Manfaat dan Tantangan AI dalam Laju Pertumbuhan UMKM
Nadhira Nayla Jelita January 22, 2025 05:43 PM
Kecerdasan buatan (AI: Artificial Intelligence) telah muncul sebagai kekuatan transformatif dalam dunia bisnis, menawarkan peluang yang belum pernah ada sebelumnya dan menimbulkan tantangan yang unik. Bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), peran AI sangat signifikan karena dapat berfungsi sebagai katalisator pertumbuhan dan sumber disrupsi.
Kehadiran AI membuat saya tergugah untuk menelusuri seberapa berdampak itu terhadap perkembangan UMKM. Saya mewawancarai dua orang pelaku UMKM, satu pengguna AI dan satunya bukan.
Saya bertemu Arif (39), pemilik UMKM “Pisang Buana” yang memanfaatkan AI untuk media pemasarannya. Ia mengaku merasakan dampak positif AI terhadap unit usaha rintisannya.
“Menurut saya, AI adalah peluang besar. Dengan teknologi ini, UMKM bisa lebih efektif dalam berbagai aspek, seperti pemasaran. Serapan promosinya jauh lebih efisien,” ungkap Arif.
Arif menggunakan AI untuk beberapa hal. Misalnya, untuk membuat konten promosi otomatis di media sosial, yang sangat membantu menjangkau konsumen baru. Arif mengaku terkagum dengan dampak signifikan yang didapatinya. Ia pun memanfaatkannya cukup lama bahkan sejak pertama kali merintis bisnis tersebut.
Namun, meski berdampak positif, bukan berarti penggunaan AI untuk kepentingan UMKM ini tanpa aral merintang. Arif menyebut perihal biaya dan adaptasi jadi dua problem pokok yang kerap ia temui.
“Tantangannya ada pada biaya dan adaptasi. Beberapa tools yang lebih canggih masih cukup mahal dan premium. Selain itu, butuh waktu untuk belajar. Jadi, kita harus menyisihkan tenaga, dan waktu untuk bisa mempelajari inovasi terbaru dari AI tersebut,” jelas Arif.
Mengetahui manfaat AI begitu signifikan terhadap laju pertumbuhan UMKM, Arif berharap akan ada lebih banyak UMKM yang bisa merasakan manfaat AI. Ia juga ingin rekan-rekan perintis UMKM bisa terus bertumbuh dan berinovasi beriringan dengan laju zaman. Arif pun mengaku antusias bila ada satu-dua rekan wirausahawan yang bertanya dan tertarik mengulik AI dan memanfaatkannya bagi progres UMKM rintisannya sendiri.
Sementara itu, Wahyudin (52), narasumber lainnya yang tidak menggunakan AI, mengaku masih nyaman dengan metode pemasaran langsung yang selama ini ia jalani. Ia merasa usahanya selama ini baik-baik saja dan belum merasa perlu beranjak menggunakan AI.
“Saya setuju bahwa teknologi memang penting, tapi jujur saja, saya belum terlalu memahami bagaimana AI bisa membantu usaha seperti saya karena saya pemasaran langsung ke konsumen,” ungkap perintis UMKM Molen Jaya tersebut.
Bagi Wahyudin, proses pemasaran konvensional yang selama ini ia lakukan cenderung lancar. Ia juga tidak ingin buru-buru dan latah menggunakan AI tanpa mengerti benar signifikansinya terhadap lini bisnis rintisannya. Ia tidak ingin sekadar ikut-ikutan tren.
Meski demikian, Wahyudin mengaku terbuka jika AI ternyata bisa memberi prospek yang menjanjikan untuk laju bisnisnya. Ia mengaku tidak malu jika harus belajar kepada wirausahawan yang lebih muda untuk berproses lebih baik.
“Saya belum paham teknologi ini, apalagi cara menggunakannya. Selain itu, saya merasa bahwa usaha saya lebih cocok dengan pendekatan personal, seperti promosi dari mulut ke mulut,” kata Wahyudin menanggapi pertanyaan mengapa ia belum menggunakan AI, Jumat (13/12).
Walaupun merasa UMKM yang dirintisnya selama ini baik-baik saja dengan metode promosi konvensional dari mulut ke mulut, Wahyudin juga tidak menampik bahwa ada kekhawatiran ia tidak inovatif dan adaptif dengan perkembangan zaman. Ia mengakui keunggulan UMKM yang memanfaatkan teknologi dengan baik cenderung bisa berprogres lebih cepat. Itu menjadi tantangan utama untuk menjaga standar agar tetap kompetitif di medan pasar.
“Tantangan kami lebih kepada kompetisi. Saya menyadari UMKM yang menggunakan teknologi lebih cepat berkembang dan ini membuat saya merasa tertinggal,” ucap Wahyudin.
Jika boleh meminta, Wahyudin menginginkan kepedulian lebih pemerintah agar UMKM bisa lebih melek teknologi dan tidak ketinggalan zaman. Agar bisa selektif dalam menanggapi tren teknologi, tapi tidak tergerus arus modernitas semata.
“Saya berharap ada pendekatan yang lebih sederhana untuk memperkenalkan teknologi ini kepada usaha kecil seperti kami. Kami juga ingin belajar dan berkembang, tapi sering kali kami kesulitan dalam memahami inovasi-inovasi teknologi ini secara sederhana dan gagal melihat manfaat praktis dari inovasi tersebut bagi unit usaha kami,” kata Wahyudin berharap.
AI membawa banyak keuntungan bagi UMKM, memungkinkan mereka untuk bersaing di pasar yang secara tradisional didominasi oleh perusahaan besar. Salah satu manfaat yang paling signifikan adalah otomatisasi, yang memungkinkan UMKM untuk menyederhanakan tugas-tugas berulang seperti manajemen inventaris, layanan pelanggan, dan pembukuan. Misalnya, chatbot bertenaga AI menyediakan dukungan pelanggan 24 jam, mengurangi kebutuhan akan tim layanan pelanggan yang besar yang artinya juga memangkas bujet gaji karyawan sekaligus meningkatkan kepuasan pelanggan.
Pemasaran yang dipersonalisasi adalah pengubah permainan lain yang diperkenalkan oleh AI. Dengan alat-alat seperti algoritma pembelajaran mesin, UMKM dapat menganalisis perilaku konsumen, mengelompokkan audiens target mereka, dan menyusun kampanye pemasaran yang dipersonalisasi. Tingkat presisi ini dulunya merupakan kemewahan yang hanya dimiliki oleh perusahaan besar, tetapi kini dapat diakses oleh pelaku usaha kecil, yang memungkinkan mereka membangun hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan dan meningkatkan penjualan.
Penekanan pengenalan AI kepada para pelaku UMKM ini menjadi penting, bahkan urgen, untuk menunjang mobilitas dan daya efisiensi dalam menjalankan lini usaha. Dosen Pendidikan Matematika dari Universitas Swadaya Gunung Jati, Cita Dwi Rosita mengungkapkan bahwa kemajuan teknologi termasuk AI dan IoT (Internet of Things) berpotensi menciptakan beragam jenis pekerjaan baru dan dapat meningkatkan efektivitas dalam promosi penjualan produk.
“Penting untuk mendorong pelaku usaha mikro (UMKM) untuk terus bergeliat dan akrab dengan dunia digital dan perkembangan teknologi. AI dan IoT berguna betul buat para pelaku UMKM dalam mengembangkan praktik usaha dan inovasi ekonomi, yang memengaruhi daya saing UMKM itu bukan hanya semata kualitas produk, tapi juga perihal kecakapan memanfaatkan teknologi termasuk AI. Pelaku UMKM yang lebih akrab dengan perkembangan AI dapat memanfaatkannya dalam membantu beragam urusan teknis yang dapat membantu melakukan analisis dan evaluasi perihal mobilitas perdagangan dan fluktuasi pasar,” jelas Cita Dwi, dosen yang kerap mengampu mata kuliah Pendidikan Matematika tersebut.
Dari sini bisa disimpulkan bahwasanya AI juga memfasilitasi pengambilan keputusan yang lebih baik. Dengan menganalisis data dalam jumlah besar, perangkat AI memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti, membantu UMKM memperkirakan tren, mengidentifikasi risiko, dan memanfaatkan peluang. Misalnya, analisis prediktif dapat menginformasikan perencanaan inventaris, memastikan bahwa bisnis menyimpan produk yang tepat pada waktu yang tepat, meminimalkan pemborosan, dan memaksimalkan keuntungan.
Selain itu, perangkat bertenaga AI telah mendemokratisasi akses ke pasar global. Perangkat penerjemahan, platform e-commerce otomatis, dan solusi logistik berbasis AI memungkinkan UMKM menjangkau khalayak internasional tanpa memerlukan sumber daya yang besar. Jangkauan global ini meningkatkan aliran pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada pasar lokal.