Tentang Guru dan Orang Tua yang Melaporkan ke Pihak Berwajib karena Anaknya Dicubit
GH News January 16, 2025 07:06 PM

TIMESINDONESIA, MALANG – Fenomena yang kompleks dan menegangkan dalam bidang pendidikan adalah kasus di mana seorang guru mengajar siswa. Fenomena ini tidak hanya menyoroti pentingnya hubungan siswa, guru, dan orang tua, tetapi juga menggambarkan bagaimana norma dan nilai telah berubah dalam masyarakat.

Dalam esai ini, kita akan membahas beberapa aspek dari kasus ini, seperti latar belakang, dampak, dan solusi potensial untuk menangani masalah yang muncul di masa mendatang. Dalam konteks pendidikan, peran guru sangat penting dalam membantu siswa belajar dan berkembang. Kritik dari guru sering digunakan untuk membantu siswa meningkatkan kinerja akademis mereka.

Namun, karena kemajuan teknologi yang pesat dan perubahan sosial, banyak siswa sekarang memiliki akses yang lebih besar ke berbagai informasi dan sumber daya. Hal ini dapat memengaruhi cara mereka menanggapi otoritas, termasuk guru.

Ketika seorang murid menerima teguran tidak adil atau keras dari guru mereka, mereka mungkin percaya bahwa tindakan tersebut memengaruhi kesehatan mereka. Dalam beberapa kasus, murid mungkin merasa bahwa mereka tidak memiliki dukungan yang memadai dari pejabat sekolah untuk mengatasi masalah tersebut secara internal. Akibatnya, mereka merasa terdorong untuk berbicara kepada orang lain sebagai langkah pertama dalam mencari solusi. Saran yang diberikan kepada siswa dapat memengaruhi hubungan mereka dengan guru.

Jika seorang siswa bersikap tidak hormat kepada orang lain, hal itu dapat menyebabkan kesalahpahaman antara siswa dan guru. Setelah informasi orang dalam yang disebutkan di atas, siswa mungkin merasa tidak dapat terus berkomunikasi dengan guru mereka dengan cara yang jelas dan ringkas. Kemungkinan lain adalah guru mungkin disalahpahami atau mungkin tidak dapat membantu siswa.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Setiap orang dewasa yang menerima laporan dari seorang anak akan sering menanggapi dengan berbagai cara. Sebagian orang mungkin hanya membantu anak-anak mereka tanpa memengaruhi sudut pandang guru mereka, sementara yang lain mungkin membantu mereka memahami situasi secara lebih objektif. Tanggapan dari orang lain dapat memengaruhi cara seorang anak memandang situasi dan dapat memperbaiki atau memperbaiki situasi.

Kasus seperti ini juga dapat menimbulkan kejenuhan di lingkungan sekolah. Jika banyak siswa yang merasa bahwa mereka dapat mengajar orang lain setiap kali mereka diajar oleh guru, hal ini dapat mengurangi efektivitas proses pengajaran. Guru mungkin akan lebih berhati-hati saat memberikan nasihat atau kritik, yang pada gilirannya dapat mengurangi motivasi siswa untuk belajar dari masalah mereka sendiri.

Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab mengapa seorang murid memilih untuk melapor kepada orangtuanya setelah ditegur oleh guru. Siswa mungkin merasa bahwa teguran yang diberikan oleh guru tidak adil atau terlalu keras. Jika mereka merasa tidak mendapatkan dukungan atau pemahaman dari guru, mereka cenderung mencari dukungan dari orang tua untuk mendapatkan keadilan atau pembelaan. Ketakutan akan kemungkinan balasan dari guru bisa menjadi alasan kuat bagi murid untuk melapor kepada orangtuanya.

Mereka mungkin khawatir jika mereka tidak melaporkan, situasinya akan semakin buruk, atau guru akan memperlakukan mereka dengan lebih buruk di masa depan. Lingkungan keluarga dan pendidikan yang diterima di rumah juga berperan besar. Jika orang tua selalu membela anak dalam setiap situasi, anak mungkin belajar untuk mengandalkan orang tua dalam menyelesaikan masalah di sekolah, termasuk saat ditegur oleh guru.Pengalaman negatif sebelumnya, baik sebagai korban bullying atau sebagai saksi ketidakadilan di sekolah, dapat mempengaruhi keputusan murid untuk melapor.

Jika seorang murid pernah melihat teman-temannya mengalami masalah setelah ditegur tanpa dukungan yang memadai, mereka mungkin merasa perlu untuk melindungi diri dengan meminta bantuan orang tua.

Menghadapi kasus seperti ini membutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan semua pihak terkait: siswa, guru, dan orangtua. Sekolah perlu memiliki komunikasi yang efektif antara siswa dan guru. Hal ini dapat menjadi rutinitas antara kedua belah pihak yang bertanggung jawab untuk membahas masalah yang muncul di kelas dan memberi siswa kesempatan untuk mengungkapkan perasaan mereka tanpa merasa tegang.

Guru harus dilatih untuk menangani situasi sulit dengan lebih efektif. Mempelajari manajemen kelas dan keterampilan komunikasi dapat membantu guru memberikan bimbingan dengan cara yang lebih konstruktif dan empatik. Orangtua harus dilibatkan dalam proses pendidikan anak-anak mereka sejak dini. Sekolah dapat menyelenggarakan ceramah atau lokakarya untuk membantu masyarakat memahami cara terbaik mendukung anak-anak mereka dalam menyelesaikan masalah di sekolah. Tujuan pendidikan seharusnya adalah menciptakan budaya sekolah yang positif, tempat siswa didorong untuk belajar dari kesalahan mereka. Dengan melakukan ini, siswa akan lebih mudah menerima kritik dan bimbingan guru.

Dapat disimpulkan bahawasanya kasus seorang siswa melapor kepada orangtuanya karena mereka mengikuti aturan yang ditetapkan oleh sistem pendidikan saat ini. Meskipun keberanian siswa bermanfaat untuk membantu mereka mengatasi kekurangan mereka, penting bagi semua pihak yang terlibat siswa, guru, dan lainnya untuk bekerja sama guna menyediakan lingkungan belajar yang aman dan produktif.

Dengan meningkatkan komunikasi, memberikan pelatihan bagi guru, mendorong orang untuk bersikap proaktif, dan menciptakan budaya sekolah yang positif, kita dapat mengurangi kemungkinan terjadinya konflik di masa mendatang. Pendidikan adalah proses kolaboratif yang membutuhkan partisipasi aktif dari semua pihak untuk mencapai tujuan kerja tim, yaitu pertumbuhan optimal bagi setiap siswa.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Ahmad Makhrus Maulidin, Mahasiswa Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.