Bahaya Laten Birokrasi Sontoloyo
Ahmad Syahrus Sikti Official February 01, 2025 09:23 PM
Yang dimaksud "birokrasi sontoloyo" adalah birokrasi yang diselenggarakan secara konyol, tidak efektif disebabkan ulah para oknum birokratnya. Birokrat sebagai abdi negara yang diberikan kewenangan negara untuk menjalankan tugas dan fungsi justru menyalahgunakan untuk kepentingan pribadi/kelompok, membuat prosedur tidak jelas, berbelit sehingga tujuan utama bernegara gagal akibat ulah perbuatannya. Oleh karena itu, birokrat sebagai motor penggerak organisasi dituntut memiliki dua kemampuan sekaligus yaitu soft competency dan hard competency; integritas dan kapabilitas.
Yang Bersih, Yang Oknum
Dalam konteks birokrasi sontoloyo, orang-orang yang jujur dan tegak lurus terhadap nilai-nilai etis serta berteduh di bawah naungan moralitas justru dianggap sebagai oknum, dirinya malah dikucilkan dalam relasi profesional, diisolasi dalam lingkungan pekerjaan, bahkan karirnya tidak sementereng rekan-rekannya yang integritasnya tidak bagus-bagus amat.
Orang-orang yang berintegritas malah dituduh tidak loyal, sok suci, tukang lapor bahkan pengkhianat. Jangankan untuk klarifikasi atas tuduhan tersebut, baru berbicara sepatah kata saja sudah dilabeli negatif hingga membuatnya semakin tidak berdaya.
Dalam relasi profesional, orang-orang yang berintegritas justru dianggap sumber malapetaka, tidak seksi diajak bekerja sama karena tidak ada untungnya. Kehidupannya yang sepi alias tidak ramai menyebabkan dirinya cenderung menutup diri, bukan karena keinginannya tetapi karena konsekuensi etis atas pendiriannya. Eksistensinya tidak dilirik sama sekali bahkan dianggap tidak ada sebab tidak ada chemistry di antara mereka laksana air dan minyak yang mustahil dipersatukan.
Memaklumi Kesalahan
Birokrasi sontoloyo tidak terlepas dari karakter masyarakat yang terkadang masih memaklumi bahkan merasionalisasi perbuatan-perbuatan tercela seperti suap, pungli, gratifikasi. Setiap kesalahan dianggap sepele padahal dampaknya mendegradasi moralitas kolektif di tubuh birokrasi dan lama kelamaan kesalahan yang terus berulang dan selalu dirasionalisasi akan dianggap sebagai kebenaran. Sikap memaklumi kesalahan merupakan bentuk pelecehan terhadap tubuh birokrasi yang berlandaskan nilai-nilai keluhuran sekaligus dapat melahirkan oknum-oknum baru.
Birokrasi sontoloyo yang menempatkan orang berintegritas sebagai oknum akan menghambat akselerasi organisasi di masa depan. Birokrasi sontoloyo yang berusaha mengawinkan antara kelompok berintegritas dengan kelompok tidak berintegritas dalam satu wadah birokrasi tidak dapat dibenarkan. Alih-alih mencari jalan tengah justru menjerumuskan organisasi kepada jurang kenestapaan.
Menempatkan Orang Bermasalah
Birokrasi sontoloyo menempatkan orang-orang "yang bermasalah" secara integritas dan defisit kualitas di posisi strategis. Ucapan pembenaran atas kebijakan tersebut lazim kita dengar seperti mungkin sudah tobat, kasih kesempatan sekali lagi, Tuhan saja pemaaf dan seterusnya. Alih-alih memberikan kesempatan kepada orang yang bermasalah untuk menjadi lebih baik, justru kebijakan tersebut membawa organisasi menuju kebangkrutan. Tidak elok jika memberikan kesempatan terhadap orang yang bermasalah untuk menduduki top manajemen padahal masih ada orang yang lebih cakap integritas dan kualitasnya ketimbang orang yang bermasalah tersebut.
Organisasi modern menghendaki para birokratnya memiliki profesionalitas dan integritas sekaligus. Seseorang yang memiliki track record bermasalah akan menjadi catatan negatif karena tidak bisa menjaga profesionalitas dirinya meskipun hasil pekerjaannya selalu beres. Artinya sekali seseorang mengkhianati amanah yang diembannya maka kesempatan puncak karirnya tertutup, amanah yang disia-siakan tidak memberikan kesempatan untuk kedua kalinya.
Surplus Reward, Defisit Punishment
Salah satu ciri khas birokrasi sontoloyo adalah gemar memberikan penghargaan namun lupa memberikan penghukuman. Implementasi reward dan punishment tidak boleh berat sebelah namun sejajar, harus berimbang. Jika tuas reward ditarik kencang maka tuas punishment juga demikian agar seseorang berani melangkah sekaligus tidak berani melanggar. Implementasi reward dan punishment secara berimbang bertujuan untuk menetralkan perilaku manusia agar tidak condong ke perilaku buruk.
Pemberian hukuman secara proporsional sebagaimana pemberian penghargaan telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW di mana dirinya sendiri yang akan memotong tangan anaknya yang bernama Fatimah apabila kedapatan mencuri. Sikap konsisten inilah yang menyebabkan keadilan berdiri tegak serta tidak ada oknum yang berani merusak birokrasi kenabian saat itu.
Penghargaan dan penghukuman yang seharusnya dwi tunggal, satu kesatuan justru dipisah-pisah penerapannya sehingga para oknum birokrat semakin berani melanggar aturan. Penegakan hukuman yang tidak tegas sejak awal karena berbagai kepentingan pragmatis juga menjadi penyebab kegagalan birokrasi, laju birokrasi semakin lambat akibat ulah oknum birokrat yang tidak dihukum secara konsisten.
Layanan Lambat
Birokrasi sontoloyo menciptakan iklim layanan yang lambat. Kecepatan layanan yang seharusnya menggunakan gigi empat justru hanya gigi satu sehingga masyarakat dirugikan secara waktu, tenaga dan pikiran. Layanan yang lambat justru dibenarkan dengan seribu alasan padahal jelas-jelas bertentangan dengan prinsip birokrasi kelas dunia yang cirinya adalah layanan super cepat.
Untuk memberikan layanan cepat, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan yaitu menciptakan birokrasi yang tidak rumit, meningkatkan keahlian sumber daya manusia, membuat prosedur dan regulasi yang efektif serta menyusun strategi yang inovatif. Jika syarat tersebut telah terpenuhi maka birokrasi sontoloyo akan tereliminasi.
Berbagai kemajuan birokrasi sudah jamak kita saksikan di setiap Kementerian/Lembaga (KL), namun harus tetap waspada terhadap bahaya laten birokrasi sontoloyo yang hakikatnya merugikan masyarakat dan menghambat tujuan asali bernegara. Oleh karena itu, para birokrat harus mampu menyulap birokrasi sontoloyo menjadi birokrasi dinamis yang ramah terhadap kepentingan publik, bebas korupsi dan efektif.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.