Perjalanan Sejarah Sastra Indonesia
Rhisma Erdhita January 13, 2025 04:43 PM
Sejarah sastra merupakan identitas berharga sebuah negara dan juga merupakan cerminan perjalanan kehidupan manusia. Sastra merupakan media penting untuk memahami kehidupan,budaya, dan juga nilai-nilai masyarakat. Dengan sastra, semua orang bebas mengungkapkan ekspresi mereka. Sastra merupakan seni yang dimana di dalamnya terdapat ide-ide yang luar biasa, dimana semua karya seseorang terpampang nyata, dengan seni setiap orang bebas berkarya dan membuat apapun sesuai imajinasi mereka. Perkembangan sastra mencerminkan dinamika perubahan zaman. Seiring perkembangan zaman, sastra di Indonesia juga mengalami perubahan yang luar biasa pula, seperti karya yang dihasilkan juga berbeda-beda pada setiap masanya, media penyebarannya juga memiliki kemajuan yang luar biasa.
Peran sastra tidak akan pernah bisa tergantikan oleh media lain. Sastra memainkan peran dalam proses transformasi, khususnya dalam perubahan dunia. Dalam setiap bentuk dan zamannya, sastra selalu menjadi bagian penting dari kehidupan manusia, menyimpan nilai-nilai yang abadi dan tetap relevan bagi generasi mendatang. Dengan memahami sejarah sastra, kita tidak hanya mengenali akar budaya, tetapi juga mendapatkan inspirasi untuk terus menciptakan dan menikmati karya-karya sastra baru. Sastra dapat memberikan kenikmatan tersendiri untuk para pembacanya, serta dapat memberikan motivasi yang dijadikan sebagai pembelajaran hidup.
Dalam sejarah sastra pasti ada namanya periodesasi sastra. Periodesasi sastra merupakan penggolongan sastra atau pengelompokan sastra ditinjau dari waktu, mulai dari kemunculannya hingga perkembangannya. Selain berdasarkan tahun kemunculannya, perodesasi sastra juga dapat dipahami melalui karakteristik sastra yang berhubungan dengan keadaan sosial. Periodesasi sastra dibagi menjadi sastra klasik atau sastra lama, balai pustaka, pujangga baru, angkatan 45, angkatan 65, angkatan 80, angkatan 90, dan kemudian cyber sastra.
Sastra klasik atau sastra Melayu kuno
Sastra Klasik adalah karya sastra yang lahir sebelum munculnya unsur modern dalam sastra. Ciri-ciri sastra tradisional adalah sebagai berikut:
1. Penyebarannya lambat
2. Media penyebaran hanya dilakukan dari mulut ke mulut, hal ini dikarenakan lambatnya proses pergerakan pada zaman dahulu
3. Bersifat prologis, yaitu cerita yang dihasilkan tidak masuk akal
4. Mempunyai banyak sekali versi cerita, hal ini dikarenakan penyampaian cerita oleh banyak orang secara lisan, sehingga ada berbagai versi dalam menceritakannya, seperti cerita mistis ataupun asal-usul kejadian.
Pada era sastra klasik, karya yang dihasilkan dipengaruhi oleh budaya dan kepercayaan. Zaman klasik dipengaruhi oleh berbagai zaman, termasuk pengaruh animisme-dinamisme, pengaruh Hindu-Budha, serta pengaruh Islam.
1. Pengaruh Animisme-Dinamisme. Kepercayaan animisme dan dinamisme merupakan zaman tertua pada sejarah perkembangan kesusastraan Indonesia. Animisme merupakan kepercayaan bahwa roh orang yang sudah meningal masih berada di sekitar manusia dan percaya bahwa roh akan memiliki dampak buruk apabila tidak dihormati. Sedangkan dinamisme merupakan kepercayaan bahwa benda-benda di sekitar manusia memberikan kekuatan gaib yang dapat memberikan manfaat atau bahkan menghindarkan dari bahaya. Pengaruh anmisme dan dinamisme terlihat jelas dengan adanya mantra dan cerita rakyat seperti legenda, mite, sage, fabel.
2. Pengaruh Hindu-Budha. Sastra di era ini mengalami perkembangan pada abad ke-9 dan 10M, sementara beberapa menyatakan bahwa zaman Hindu-Budha berkembang bersamaan dengan kemajuan kerajaan Kediri pada abad ke-11 hingga 13M. Pada periode Hindu-Budha, sebagian sastra telah ditulis dalam bentuk kitab dan prasasti. Saat ini masyarakat telah mengenal seni drama, yaitu dalam bentuk pagelaran wayang.
3. Pengaruh Islam. Masuknya agama Islam membawa pengaruh yang besar terhadap dunia sastra. Sastra-sastra yang mendapat pengaruh dari Islam meliputi syair, hikayat, nazam, masnawi, ruba’i, dan khit’ah, pantun, bidal, peribahasa, dan petatah-petitih.
Sastra zaman modern.
Sastra modern adalah karya sastra yang telah dipengaruhi oleh budaya Barat. Kesusastraan saat ini juga dikenal sebagai kesusastraan baru. Adapun ciri-ciri yang menggambarkan sastra baru meliputi:
1. Mengeksplorasi berbagai macam tema-tema yang relevan sesuai dengan perkembangan zaman, seperti poitik, gender, dan identitas
2. Menggambarkan realitas sosial, politik, dan budaya di era modern
3. Menggunakan berbagai gaya dan bentuk ekspresi
4. Menjadi sarana penting untuk menyuarakan opini, mengkritik, dan mempertanyakan kondisi terkini dunia
5. Menggunakan bahasa yang inovatif
6. Mencerminkan pluralitas dan keragaman dalam masyarakat.
Periodesasi kesusastraan terbaru dinyatakan oleh sejumlah tokoh, salah satunya adalah HB. Jasin meliputi sastra dari angkatan Balai Pustaka, Pujangga Baru, Angkatan ’45, Angkatan ’65, Angkatan ’70, Angkatan ’80, Angkatan ’90, serta Sastra Cyber.
1. Angkatan Balai Pustaka. Angkatan ini merujuk pada dua pengertian yang pertama adalah sebagai nama penerbit serta sebagai nama generasi dalam sastra Indonesia. Menjelang akhir abad ke-19, pemerintah mulai membangun banyak sekolah untuk anak-anak bumi putra. hal ini justru membuat banyak pribumi yang tertarik sekolah di sana dan menjadikan mereka pandai menulis dan membaca. Melihat hal tersebut Belanda menjadi cemas jika masyarakat Indonesia sempat membaca buku-buku dari luar negeri. Oleh karena itu, pemerintah Belanda selanjutnya membentuk sebuah komisi yang diberi nama Commissie Voor de Inlandsche School en Volksslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat dan Sekolah-Sekolah Bumi Putra). Komisi ini didirikan pada tanggal 14 September 1908 di bawah pimpinan Dr. G.A.J. Hazeu. Pada tahun 1917 namanya berubah menjadi Balai Pustaka, dan Balai Pustaka kemudian berkembang pesat pada tahun 1920. Salah satu tugas dari Balai Pustaka adalah menerbitkan buku-buku bacaan yang berkualitas untuk masyarakat Indonesia, serta buku-buku yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan masyarakat. Contohnya, buku-buku yang memberikan panduan tentang cara menjaga kesehatan, teknik bercocok tanam, dan beternak.
2. Angkatan Pujangga Baru. Pada angkatan ini dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana. Majalah pertama Pujangga Baru diterbitkan pada tahun 1933 dan juga dianggap sebagai tahun awal berdirinya angkatan tersebut. Tokoh-tokoh yang berkontribusi dalam pembentukan majalah Pujangga Baru antara lain, Sutan Takdir Alisjahbana, Armyn Pane, serta Amir Hamzah. Adapun ciri-ciri dari angkatan Pujangga Baru:
i. Wujud dan konten tulisan berkembang dan berubah seiring dengan kemajuan zaman
ii. Setiap karya tetap jelas mencerminkan karakter penulisnya yang tidak menyukai peraturan-peraturan kuno yang membatasi
iii. Isu adat yang bersifat lokal diganti dengan isu yang lebih universal dan bersifat nasional.
3. Angkatan ’45. Karya sastra pada angkatan ’45 memiliki karakter yang lebih realis dibandingkan dengan karya sastra Angkatan Pujangga Baru yang bersifat romantis dan idealis. Di sisi lain, karya sastra periode ini dipengaruhi oleh pengalaman hidup serta gejolak sosial, politik, budaya yang berlangsung di Indonesia. Gaya sastra ini lebih ekspresif, revolusioner , dan memiliki sifat nasionalis. Sastrawan dari generasi ini juga dikenal sebagai sastrawan yang “tidak bersuara tetapi bertindak”. Pada generasi ini dipimpin oleh Chairil Anwar yang dikenal dengan sebutan “ Si Binatang Jalang”.
4. Angkatan ’65. Angkatan ‘65 ini melakukan pengungkapan terhadap kebobrokan yang disebabkan oleh penyimpangan negara secara besar-besaran, penyimpangan yang mengakibatkan keruntuhan total. Konsep Angkatan ‘65 adalah pancasila (sebagaimana tercantum dalam manifes kebudayaan) yang telah disalahgunakan oleh pejabat pemerintah yang tidak bermoral kecuali untuk kepentingan pribadi. Dampak dari kebijakan yang dijalankan tanpa pertimbangan itu adalah masyarakat. Masyarakat mengalami kemunduran jiwa dan spiritual. Ciri-ciri pada angkatan ini adalah: tema kebanyakan membahas protes sosial dan politik, standar budaya lebih umum dan lebih modern, isi lebih luas dan umum.
5. Angkatan ’70-an. Perkembangan sastra di era 70-an sangat mengalami kemajuan yang luar biasa karena banyak penerbit yang bermunculan dan bebas menampilkan hasil karya dalam berbagai bentuk dan variasi. Adapun ciri-ciri angkatan ini yaitu:
i. Banyak mengekspresikan kehidupan spiritual yang religius dan cenderung bersifat mistis
ii. Hak asasi umat manusia diperjuangkan, kebebasan, kesetaraan, pemerataan.dan terhindar dari dampak negatif teknologi modern
iii. Cerita dan pelukisan bersifat alogoris dan fable.
6. Angkatan ’80-an. Karya sastra pada masa Orde Baru atau angkatan 80 dipengaruhi oleh sejumlah peraturan yang ketat dan dipengaruhi oleh kegiatan partai politik. Orde Baru muncul antara tahun 1966-1998, ketika terdapat karya sastra yang dianggap propokatif, menyinggung, dan mengancam, Soeharto segera mengambil tindakan. Pada masa itu, pertumbuhan sastra mendapat banyak kesempatan, banyak media cetak terutama surat kabar yang memuat puisi, sehingga sastra berkembang dengan sangat cepat dan pesat. Pada zaman orde baru tidak hanya puisi yang mengalami perkembangan, tetapi juga sastra lainnya, seperti novel, cerita pendek, dan film. Namun, para penulis merasa tertekan karena banyak penyair yang telah membuat puisi untuk mengancam pemerintah malah ditangkap dan dipenjara, karena puisi-puisinya dianggap mengandung sindiran. Akan tetapi, hal tersebut tidak membuat para penyair kehilangan harapan.
7. Angkatan ’90-an. Angkatan sastra 90-an menandai sebuah era baru dalam perkembangan sastra Indonesia. Munculnya sejumlah penulis muda dengan gaya penulisan yang segar dan berani. Karya-karya mereka seringkali mengangkat tema-tema yang dianggap tabu pada masanya, seperti seksualitas, kekerasan, dan identitas gender.Yang melatarbelakangi munculnya Angkatan Sastra 90-an yaitu, Reformasi Politik, reformasi politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an membuka ruang bagi kebebasan berekspresi. Para penulis tidak lagi terkekang oleh sensor dan dapat mengeksplorasi tema-tema yang lebih luas. Selain itu, perubahan sosial yang cepat, seperti urbanisasi dan globalisasi, juga memengaruhi dunia sastra. Mereka menggunakan bahasa yang lebih informal dan eksperimental. Munculnya teknologi informasi memungkinkan karya sastra disebarluaskan dengan lebih cepat dan luas.
8. Sastra Cyber. Merupakan sebuah inovasi baru yang dimana karya sastra sudah ada di media masa. Sebelum munculnya sastra cyber, dunia sastra Indonesia sudah memiliki beberapa ciri khas yang berkaitan dengan adanya media teknologi. Termasuk di dalamnya sastra majalah, sastra koran, dan lain-lain. Saat biaya publikasi semakin tinggi, keberadaan sastra koran atau majalah terasa telah menciptakan hegemoni sendiri, lalu muncullah internet. Dengan sifatnya yang bebas tersebut cyber sastra pernah dianggap sebagian oknum sebagai ajang untuk bermain saja, tetapi untuk sekarang keberadaannya sudah diakui.
Rhisma Erdhita, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNIPMA.
Sumber Referensi:
Rismawati. 2017. Perkembangan Sejarah Sastra Indonesia. Banda Aceh:Bina Karya Akademika.
Sastra Klasik. Diakses pada 11 Januari 2025: https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Sastra_klasik
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.