JAKARTA - Daya saing Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan. Dibutuhkan kerja keras semua pihak agar mampu bersaing di level dunia. Berdasarkan laporan World Competitiveness Ranking (WCR) 2024 yang dikeluarkan International Institute for Management Development (IMD) peringkat
daya saing Indonesia naik dari posisi 34 menjadi 27.
“Peningkatan daya saing ini merupakan prestasi yang ditopang oleh kian baiknya daya saing di sektor Industri,” ujar Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Perry Warjiyo, di acara pelantikan Pelantikan Pengurus Pusat ISEI Periode 2024-2027 di Jakarta dikutip Minggu (19/1/2025).
Acara pelantikan pengurus dan ulang tahun ISEI itu dihadiri pula para senior dan ketua ISEI terdahulu. Antara lain Wakil Presiden ke-11 Boediono, Wakil Presiden ke-10 dan 12 Jufuf Kalla (JK), Marzuki Usman, Darmin Nasution, dan Muliaman D. Hadad.
Perry Warjiyo mengatakan daya saing Indonesia harus terus ditingkatkan. Menurutnya strategi pembangunan industri perlu dipertajam khususnya dengan mengoptimalkan peran rantai nilai, baik lingkup global maupun domestik. “Industri Indonesia harus bergerak maju sehingga daya saing kita menjadi yang terdepan di Asia,” katanya.
Perry mengatakan ISEI berkomitmen untuk terus bersinergi dan mendukung program Asta Cita pemerintah, dengan fokus pada lima program strategis.
Pertama menjaga stabilitas perekonomian dan sistem keuangan Indonesia, kedua mengembangkan program hilirisasi SDA dalam meningkatkan nilai tambah perekonomian, ketiga membangun ketahanan pangan melalui strategi yang terintegrasi.
Keempat, mengakselerasi digitalisasi untuk mendukung terciptanya inklusivitas perekonomian dan keuangan. “Dan kelima, penguatan SDM melalui program sertifikasi profesi melalui Lembaga dan lembaga lainnya yang turut berperan aktif dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah,” katanya.
Perry mengatakan Indonesia masih banyak menghadapi tantangan besar. Di antaranya di sektor pangan di mana kontribusi sektor pertanian terhadap PDB pada kuartal ketiga mengalami penurunan, yakni hanya sekitar 13,71 persen.
Di sisi lain, angka malnutrisi masih mencapai 17,7% dari total populasi menurut UNICEF. Situasi tersebut menurutnya menunjukkan urgensi untuk memperkuat ketahanan pangan melalui strategi yang lebih terintegrasi.
Dia.menyebut, dalam konteks ini program Asta Cita yang dicanangkan pemerintah sangat penting dielaborasi dengan menempatkan sektor pertanian sebagai prioritas.
"Termasuk adopsi teknologi pertanian modern dan perluasan akses pasar bagi petani, penerapan lab-grown food dan mendorong Program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk mendorong sisi permintaan menjadi relevan mengarahkan Indonesia akan dapat mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan,” ujarnya.
Terkait mewujudkan SDM unggul yang mampu bersaing di tingkat global, dia mengatakan bahwa berdasarkan laporan Bank Dunia, Human Capital Index (HCI) Indonesia hanya mencapai 0,53.
Menurut Perry Warjiyo, dapat diartikan bahwa anak Indonesia rata-rata hanya akan mencapai 53 persen dari potensi produktivitasnya saat dewasa. Hal ini diperburuk pasca-pandemi Covid-19 yang menyebabkan hilangnya pembelajaran selama lebih dari dua tahun bagi sebagian besar pelajar.
“Sebagai bagian dari Asta Cita program penguatan pendidikan vokasi, peningkatan kualitas guru, mendorong sekolah unggulan di daerah dan pengembangan riset menjadi prioritas yang harus diakselerasi untuk meningkatkan daya saing bangsa,” ujar Perry.
Oleh karena itu, Indonesia harus mengadopsi strategi yang adaptif dan inovatif, seperti memperkuat kerjasama regional melalui ASEAN dan memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi sektor ekonomi.