Teknik Expressive Writing untuk Kesehatan Mental Remaja
Fathya Amatullah January 15, 2025 03:44 PM
Kesehatan Mental Remaja dalam Perspektif Psikologi
Masa remaja berisiko menghadapi kondisi masalah kesehatan mental. Selain faktor lingkungan, pola hidup dan perilaku sangat berpengaruh pada kesehatan mental remaja.
Dalam psikologi, kesehatan mental adalah suatu kondisi yang mencakup emosional, psikologis, dan sosial yang positif. Kesehatan mental berperan penting pada kemampuan individu dalam menghadapi dan mengatasi stres, produktivitas, dan kebahagiaan dalam kehidupan. Selain dampingan dari orang tua, diperlukan aktivitas yang mampu membantunya dalam menangani segala permasalah kesehatan mental pada remaja.
Teknik Menulis Ekspresif
Expressive writing atau menulis ekspresif adalah teknik yang menggunakan aktivitas menulis sebagai sarana pengungkapan perasaan, gagasan, dan pikiran secara bebas dan spontan.
Teknik ini pertama kali dicetuskan oleh Pennebeker pada tahun 1989. Pennebeker adalah seorang profesor di bidang Psikologi Sosial yang banyak meneliti manfaat dari kegiatan menulis. Pada awal penelitiannya, Pennebeker meneliti manfaat menulis pada klien dengan gangguan Post Traumatic and Stress Disorder. Kemudian, Pennebeker memperluas penemuannya dengan melakukan eksperimen bidang psikososial, yaitu mengenai relasi sosial dan hubungan romantis (Lidwiana Florentiana, 2016).
Tujuan utama dari teknik ini adalah untuk mengembangkan kreativitas, memperdalam pemahaman tentang diri sendiri, serta merespon perasaan dan emosi yang dialami sehingga membantu dalam mengatasi masalah emosional.
Pennebeker dan Francis (dalam Fitria, dkk., 2016) menyatakan bahwa menulis dapat menjadi wadah untuk menyalurkan perasaan dan pendapat yang jika hanya disimpan dapat memberikan dampak negatif terhadap fisik dan mental. Hal ini digunakan sebagai pelampiasan dari segala sesuatu yang dirasakan dan menyampaikan apa yang ada dalam pikiran.
Penerapan Teknik Menulis Ekspresif pada Remaja
Bentuk penerapan teknik menulis ekspresif dapat melalui beberapa kegiatan, seperti menyusun jurnal harian, menulis surat kepada diri sendiri, atau menulis cerita pendek dan puisi.
Menurut Pennebaker (2002), tulisan yang bermanfaat bagi penulisnya dalam menerapkan teknik ini memiliki beberapa syarat, yaitu (1) banyak menggunakan kata-kata positif, (2) mengurangi jumlah kata yang mengandung unsur negatif, lebih banyak menggunakan kata kognitif (sebab, akibat, dan refleksi diri), dan (3) kisah yang ditulis harus berhubungan satu sama lain, jelas dan terorganisir (Murti & Hamidah, 2012).
Selain itu, dalam melakukan teknik menulis ekspresif terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya:
1. Menulis tanpa hambatan
Menulis ekspresif adalah merespon baik segala bentuk emosi yang dialami. Penggunaan tata bahasa, ejaan, diksi, atau struktur kalimat memang menyokong berdirinya sebuah tulisan. Namun, dalam menulis ekspresif hal tersebut tidak selalu diperhatikan. Hal terpenting adalah penulis mampu unjuk diri dengan pikiran dan perasaan secara bebas tanpa hambatan.
2. Menulis dengan jujur
Kehadiran perasaan dan emosi sangat penting dalam proses menulis ekspresif. Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan dan memperdalam pemahaman tentang diri sendiri. Maka, dalam mengungkapkan perasaan, sebuah tulisan harus ditulis dengan jujur. Akan lebih baik apabila banyak digunakan kata-kata positif seperti bahagia, tertawa, dsb.
3. Menulis secara spontan
Teknik menulis ekspresif dapat dilakukan tanpa adanya batasan waktu. Dengan demikian, waktu yang dimiliki akan cukup untuk merenung, menyelami perasaan, dan merangkai kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan.
REFERENSI
Fitria, I., dkk. (2016). Menulis Ekspresif untuk Anak Jalanan: Suatu Metode Terapi Menulis dalam Diary Melalui Modul Eksperimen. Jurnal Psikoislamedia, 1(1), 125-139
Florentiana, L. (2016). Efektivitas Expressive Wrting Sebagai Reduktor Psychological Distress, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Murti, R. & Hamidah (2012). Pengaruh Expressive Writing terhadap Penurunan Depresi pada Remaja SMK di Surabaya. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 1(2), 94-100