapa wilayah di Texas timur hingga Virginia barat berada di bawah peringatan badai musim dingin pada hari Kamis, menurut Badan Cuaca Nasional, yang meliputi sebagian besar wilayah Arkansas, Tennessee, dan Kentucky.
Kondisi musim dingin yang ekstrem dapat menyebabkan gangguan pada pasokan minyak karena suhu beku dapat menyebabkan pembekuan sementara dan pengurangan produksi, kata analis JP Morgan.
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara kembali anjlok pada penutupan perdagangan Kamis. Harga batu bara berdasarkan tradingeconomics turun 1,45 persen dan menetap di USD 115.75 per ton.
Harga batu bara Newcastle turun karena pasokan yang melimpah, mengimbangi permintaan yang kuat dari konsumen utama. Data terbaru menunjukkan produksi batu bara China rata-rata 14,27 juta ton per hari pada November, mencetak rekor produksi batu bara tahun 2024 bagi produsen utama dunia.
Selain itu, permintaan semakin tertekan oleh curah hujan yang melimpah di pusat-pusat manufaktur utama China, yang memungkinkan tenaga hidroelektrik lebih disukai daripada tenaga batu bara.
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) juga melemah pada penutupan perdagangan Kamis. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO turun 1,4 persen menjadi MYR 4.295 per ton.
Harga CPO dipengaruhi permintaan yang lemah dan ekspor yang lesu. Impor minyak sawit India turun ke level terendah dalam sembilan bulan pada Desember karena harga melonjak ke level tertinggi dalam 2,5 tahun, yang mendorong penyuling beralih ke minyak kedelai yang lebih murah. Selain itu, pengiriman minyak sawit Malaysia turun 2,5 persen, menjadi 7,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menurut surveyor kargo.
Namun, optimisme atas permintaan China yang kuat menjelang Tahun Baru Imlek pada akhir Januari memberikan beberapa dukungan. Di produsen teratas Indonesia, otoritas mengalokasikan 15,6 juta kiloliter biodiesel untuk tahun 2025 Kebijakan ini mendukung penggunaan minyak sawit dalam negeri dan sejalan diversifikasi energi.
Nikel
Harga nikel terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Kamis. Harga nikel berdasarkan tradingeconomics naik 0,36 persen menjadi USD 15.510 per ton.
Sepanjang tahun 2024, harga nikel melemah sekitar 6,35 persen. Pada 1 Januari 2024, harga nikel dijual dengan harga USD 16.055 per ton. Harganya terus menurun hingga berada di level USD 15.200 per ton, angka terendah dalam 4 tahun terakhir.
Harga nikel menembus angka terendah di tengah tekanan dari dolar yang lebih kuat, permintaan yang tidak pasti, dan pasokan yang melimpah terutama produksi yang tinggi dari Indonesia, pemasok utama dunia, bertahan hingga paruh kedua tahun 2024. Hal ini memperpanjang melonjaknya tingkat pasokan yang disebabkan oleh lonjakan proyek peleburan China di Indonesia setelah melarang ekspor bijih nikel pada tahun 2020.
Timah
Sementara itu, harga timah terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Kamis. Berdasarkan situs London Metal Exchange (LME), harga timah turun 0,75 persen menjadi USD 29.852 per ton.
Sepanjang tahun 2024, harga timah melesat 15,48 persen. Pada 1 Januari 2024, harga timah berada di level USD 24.585 per ton.
Harga timah bahkan sempat hampir menyentuh USD 35.000 per ton pada April 2024 lalu dan relatif stabil di beberapa bulan kemudian. Namun pada pertengahan November 2024, harganya kembali anjlok di kisaran USD 28.000 per ton.