Purwokerto Terendam: Kisah Air Mata dan Harapan di Tengah Badai
Dhea Candra Agista January 12, 2025 12:23 PM

Setelah sekian lama, Kota Purwokerto kembali diuji oleh alam. Hujan deras yang tak kunjung berhenti berubah menjadi hamparan air berlumpur setinggi lutut orang dewasa.

Purwokerto – Dalam gelapnya malam yang diliputi raungan badai, kota Purwokerto kembali diuji oleh alam. Hujan deras yang tak kunjung berhenti mengguyur, seperti doa-doa yang tumpah dari langit, membanjiri ruas-ruas jalan dan gang-gang sempit. Malam kemarin, Jalan Supriyadi Purwokerto Timur hingga Jalan Gerilya Timur Purwokerto Selatan berubah menjadi hamparan air berlumpur setinggi lutut orang dewasa.
Di tengah luapan air yang enggan surut, terlihat warga bahu-membahu. Mereka mengangkat barang-barang berharga dari rumah mereka yang kini telah menyerupai kolam. Beberapa kendaraan terpaksa berhenti karena genangan air. Para pengendara sepeda motor terlihat mendorong kendaraannya yang mogok, sementara warga lainnya mencoba menyalurkan air keluar dari rumah mereka menggunakan ember.
Di gang-gang sempit, suara air yang mengalir deras bercampur dengan aktivitas warga yang bergotong-royong. Beberapa pemuda dari lingkungan setempat berinisiatif membantu mengatur lalu lintas di jalan utama yang tergenang. Mereka mengarahkan kendaraan untuk mencari rute alternatif, memastikan keselamatan pengguna jalan.
Siang hingga sore sebelumnya, hujan turun tanpa henti sejak pukul tiga. Angin kencang dan gemuruh petir membuat suasana semakin mencekam. Banyak warga terpaksa berjaga semalaman untuk memastikan keselamatan keluarga dan barang-barang berharga mereka.
Ketika banjir mulai surut, aroma lumpur dan sampah bercampur memenuhi udara. Di sepanjang Jalan Jalan Gerilya Timur, truk-truk sampah dan alat berat dikerahkan untuk membersihkan sisa-sisa banjir. Warga terlihat menyingsingkan lengan baju, bergotong-royong memindahkan barang-barang rusak ke luar rumah. Meski lelah, semangat gotong-royong ini menjadi bukti kuatnya ikatan masyarakat Purwokerto dalam menghadapi bencana.
Ketika langit Purwokerto perlahan cerah, dampak banjir mulai terlihat jelas. Jalanan dipenuhi lumpur dan sampah yang terbawa arus. Warga mulai membersihkan rumah mereka dengan peralatan seadanya. Meskipun kelelahan, semangat tetap terpancar dari wajah mereka. Banyak dari mereka bersyukur karena masih bisa selamat dari bencana ini.
Namun, di balik semua itu, banjir ini menyisakan pertanyaan besar tentang mitigasi bencana. Langkah nyata untuk memperbaiki drainase menjadi harapan besar agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Banjir ini tidak hanya membawa kesulitan, tetapi juga mengajarkan solidaritas dan ketabahan. Di tengah ujian ini, harapan tetap hidup di setiap usaha warga untuk bangkit kembali.
Saat langit Purwokerto kembali cerah, kota ini akan menyembuhkan luka-lukanya. Namun, ingatan tentang malam badai ini akan menjadi pengingat akan kekuatan manusia dalam menghadapi cobaan alam.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.