Nama Tokoh Perang Saparua di Ambon yang Juga Abadi di Belanda
Moh. Habib Asyhad January 22, 2025 02:34 PM

Inilah nama tokoh Perang Saparua di Ambon yang juga abadi di Belanda. Kapitan Pattimura yang gigih berperang melawan penjajah.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Nama tokoh Perang Saparatua di Ambon tentu tak asing lagi bagi kita. Dialah Kapiten Pattimura, pahlawan nasional yang gigih melawan penjajah Belanda.

Selain di jalan-jalan di Indonesia, nama Kapiten Pattimura juga abadi di jalanan Belanda. Bagaimana ceritanya?

Sosok Pattimura

Kapitan Pattimura atau Pattimura berasal berasal dari Maluku Tengah. Nama aslinya adalah Thomas Matulessy.

Dia lahir di Desa Haria, Pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783. Ayahnya bernama Frans Matulessy dan ibunya bernama Fransina Silahoi.

Pattimura merupakan seorang kesatria keturunan Matulessy yang masih ada hubungan saudara dengan raja Maluku. Pattimurapernah berkarir sebagai mantan sersan militer Inggris.

Namanya dikenal karena memimpin perlawanan rakyat Maluku melawan Belanda melalui Perang Pattimura atau Perang Saparua.

Perang Saparua/Perang Pattimura

Sejak abad ke 17 dan 18 berlangsung serentetan perang bersenjata melawan Belanda (VOC). Perang terjadi karena penindasan kolonialisme Belanda dalam bentuk monopoli perdagangan, pelayaran hongi, kerja paksa dan sebagainya.

Penindasan dirasakan di semua sisi kehidupan rakyat, baik segi ekonomi, politis, dan segi sosial psikologis. Selama dua ratus tahun, rakyat Maluku mengalami perpecahan dan kemiskinan.

Rakyat Maluku memproduksi cengkeh dan pala untuk pasar dunia namun tidak membawa keuntungan. Hal ini lantaran, adanya kebijakan pajak berupa penyerahan wajib (verplichte leverantien) dan contingenten serta blokade ekonomi yang mengisolasi rakyat Maluku dari pedagang-pedagang Indonesia lainnya.

Pada fase kedua pendudukan Inggris di Maluku, tahun 1810-1817 harus berakhir pada tanggal 25 Maret 1817. Di mana saat itu, Belanda kembali menguasai Maluku.

Rakyat Maluku menolak tegas kedatangan Belanda dengan memuat "Proklamasi Haria" dan "Keberatan Hatawano". Proklamasi Haria disusun Pattimura.

Ketika pemerintah Belanda mulai melaksanakan kekuasan melalui Gubernur Van Middelkoop dan Residen Saparua Johannes Rudolf van der Berg, perlawanan bersenjata rakyat Maluku pecah.

Lalu, Maluku mengadakan musyawarah dan konsolidasi kekuatan dimana pada forum-forum itu menyetujui Pattimura sebagai kapten yang memimpin perjuangan. Pada 7 Mei 1817 dalam rapat umum di Baileu, Haria, Thomas Matulessy atau Pattimura dikukuhkan dalam upacara adat sebagai Kapitan Besar.

Setelah dilantik, Pattimura memilih pembantunya yang berjiwa ksatria, yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latumahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan Sarassa Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.

Pattimura bersama Philips Latumahina dan Lucas Selano melakuan penyerbuan ke Benteng Duurstede. Berita mengenai jatuhnya Benteng Duurstede dan pemusnahan orang-orang Belanda oleh Pattimura mengoncangkan Pemerintah Belanda di Kota Ambon.

Gubernur Van Middelkoop dan Komisaris Engelhard mengutus militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan Mayor Beetjes. Ekspedisi itu dikenal dengan Ekspedisi Beetjes.

Mengetahui hal tersebut, Pattimura mengatur taktik dan strategi pertempuran. Pasukan rakyat yang berjumlah 1000 diatur pertahanan, mulai Teluk Haria memanjang sampai ke Teluk Saparua.

Akhirnya, Pattimura bersama pasukannya mengalahkan Beetjes dan tentaranya. Pada 20 Mei 1817 diadakan rapat raksasa di Haria untuk menyatakan kebulatan tekad melanjutkan perjuangan melawan Belanda.

Peringatan kebulatan tekad tersebut dikenal dengan nama Proklamasi Portho Haria. Proklamasi ini berisi 14 pasal dan ditanda tangani oleh 21 raja patih di Pulau Saparua dan Nusalaut.

Proklamasi ini menumbuhkan semangat juang yang mendorong tumbuhnya front-front pertempuran di berbagai tempat sampai Maluku Utara. Belanda tidak tinggal diam. Pada 11 November 1817 di bawah kepemimpinan Letnan Pietersen di dampingi orang pengkhianat Pattmura berhasil menyergap Pattimura dan Philips Latumahina.

Para tokoh akhirnya ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantung pada 16 Desember 1817 di Kota Ambon. Atas jasa dan pengorbanannya, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional.

Jasa dan pengorbanan Pattimura melekat di tanah kelahirannya, Maluku Tengah. Atas jasanya, nama Pattimura disematkan sebagai nama universitas, bandara, dan pernah diabadikan sebagai gambar uang Rp.1.000 yang diterbitkan Bank Indonesia.

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 2/25/PBI/2000 tentang pengeluaran dan peredaran uang rupiah pecahan 1.000 (seribu) tahun emisi 2000. Uang yang berupa lembaran tersebut memuat gambar Pahlawan Nasional Kapitan Pattimura yang di bagian bawahnya tertulis 'Kapitan Pattimura'.

Di baliknya, termuat gambar Pulau Maitara dan Tidore yang di bagian tengahnya terdapat gambar nelayan sedang menebarkan jala ikan.

Jadi nama jalan di Belanda

Sudah tak terhitung berapa jalan di Indonesia yang menggunakan nama Kapitan Pattimura. Yang bikin bangga, nama sang pahlawan juga mejeng di Negeri Belanda sana.

Di Wierden, Belanda, ada jalan namanya yang terinspirasi dari Kapitan Pattimura. Namanya Pattimurastraat yang merupakan cabang dari jalan lain yang bernama Jan Jansweg.

Usut punya usut, nama itu diusulkan oleh Komunitas Maluku yang sudah lama menetap di kota itu. Oleh Belanda, Kapitan Pattimura dijatuhi hukuman gantung yang eksekusinya terjadi pada 16 Desember 1817.

Itulah nama tokoh Perang Saparua di Ambon yang juga abadi di Belanda. Kapitan Pattimura yang gigih berperang melawan penjajah.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.