TRIBUNNEWS.COM - Pada Jumat, 10 Januari 2025, kericuhan yang sangat mengejutkan terjadi di Masjid Umayyah, Damaskus, mengakibatkan empat orang tewas dan 16 lainnya terluka.
Insiden ini berhubungan dengan pembagian makanan gratis yang menarik kerumunan besar orang.
Laporan mengenai peristiwa tragis ini datang dari kantor berita pemerintah Suriah, SANA.
Gubernur Damaskus, Maher Marwan, menyatakan bahwa pihak berwenang sedang menyelidiki penyebab insiden tersebut dan berusaha meminta pertanggungjawaban dari pihak yang bertanggung jawab. “Kami sedang mengambil langkah-langkah segera untuk memastikan insiden seperti ini tidak terulang di kemudian hari,” kata Gubernur Marwan dalam pernyataannya.
Saksi mata melaporkan kerumunan besar yang berkumpul di masjid tersebut, berdesakan untuk mendapatkan paket makanan yang dibagikan.
Sebuah video yang diterima oleh Associated Press menunjukkan betapa paniknya situasi ketika orang-orang berebut paket makanan.
Ghina, seorang wanita yang berada di lokasi untuk melaksanakan shalat Jumat, melihat seorang wanita tua yang digendong dengan darah menetes dari wajahnya, yang diduga telah meninggal.
Menurut laporan surat kabar Al-Watan, kericuhan ini terjadi saat seorang tokoh media sosial, Chef Abu Omar, yang juga seorang YouTuber, membagikan makanan gratis.
Chef Abu Omar sebelumnya mengunggah video mengenai persiapan pembagian makanan di Masjid Umayyah.
Dalam keadaan demikian, Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, diketahui berada di masjid pada pagi hari kejadian.
Penting untuk dicatat bahwa kericuhan terjadi pada hari shalat Jumat pertama setelah penggulingan Presiden Bashar Assad.
Pada 8 Desember 2024, kelompok milisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merebut kendali Damaskus, memaksa Assad untuk melarikan diri setelah lebih dari 13 tahun perang saudara.
Hal ini menandai berakhirnya kekuasaan keluarganya yang telah bertahan puluhan tahun.
Ribuan warga Suriah berkumpul di Masjid Umayyah untuk merayakan shalat Jumat pertama pasca-kejatuhan Assad.
Kerumunan terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang merayakan kebebasan baru dengan melambaikan bendera oposisi dan meneriakkan yel-yel kegembiraan. “Kami berkumpul karena kami senang Suriah telah dibebaskan. Kami senang telah dibebaskan dari penjara tempat kami tinggal,” ungkap Nour Thi Al-Ghina, salah satu warga yang hadir dengan wajah ceria.
Suasana di Masjid Umayyah menggambarkan semangat kebebasan yang baru bagi rakyat Suriah.
Perayaan ini menjadi simbol harapan setelah bertahun-tahun di bawah kekuasaan Assad.
Warga terlihat gembira, meneriakkan slogan "Satu, satu, satu; rakyat Suriah adalah satu" dan mengibarkan bendera kemerdekaan Suriah, simbol yang tidak pernah berani dikibarkan selama rezim Assad.
Momen ini mengingatkan kita pada hari-hari awal pemberontakan tahun 2011, ketika protes damai dimulai. “Ini pertama kalinya kami berkumpul dalam jumlah besar dan pertama kalinya kami melihat acara seperti ini,” ungkap Nour dengan senyum lebar.
Dalam konteks yang lebih luas, insiden kericuhan ini diharapkan menjadi perhatian bagi pihak berwenang untuk meningkatkan pengelolaan situasi yang melibatkan kerumunan besar, agar tragedi serupa tidak terulang di masa depan.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).