TIMESINDONESIA, SURABAYA – Bertambah lagi tugas Pasukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) di Taman Bungkul Surabaya. Mereka memantau pergerakan pengunjung, mengantisipasi aksi pemburu koin jagat yang mulai ngawur merusak fasilitas umum.
Dua Petugas DLH Surabaya, Wahid dan Deny, siang ini, Rabu (15/1/2025), berjaga-jaga karena kebagian shift pagi sampai sore. Mereka berkeliling taman usai mengantar Anggota Polda Jatim memeriksa kondisi berdasarkan laporan dan informasi atasan.
Bayangkan, sejumlah lampu hias taman dicongkel paksa, membuat kabel di dalamnya menjulur berhamburan.
Takutnya, jika hujan bisa membahayakan pengunjung. Aliran listrik bisa saja nyetrum jika tanpa pelindung.
Koin jagat memang menghebohkan sejumlah kota. Termasuk di Surabaya. Taman-taman jadi sasaran penyebar koin misterius. Target perburuan mulai meluas.
Petugas DLH Surabaya, Wahid dan Deny menunjukkan tembok pembatas antara Makam Mbah Bungkul dan taman yang sempat dipanjat oleh pemburu koin jagat, Rabu (15/1/2025). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Pada awalnya, Wahid dan Deny sempat berpikiran negatif, melihat gelagat para pemburu harta karun ini. Jangan-jangan, mereka hendak melakukan aksi tak terpuji. Tenyata usut punya usut, mereka hanya mencari wujud fisik sebuah koin dipandu aplikasi virtual.
"Kok kayak maling gitu, jadi mereka nyarinya itu, sampai bawah-bawah sepeda motor. Kita juga antisipasi dan nanya cari apa? Katanya cari koin. Lalu kita tanya lagi, cari koin apa? Mereka bilang pokoknya koin. Kita juga nggak tahu," ucapnya.
Wahid tidak berpikir jauh, jika ternyata perburuan koin ini berujung merusak taman dan fasilitas umum. Dia bahkan sempat heran. Terhitung Sabtu, Minggu, Senin dan Selasa, pekan lalu, mendapati ratusan pengguna aplikasi datang ke Taman Bungkul.
"Kita juga nggak tahu aplikasinya seperti apa, kita tahunya dari omongan-omongan orang yang main," ujarnya.
Hilir mudik silih berganti, sejak sore sampai malam hari. Memeloti ponsel sambil berjalan. Informasi dari pemain, tiga sampai empat koin terdeteksi secara virtual di Taman Bungkul.
"Kalau saya lihat waktu itu di aplikasi pemain itu paling banyak koin disebar di Taman Bungkul," kata Wahid.
Peserta bukan hanya memasuki area taman, mereka juga menaiki pagar pembatas makam. Di area terbuka bagian tengah, mereka memasuki bundaran tempat duduk berbahan batuan dan semen.
"Itu batu-batuannya sampai dicongkel, penutup listrik sampai dipecah kelihatan kabelnya, kita khawatir sewaktu-waktu ada pengunjung, pelindung air mancur juga, kan ada aliran listrik bisa nyetrum," jelas Wahid dan Deny menunjukkan bebatuan yang berserakan.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi geram dengan ulah-ulah tak bertanggungjawab dan meminta Komdigi menutup aplikasi, Taman Bungkul Surabaya kini lengang dari perburuan. Pantauan siang ini, memang demikian.
"Tapi informasinya, mereka pindah ke taman lain," ucap Wahid.
Petugas DLH Surabaya, Deny, menunjukkan bebatuan di Taman Bungkul yang dicongkel paksa oleh para pemburu koin jagat, Rabu (15/1/2025). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
"Sekarang sudah nggak ada di Bungkul, wah minggu kemarin itu sampai ratusan orang nyari-nyari koin," tambahnya.
Hingga saat ini, petugas belum dapat mendeteksi penyebar koin jagat. Wali Kota Eri meminta pihak kepolisian untuk tak segan menindak tegas.
"Kami belum pernah lihat penyebarnya, mungkin mereka membaur bersama pengunjung," ucap Wahid.
Sekarang, seluruh kawasan taman sudah dipagari garis kuning police line. Tidak boleh ada kaki melangkah masuk melebihi pembatas. Semua diblokade tanpa terkecuali sejak instruksi dari Wali Kota Surabaya turun.
Wahid mengungkapkan, instruksi pengawasan taman itu turun sekitar satu minggu lalu. Tetapi saat itu hanya titik taman tertentu. Meskipun sehari-hari petugas juga biasa berjaga selama 24 jam.
Koin disinyalir disebar di taman lain. Seperti yang terpantau Rabu (15/1/2025), pemburu keping jagat berkumpul di Kawasan Jembatan Ujung Galuh. Mereka meraba-raba setiap titik, berharap keberuntungan itu datang. Menemukan koin, menukarkan dengan uang. (*)