Darurat Penyakit Jantung Koroner, Cek Pemicunya
Eko Aprianto January 11, 2025 10:20 PM
Jantung adalah organ utama manusia yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Organ ini berada di tengah rongga dada, sedikit condong ke sisi kiri. Jantung adalah bagian dari sistem kardiovaskular yang bertanggung jawab untuk mengalirkan darah ke berbagai bagian tubuh melalui pembuluh darah. Kondisi jantung dan sistem kardiovaskular sangat mempengaruhi kualitas hidup, di mana kegagalan jantung memompa dan mengalirkan darah bisa berakibat fatal.
Dalam publikasi World Health Statistic 2024, WHO masih menempatkan penyakit jantung koroner sebagai penyebab kematian tertinggi akibat penyakit tidak menular di dunia, termasuk di kawasan Asia Tenggara. Menurut Survei Sample Registration System Tahun 2014, sebanyak 12,9% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit jantung koroner

Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penyakit jantung koroner dikategorikan sebagai Penyakit Tidak Menular (PTM). PJK terjadi ketika pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. Semakin banyak lemak yang menumpuk, arteri akan semakin menyempit, mengurangi aliran darah ke jantung. Kondisi ini sangat berbahaya karena menyebabkan penyumbatan aliran darah ke otot jantung yang memicu serangan jantung hingga kematian mendadak.
Pada tahun 2019, Penyakit Tidak Menular (PTM) berkontribusi sebagai penyebab kematian utama global sebesar 73,9% atau empat kali lipat dibandingkan kematian akibat Peyakit Menular. Penyakit Jantung Koroner menempati posisi teratas yang bertanggung jawab terhadap kasus kematian akibat PTM.
Berkaca pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2023, Penyakit dengan biaya JKN terbanyak yaitu penyakit jantung, yang membutuhkan Rp17,629 triliun untuk pembiayaan meningkat jauh dari Rp12,144 triliun di tahun 2022. Penyakit jantung juga masih tercatat sebagai jumlah kasus penyakit yang terbanyak dibiayai oleh BPJS Kesehatan, yaitu sebanyak 20.037.280 yang melonjak signifikan 130% hanya dalam satu tahun dimana tahun 2022 tercatat 15.495.666 kasus Penyakit Jantung. Saat ini, sekitar sepuluh ribu dari satu juta penduduk Indonesia pernah mendapatkan diagnosa terkena Penyakit Jantung. PJK juga bertanggung jawab atas setengah dari kematian akibat penyakit kardiovaskuler secara global di tahun 2019, disusul oleh stroke dan penyakit kardiovasklar lainnya. PJK ini ditandai dengan muncul gejala sesak napas disertai nyeri dada dan detak jantung yang tidak teratur.

Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi diidentifikasi sebagai kondisi tekanan darah sistolik diatas 140mmHg dan diastolik diatas 90 mmHg Dalam penulisan, angka sistolik dituliskan lebih dahulu menyusul diastolik. Angka tekanan darah 140/90 mmHg dimaknai bahwa sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg. Hipertensi adalah permasalahan kesehatan publik yang sangat penting untuk ditangani dan menjadi faktor risiko utama stroke, jantung koroner, gagal ginjal, dan permasalahan kesehatan lainnya. Hipertensi lebih mematikan dibandingkan dengan merokok dan diabetes sehingga perlu ditangani dengan baik untuk mencegah bertambahnya kematian akibat hipertensi.
Di tahun 2019, Laporan Hipertensi Global WHO menampilkan data bahwa hipertensi menyebabkan lebih dari setengah jumlah kasus kematian akibat PJK dimana terdapat 38% atau empat juta jiwa diantaranya berusia di bawah 70 tahun. Masih dalam laporan yang sama, WHO memperkirakan tidak kurang dari 1,3 miliar penduduk dunia memiliki riwayat hipertensi, dan hanya seperlima saja yang telah melakukan upaya terapi berkelanjutan. Hal ini tentu saja akan memperparah kondisi kesehatan global yang menargetkan penurunan prevalensi hipertensi yang tidak terkendali hingga mencapai 21% di tahun 2025 mengingat prevalensi di tahun 2019 sebesar 26% hanya menurun sedikit dibandingkan 29% di tahun 2010.

Penyakit Jantung Koroner dan Ateroklerosis

Tumpukan kolesterol pada pembuluh darah akan memicu serta proses peradangan sehingga akan terbentuk plak yang merupakan awal dari penyakit ini. Plak ini terdiri dari lemak, kolesterol, kalsium, sel darah, dan fibrin, yang mengakibatkan pembuluh arteri kehilangan elastisitas dan menghambat aliran darah. Kondisi di mana lapisan dinding pembuluh darah rusak karena adanya penumpukan plak dikenal dengan istilah aterosklerosis.
Pada prosesnya, aterosklerosis yang bertambah parah akan membentuk inti nekrotik yang berisi lapisan lemak dan kehilangan kolagen yang berperan penting dalam eklastisitas dinding pembuluh darah. Kondisi buruk peradangan memperparah ateroklerosis dengan bertambahnya aktifitas sel-sel imun yang aktif dalam sel nekrotik dan menyebabkan tansportasi kolesterol menjadi gagal dan membentuk tumpukan sel busa yang berisi lemak. Kondisi ini diikuti aktifitas imun yang terus memicu radang dan siklusnya membuat penumpukan sel busa bertambah besar dan meningkatkan luka dinding sel pembuluh. Maka dari itu, kolesterol darah meningkat tinggi dalam darah dijadikan penanda telah terjadi luka sel akibat aterosklerosis.
Penyempitan pembuluh arteri membuat aliran darah ke jantung menjadi terhambat dan otot jantung kehilangan nutrisi darah yang bila dalamkondisi akut atau parah, membuat jantung mengalami kerusakan. Plak juga dapat menimbulkan kerusakan pada dinding pembuluh, menyebabkan pembekuan darah terjadi di lapisan yang rusak tersebut, menghambat atau mengurangi aliran darah secara drastis di arteri jantung yang pada kondisi terburuk dapat terjadi serangan jantung.
Aterosklerosis menjadi sangat berbahaya dikarenakan seringkali tidak menunjukkan gejala di tahap awal dan mempengaruhi kualitas hidup seperti muncul gejala nyeri dada, masalah sirkulasi darah, dan lainnya. Pencegahan aterosklerosis dimulai sejak dini dengan mengurangi faktor risiko seperti inflamasi dan diet yang tidak sehat.

Penyakit Jantung Koroner dan Diabetes

Tingkat kadar gula darah yang tinggi akibat kekurangan insulin di aliran darah, akan menyebabkan gula darah tertinggal dan berada dalam pembuluh darah. Dalam waktu lama, gula darah yang tertinggal di aliran darah ini dapat merusak pembuluh darah dan memperparah aterosklerosis. Seseorang yang mengidap diabetes memiliki tingkat kematian akibat penyakit jantung 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengidap diabetes. Delapan dari sepuluh pengidap diabetes meninggal dengan diagnosa serangan jantung koroner atau stroke sebagai akibat dari komplikasi permasalahan kardiovaskular yang dideritanya.

Apa yang perlu dilakukan?

Hipertensi, aterosklerosis dan diabetes memiliki hubungan erat dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan dikelompokkan sebagai faktor risiko. Tidak sedikit orang-orang yang mengidap hipertensi juga hidup dengan tekanan darah yang tinggi atau hipertensi. Para penyintas hipertensi dan diabetes harus bekerja bersama dokternya untuk merencanakan upaya-upaya kesehatan guna mencapat target indikator yang disarankan, berupa tekanan darah yang terkendali dan gula darah yang stabil.
Mempertahankan kadar gula darah yang sehat, mengendalikan tekanan darah dan kolesterol darah sangat membantu dalam upaya mencegah dan menghindari permasalahan Kesehatan berupa Penyakit Jantung Koroner.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.