TRIBUNJATIM.COM - Kondisi SDN 078481 Ulunaai Hiligoo Hilimbaruzo, Kabupaten Nias, Sumatera Utara, belakangan memicu perhatian publik.
Pasalnya, seorang siswa mengeluhkan para guru absen mengajar selama hampir sebulan.
Dalam video, ia memperlihatkan kondisi kelas dan kantor yang kosong tak ada guru.
Adapun sekolah tersebut adalah SDN No 078481 Ulunaai Hiligoo Laowo Hilimbaruzo Idanogawo, Kabupaten Nias, Sumut.
Dalam video yang dibagikan akun TikTok @risman_lase_, terlihat seorang siswa SD merekam suasana di SDN tersebut.
Lewat video singkat, para siswa terlihat membagikan kondisi sekolah yang sepi lantaran tak dihadiri satu pun guru.
Sekolah yang masih beralaskan tanah tersebut terlihat hanya dihuni beberapa murid saja.
Di sekolah tersebut cuma ada beberapa murid berseragam merah putih.
Mereka menampakkan wajah sedih lantaran tak ada kegiatan belajar mengajar.
Kendati demikian, para murid tetap bersemangat pergi sekolah.
Diungkap sang murid, para guru sudah lama tidak datang ke sekolah.
"Halo bapak, ibu, ini sekolah, ini keadaan gurunya, tidak ada, gurunya sama sekali tidak ada," ungkap sang siswa SD perekam.
Bergerak ke arah ruangan sebelah ruang kelas, sang siswa memperlihatkan kondisi ruang guru.
Dalam rekaman tersebut tampak ruang guru tidak ada siapapun.
Di ruang guru tersebut hanya terdapat berkas usang yang diletakkan di lemari.
"Ini kantor, gurunya tidak ada sama sekali, satu orang pun," ujar sang siswa.
Sambil merekam, siswa SD tersebut bertanya ke rekannya terkait kondisi sekolah.
Siswa SD tersebut lantas curhat soal keadaan miris kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut yang bak mati suri.
Sebab diakui sang murid, para guru sama sekali tidak pernah datang ke sekolah hampir satu bulan.
"Gimana keadaan guru kalian?" tanya siswa SD.
"Keadaan guru kami tidak ada satu pun, cuma sering-sering tidak ada mereka pun."
"Satu hari aja pun tidak ada, satu pun guru tidak ada," ujar murid yang lainnya.
Tak hanya itu, sang siswa juga mengurai kebobrokan sang guru.
Yakni para guru hanya datang ke sekolah untuk membunyikan lonceng saja lalu pergi lagi.
Hal itu seolah memberi harapan palsu bagi para murid yang semangat bersekolah.
"Kalau datang guru kan, dipukul lonceng, padahal saya enggak dikasih pelajaran, cuma dipukul lonceng, udah pergi mereka."
"Udah satu bulan aja enggak ada mereka. Senin, Selasa, Rabu tidak ada."
"Sedikit lagi satu bulan, tidak ada mereka. Seperti itu sekolah kami," kata siswa SD.
Melalui video singkat tersebut, sang murid juga membagikan kondisi ruang kelas yang berantakan.
Tak seperti sekolah negeri lain di kota-kota besar, SD tersebut tampak dipenuhi debu dengan fasilitas sederhana.
Bahkan papan tulis di sekolah tersebut juga masih menggunakan papan tulis kapur.
Kendati demikian, sekolah tersebut berdiri kokoh dengan atap dan bangunan yang utuh.
"Ini gais, ini anak sekolah. Ini anak sekolahnya tidak ada, karena malas guru," ujar sang siswa SD.
Melihat video miris yang dibagikan siswa SD di Nias tersebut, netizen ramai berkomentar.
Publik ikut prihatin dan miris dengan kondisi para siswa tersebut.
"Inilah keluhan anak SD Nias semoga Bapa presiden kita lebih memperhatikan pulau nias. Lg kasihan pak mereka pengen belajar ,anak Nias jg anak bangsa indonesia"
"Yaahowu de,,, secara pribadi sy ikut prihatin. Semoga guru2nya menyadari akan tgs dan tanggungjawabnya kpd peserta didik. Semangat trs ya"
"Anak pintar. Semoga pemerintah memperhatikan anak didik di sekolah ini"
Suasana ruang kelas yang kosong dan meja kursi yang berantakan menambah gambaran miris pendidikan di sekolah tersebut.
Video ini menyoroti urgensi perbaikan aksesibilitas dan fasilitas pendidikan di wilayah-wilayah terisolir seperti Kabupaten Nias.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nias, Kharisman Halawa, pun merespons dengan menyatakan bahwa pihaknya telah menindaklanjuti laporan ini.
"Saat ini Dinas Pendidikan, Inspektorat, dan BKPSDM Kabupaten Nias sedang memeriksa seluruh guru yang bertugas di sekolah itu," ujar Kharisman dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/1/2025).
Menurut Kharisman, SDN 078481 Uluna'ai Hiligo'o Hilimbaruzo berlokasi di Dusun III, Desa Laowo Hilimbaruzo, Kecamatan Idanogawo, yang merupakan wilayah terisolir.
Sekolah ini berjarak 8,5 kilometer dari desa induk dan hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki melalui medan berbatu dan 13 sungai yang harus diseberangi.
Tak ayal perjalanan ke sekolah memakan waktu hingga dua jam.
"Alternatif lain adalah melewati Desa Soroma'asi di Kecamatan Ulugawo dengan jarak yang lebih jauh, yaitu 12,5 kilometer, namun jalannya berbukit-bukit dan sulit dilalui," jelas Kharisman.
Sekolah ini melayani 62 siswa dari Dusun III yang dihuni oleh 315 jiwa.
Namun, fasilitasnya sangat terbatas.
"Tidak ada rumah dinas guru dan jaringan listrik di sekolah tersebut," tambahnya.
Persoalan utama, lanjut Kharisman, adalah lokasi tempat tinggal para guru yang berada di luar Dusun III.
Setiap hari, mereka harus menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki dan melewati sungai. Kondisi cuaca menjadi penghalang signifikan.
"Curah hujan yang tinggi beberapa bulan terakhir membuat para guru sering tertahan di jalan karena sungai banjir, atau mereka baru tiba di sekolah saat siang hari," ungkapnya.
Meski demikian, jika terbukti para guru benar-benar tidak mengajar selama sebulan, sanksi disiplin akan dijatuhkan.
"Hukumannya sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil."
"Selain itu, kami akan meminta guru untuk tinggal di Dusun III agar kegiatan belajar-mengajar tidak terganggu," tegas Kharisman.
Kharisman juga menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Nias tengah berupaya membuka akses jalan ke desa-desa terisolir, termasuk Dusun III.
Namun keterbatasan anggaran menjadi kendala utama.
"Saat ini masih ada 19 desa yang belum dilalui jalan beraspal."
"Kami sangat membutuhkan anggaran infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas desa-desa terisolir, sehingga pelayanan pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan dapat merata," tandasnya.