TRIBUNNEWS.COM – Negara anggota Aliansi Pertahanan Negara Atlantik Utara (NATO) berencana mengerahkan sejumlah kapal perang ke dekat wilayah Rusia.
Pengumuman itu dirilis langsung oleh Sekretaris Jenderal aliansi militer Mark Rutte.
Rutte menjelaskan pengerahan kapal itu dilakukan untuk mendukung misi baru NATO melindungi kabel bawah laut di wilayah Baltik bernama Baltic Sentry dari sabotase musuh.
Adapun daftar kapal tempur yang akan dilibatkan dalam patrol diantaranya termasuk fregat, pesawat patroli maritim, dan armada kecil pesawat nirawak angkatan laut.
Tak dijelaskan secara rinci berapa banyak kapal yang akan dilibatkan dalam misi ini.
Namun Rutte menambahkan bahwa patrol laut akan dilakukan lebih dari satu minggu.
Pernyataan itu menetapkan bahwa operasi akan "berlanjut untuk waktu yang tidak diungkapkan".
Manuver ini diterapkan menyusul ketegangan antara Barat dan Rusia yang kembali meningkat pasca antek Presiden Vladimir Putin dituding melakukan sabotase kabel bawah laut.
Imbasnya beberapa kabel telekomunikasi dan listrik bawah laut telah terputus di wilayah tersebut.
"Kabel sepanjang 1.200 km yang menghubungkan Helsinki ke Pelabuhan Rostock di Jerman berhenti bekerja sekitar pukul 09.00 pada November kemarin," kata perusahaan telekomunikasi dan keamanan siber milik negara Finlandia.
Sementara itu, jaringan internet sepanjang 218 km antara Lithuania dan Pulau Gotland di Swedia berhenti beroperasi sekitar pukul 15.00 pada November tahun lalu.
Para ahli serta politisi menuduh Rusia jadi dalang dalam perang hibrida melawan Barat saat kedua belah pihak bertikai soal Ukraina.
Penilaian ini bukan tanpa sebab. Rusia dituduh melancarkan perang hibrida ke Eropa usai serangkaian insiden mencurigakan.
Diantaranya serangan pembakaran, ledakan, dan tindakan sabotase lain di sejumlah negara Eropa.
Mengantisipasi terjadinya serangan serupa NATO memutuskan untuk bergabung meningkatkan kehadirannya di kawasan itu.
Hal ini dilakukan untuk melindungi kabel bawah laut di Baltik yang merupakan salah satu infrastruktur penting.
Dimana sekitar 95 persen lalu lintas internet lewat kabel tersebut dan 1,3 juta kilometer kabel menjamin transaksi keuangan senilai sekitar 10 triliun dolar (Rp162,7 triliun) setiap hari.
Nantinya operasi NATO yang komprehensif akan berfungsi sebagai "pencegah dan sinyal strategis" bahwa NATO siap bertindak sebagai respons terhadap aktivitas terkini, menurut Sarkka.
"Sejujurnya, kita tidak bisa menjamin perlindungan 100 persen, tetapi jika kita mengirimkan sinyal tegas, saya pikir insiden seperti ini akan berkurang atau bahkan berhenti," kata Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson
(Tribunnews.com / Namira)