WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS)
Donald Trump menetapkan kembali
Houthi Yaman sebagai
Organisasi Teroris Asing (FTO). Hal itu diumumkan Gedung Putih dalam sebuah pernyataan pernyataan pada hari Rabu, menandai kedua kalinya setelah pemerintahan Joe Biden membatalkan keputusan yang dibuat dalam masa jabatan pertama Trump.
Houthi mulai menyerang kapal militer dan komersial AS di Laut Merah, serta kapal yang mereka klaim terkait dengan Israel sebagai solidaritas dengan warga Palestina di Gaza yang diinvasi Zionis Israel sejak 7 Oktober 2023.
Menurut laporan
Al Arabiya English, Kamis (23/1/2025), sebuah rekomendasi untuk menetapkan kembali Houthi sebagai FTO telah sampai di meja mantan Presiden Joe Biden selama bulan terakhir masa jabatannya. Namun, Biden memilih untuk menyerahkan keputusan tersebut kepada pemerintahan penerusnya.
Washington Free Beacon, yang pertama kali melaporkan keputusan Trump untuk memasukkan kembali Houthi sebagai FTO, melaporkan bahwa perintah yang akan ditandatangani oleh Trump juga mengecam Iran karena mendukung Houthi.
Laporan itu menambahkan bahwa perintah Trump tersebut sebagai ketentuan kebijakan AS untuk menghilangkan kemampuan dan operasi Houthi.
Dalam salah satu tindakan kebijakan luar negeri pertamanya, Biden mencabut "label" organisasi teroris yang ditetapkan pada Houthi pada hari-hari terakhir pemerintahan Trump.
Tahun lalu, Biden memerintahkan Houthi untuk dicantumkan kembali sebagai entitas Teroris Global yang Ditunjuk Khusus (SDGT) tetapi menahan diri untuk tidak menetapkannya kembali sebagai FTO.
Pemerintahan Biden berpendapat bahwa sebutan tersebut dapat menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Yaman, yang sedang mengalami salah satu krisis kemanusiaan paling parah di dunia.
Menanggapi ancaman Houthi, AS membentuk koalisi maritim Januari lalu yang bertujuan untuk menghalangi kelompok tersebut dan menjaga jalur pelayaran internasional di wilayah tersebut.
Dalam beberapa hari terakhir, Houthi mengindikasikan bahwa mereka akan menghentikan serangan mereka terhadap Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata Gaza.
Serangan Houthi telah merugikan AS miliaran dolar, terutama untuk pengerahan kelompok penyerang kapal induk dan pengeluaran biaya rudal dan amunisi lainnya untuk mempertahankan diri dari serangan Houthi.
Diperkirakan bahwa mengoperasikan kelompok penyerang kapal induk menghabiskan biaya di bawah USD9 juta setiap hari.
AS telah mempertahankan setidaknya satu kelompok penyerang kapal induk di wilayah tersebut. Sebuah studi yang diterbitkan oleh Universitas Brown pada bulan September 2024 memperkirakan total biaya operasi ini melebihi USD4,86 miliar.