Artikel ini tentang peran Pangeran Antasari dalam Perang Banjar 1859-1905. Semoga bermanfaat untuk para pembaca sekalian.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Perang Banjar atau Perang Banjar-Barito (1859-1905) menjadi bukti perlawanan masyarakat Kalimantan Selatan terhadap Belanda. Perang Banjar artinya kita bicara tentang Pangeran Antasari.
Apa peran Pangeran Antasari dalam peristiwa Perang Banjar yang berlangsung dari 1859 hingga 1905 itu?
Pangeran Antasari
Pangeran Antasari dilahirkan pada 1797 di Kayu Tangi, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Nama aslinya Gusti Inu Kartapati. Ayahnya adalah Pangeran Masohut dan ibunya bernama Goesti Hadjiah.
Pahlawan Perang Banjar ini lahir di tengah pertentangan dua keluarga yang merebutkan tahta Banjar. Tapi tidak seperti anak bangsawan pada umumnya, Antasari sejak kecil telah dirundung kemalangan akibat pertikaian keluarga besarnya.
Antara keluarga besar dari pihak ayah dan ibunya sebenarnya saling merebutkan kekuasaan di Banjar yang berakhir dengan perang saudara di antara keduanya. Keluarga ayahnya, Pangeran Masohut, berada di kelompok yang kalah.
Saudaranya hingga orang tuanya telah dibunuh oleh pihak yang berkuasa. Karenanya, Pangeran Antasari terbuang dari istana, tumbuh di tengah masyarakat biasa.
Sebagai rakyat jelata, dia banting tulang memenuhi kehidupan keluarganya. Kondisi hidup demikian ini justru membentuk pribadi Antasari sebagai orang berwatak keras dan tak kenal menyerah yang tercermin dalam riwayat perlawanannya.
Perang Banjar dan peran Sang Pangeran
Perang Banjar atau Perang Banjar-Barito adalah sebuah peristiwa sejarah di mana rakyat Kalimantan khususnya Kesultanan Banjar berperang melawan para penjajah Belanda. Perang Banjar terjadi di wilayah Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan pada tahun 1859 hingga 1905.
Perang Banjar melibatkan keturunan Kesultanan Banjar yang didukung kekuatan dari rakyat yang berasal dari berbagai daerah di Batang Banyu di sepanjang aliran Sungai Barito. Dahsyatnya Perang Banjar pada saat itu terlihat dari jumlah korban tewas baik di pihak Belanda maupun rakyat Banjar Barito.
Tokoh yang terlibat dalam Perang Banjar ini antara lain Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah II.
Sebagaimana riwayat-riwayat perlawanan di Nusantara lainnya, Perang Banjar disebabkan datangnyaBelanda yang ikut campur dalam urusan Kesultanan Banjar. Tentu saja ini menimbulkan banyak permasalahan.
Kondisi ini kemudian memuncak dengan adanya perlawanan dari Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah II. Jika dirangkum, penyebab terjadinya Perang Banjar antara lain:
- Rakyat menjadi sasaran eksploitasi dari Belanda dan Kesultanan Banjar
- Munculnya konflik perebutan tahta Kesultanan Banjar akibat intervensi Belanda
- Sikap sewenang-wenang dari Tamjidillah yang ditunjuk Belanda sebagai Sultan Banjar
Kesultanan Banjar awalnya adalah kerajaan bercorak Hindu. Islam baru masuk ke ujung selatan Kalimantan itusekitar akhir abad 15 berkat peran dari Kerajaan Demak.
Kesultanan Banjar memiliki wilayah kekuasaan di sekitar Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Tengah. Dalam buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman disebutkan bahwa pelabuhan-pelabuhan dagang Kesultanan Banjar pada abad 15 M selalu ramai dengan kapal-kapal dagang internasional.
Kesultanan Banjar juga memiliki hasil sumber daya alam seperti emas, intan, lada, rotan dan damar yang melimpah. Hal inilah yang kemudian mendorong Belanda untuk mulai merencanakan strategi agar dapat menguasai Kesultanan Banjar.
Menurut Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, Belanda dan Kesultanan Banjar mulai melakukan interaksi pada sekitar tahun 1840-an. Setelah itu, Belanda mulai dengan strategi melakukan campur tangan di beberapa wilayah Kesultanan Banjar dan memadamkan sengketa-sengketa yang ada.
Sebagai imbalan, Belanda mendapatkan hak khusus untuk mencampuri urusan dalam negeri Kesultanan Banjar. Kondisi tersebut berlangsung lama hingga akhirnya perlawanan rakyat Banjar dimulai.
Semua berawal ketika Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah II sebagai Sultan Banjar pada 1859. Padahal, waktu itu sosok yang seharusnya naik tahta menjadi Sultan Banjar adalah Pangeran Hidayatullah II.
Namanya juga tertulis dalam surat wasiat yang ditulis oleh Sultan Adam agar dia menjadi penerus takhta. Pada 28 April 1859, Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah II kemudian memimpin perlawanan terhadap Belanda.
Pangeran Antasari memimpin penyerangan terhadap benteng Belanda dan tambang batu bara di wilayah Pengaron. Dalam serangan tersebut tentara Belanda dapat dilumpuhkan dan pasukan Pangeran Antasari dapat menguasai tambang batu bara itu.
Setelah itu, muncul beberapa pertempuran di tempat lain seperti Pertempuran Benteng Tabanio di Agustus 1859, Pertempuran Benteng Gunung Lawak pada September 1859, Pertempuran Munggu Tayur pada Desember 1859, dan Pertempuran Amawang pada Maret 1860.
Dalam buku Pegustian dan Temanggung: Akar Sosial, Politik, Etnis dan Dinasti, Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906 (2014) karya Helius Sjamsudin disebutkan bahwa Belanda membalas serangan Pangeran Antasari dengan menawan keluarga Pangeran Hidayatullah II.
Belanda kemudian meminta Pangeran Hidayatullah II untuk keluar dari persembunyiannya. Dia pun keluar dari persembunyiannya untuk menyelamatkan keluarganya tapi justru ditangkap Belanda dan diasingkan ke Cianjur.
Hal itu tak membuat menghentikan Pangeran Antasari perlawanan. Dia terus melakukan perlawanan di daerah-daerah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Pangeran Antasari juga mendirikan tujuh unit benteng di Teweh untuk memperkuat pertahanan rakyat. Perang Banjar mulai meredup ketika Pangeran Antasari mulai melemah karena terserang penyakit paru-paru dan cacar.
Perjuangannya terus dilakukan hingga Pangeran Antasari wafat pada 11 Oktober 1862. Gusti Mat Seman, Gusti Acil, Gusti Muhammad Arsyad, dan Antung Durrahman melanjutkan perjuangan di Perang Banjar hingga titik darah penghabisan.
Perang Banjar berakhir pada tahun 1905 dengan kemenangan berada di pihak Belanda yang berhasil menghapus Kesultanan Banjar.
Bagaimanapun juga, Perang Banjar berhasil menyatukan penyatuan gerakan rakyat di bawah pimpinan Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah II. Meski sudah melakukan perlawanan denga gigih dan pantang menyerah, pada akhirnya Belanda bisa mengatasi keadaan.
Meski begitu, Belanda yang memenangkan peperangan akhirnya menghapusKesultanan Banjar. Penghapusan ini diambil demi menghindari konflik lebih lanjut dan menghindari meletusnya perlawanan rakyat Kalimantan Selatan.
Belanda juga menghapuskan pemerintahan-pemerintahan bawahan Kesultanan Banjar sehingga tidak ada penerus kerajaan. Pihak belanda kemudian menerapkan aturan-aturan baru di bawah Residentie Zuider en Ooster Afdeelingvan Borneo (Keresidenan Bagian Selatan dan Timur Pulau Borneo).
Berbagai sumber daya di Kalimantan kemudian dikuasai dan dimonopoli oleh Belanda yang mengakibatkan rakyat menderita. Eksploitasi besar-besaran kemudian terjadi karena Belanda mengambil sumber daya alam secara paksa berupa rempah-rempah, perkebunan, dan tambang batu bara.
Itulah artikel tentangperan Pangeran Antasari dalam Perang Banjar 1859-1905. Semoga bermanfaat untuk para pembaca sekalian.