TRIBUNSUMSEL.COM - Terungkap gelagat Uswatun Khasanah, korban mayat dalam koper sebelum dimutilasi oleh pelaku Rohmad Tri Hartanto alias Antok.
Gelagat korban mayat dalam koper di Ngawi itu sebelum tewas dimutilasi terekam CCTV.
Rupanya, korban Uswatun Khasanah dan pelaku Antok sempat mesra saat dinner, bak tak terjadi masalah.
Keduanya ternyata sempat menikmati makan malam di sebuah restoran. Tak ada percekcokan ataupun nuansa tak akur.
Tampak gelagat Uswatun Khasanah dan Antok justru tampak begitu mesra saling bergandengan tangan.
Ya, sebelum malam tragedi mutilasi, Rohmad Tri Hartanto alias Antok (33) terlihat mesra makan malam (dinner) bersama Uswatun Khasanah (29) di sebuah restoran daerah Semampir, Kediri.
Gaya mesra pasangan suami istri siri palsu alias pasangan haram itu terekam oleh kamera circuit closed television (CCTV) restoran.
Ada dua file rekaman CCTV restoran yang menunjukkan keberadaan Antok dan Uswatun Khasanah.
File rekaman CCTV pertama menunjukkan Antok dan Uswatun Khasanah bergandengan tangan dari parkiran hingga lobby restoran.
File kedua menujukkan, Antok dan Uswatun Khasanah sedang berdua di sebuah meja makan lesehan dengan sejumlah makanan di depannya.
Rekaman itu memperlihatkan Antok mengenakan kemeja flanel lengan panjang motif kotak-kotak gelap, bercelana panjang krem dan bersepatu.
Sementara, Uswatun Khasanah tampak memakai pakaian merah muda dengan rok panjang, dan bentuk rambutnya terurai panjang hingga sepunggung.
Mereka berada di area parkiran restoran pukul 19.46 WIB dan 19.48 WIB, Minggu (19/1/2025).
Mereka merampungkan dinner dan meninggalkan meja makan restoran itu pada pukul 20.28 WIB.
Kedua waktu itu menunjukkan mereka singgah di restoran tersebut selama kurang lebih satu jam.
Melihat kemesraan antara Uswatun Khasanah dan Antok, seolah pasangan itu tak memiliki masalah.
Namun, faktanya nyawa Uswatun Khasanah berakhir di tangan Antok.
Uswatun Khasanah dibunuh pasangan haramnya itu pukul 00.30 WIB di kamar 301 Hotel Adisurya yang ada di Jalan Mayor Bismo No 409, Semampir, Kota Kediri, Senin (20/1/2025).
Antok kemudian mutilasi tubuh Uswatun Khasanah menjadi empat bagian mulai pukul 01.30 WIB hingga pukul 05.00 WIB.
Antok kemudian membuang potongan tubuh Uswatun Khasanah di tiga wilayah kabupaten sejak Selasa (21/1/2025) hingga Rabu (22/1/2025).
"Ya memang kalau kita melihat konstruksi CCTV itu, memang kelihatan tidak ada apa-apa. Di situ yang bersangkutan berdua ini baik-baik saja. Namun, kenyataannya setelah kami lidik lebih dalam." kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Dirmanto kepada awak media di Balai Wartawan Mapolda Jatim, Jumat (31/1/2025).
Pengakuan Antok
Sementara, pria yang sudah memiliki istri dan dua anak itu mengaku nekat membunuh dan memutilasi Uswatun di sebuah hotel Kediri karena emosi.
"Alasannya (membunuh dan mutilasi) tuh ya gitu, almarhum enggak terima istri saya punya anak lagi yang kedua," pungkas Antok dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan tv one news, Sabtu (1/2/2025).
Lebih lanjut, pelaku mengaku sakit hati saat mendengar korban mengumpat anak kandungnya.
Antok akhirnya gelap mata dan langsung mencekik Uswatun hingga tak bernyawa.
"Terus (korban) nyumpah-nyumpahin 'anak kamu itu perempuan, suatu saat jadi lonte, sundel'. Artinya saya emosi," ujar Antok.
Aksi sadis yang diungkap Antok belakangan jadi sorotan khalayak di media sosial.
Hal itu lantaran cerita yang disampaikan Antok berbeda dengan rekaman CCTV terbaru yang tersebar.
Diduga Antok sudah merencanakan pembunuhan
Sebelumnya, Direktur Ditreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Farman menerangkan, tersangka diduga kuat sudah merencanakan pembunuhan.
Ia melihat itu dari perilaku Antok memancing korban untuk bertemu dan menjemputnya di Terminal Gayatri, Tulungagung, Minggu (19/1/2025) pukul 17.00 WIB.
Antok mengiming-imingi korban uang Rp 1 juta agar mau diajak bertemu dan menginap di hotel Kediri pada pukul 22.00 WIB.
Hasil penyidikan, selama di kamar 301 hotel, Antok cekcok dengan Uswatun Khasanah hingga terjadi pembunuhan.
"Pengakuannya ada percekcokan dan terjadilah korban dicekik oleh yang bersangkutan, sehingga meninggal," ujar Farman, Senin (27/1/2025).
"Setelah korban meninggal, tersangka mulai kebingungan dan berpikir untuk membuang mayat korban," ujarnya.
Mengetahui Uswatun Khasanah meninggal, Antok menutupinya dengan kain seprai putih.
Setelah itu, Antok keluar hotel membawa mobil Suzuki Ertiga milik Uswatun Khasanah menuju ke rumahnya di Tulungaung untuk mengambil koper merah.
Dari Tulungagung, sebut Farman, Antok mengajak keponakannya berinisial MAM untuk mempersiapkan koper merah, tali pramuka, kantong kresek hitam dan putih 10 buah untuk dibawa kembali di hotel.
Setibanya di hotel, sekitar pukul 01.30 WIB, tersangka meminta saksi MAM kembali pulang dan bersiap kembali lagi menjemputnya pukul 05.00 WIB.
Berdasarkan analisis penyidik, Farman menyebutkan, durasi waktu sekitar 5 jam dari waktu kejadian tersebut, merupakan waktu yang dipakai terdapat memutilasi korban.
"Kalau lihat tempus kejadian, jam 00.30 WIB. Kemudian keluar dari hotel bawa koper merah jam 05.30. Ya sekitar 5 jam," katanya.
Nah, sebelum kembali ke hotel, kata Farman, Antok membeli berbagai macam perlengkapan alat untuk membunuh dan mengemas jasad korban.
Perlengkapan itu, dibeli tersangka di sebuah minimarket kawasan Kota Kediri.
Di antaranya pisau dan kemasan plastik.
Menurut Farman, Antok kebingungan menghilangkan jasad Uswatun Khasanah.
Dia berpikiran mustahil membawa jasad korban dengan cara diangkat begitu saja melintasi lorong hotel menuju ke mobil.
Antok pun berinisiatif memasukkan jasad korban ke dalam koper merah agar memudahkan dibawa dan membuangnya di suatu tempat tersembunyi.
Namun, upaya tersangka menghilangkan barang bukti terkendala karena tubuh korban tidak muat dimasukkan ke dalam koper tersebut.
Tak pelak, tersangka berinisiatif memotong beberapa bagian tubuh agar dapat muat masuk ke dalam koper.
Semula, lanjut Farman, tersangka memotong kepala korban. Namun, tubuh korban tetap tak muat dimasukkan koper.
Lalu, tersangka kembali memotong pangkal paha korban kaki kiri. Namun, hasilnya sama, tubuh korban masih juga belum muat.
Alhasil, tersangka kembali memotong bagian betis paha kaki kanan korban, dan akhirnya tubuh korban muat dikemas dalam koper tersebut.
Sehingga, ungkap Farman, tersangka memiliki tiga potongan bagian tubuh yang dikemas dalan wadah plastik dan selotip berlapis-lapis.
"Tapi karena tidak cukup. Akhirnya dimutilasi. Diawali mulai kepala korban. Saat dimasukkan, ternyata enggak cukup lagi. Kemudian di mutilasi lagi kaki kiri sampai batas paha. Diupayakan masukkan lagi, ternyata enggak cukup lagi. Kemudian, betis yang dimutilasi (kaki kanan)," terangnya.
Nah, setelah waktu memasuki pukul 05.00 WIB, tibalah saksi MAM menjemput Antok di hotel tersebut dan membantu mengangkut koper tersebut ke dalam mobil milik Uswatun Khasanah.
Lalu, Antok bersama dengan saksi MAM membawa koper berisi mayat itu ke dalam rumah kosong milik nenek tersangka di Dusun Banaran, Gombang, Pakel, Tulungagung.
Sementara koper tersebut dibiarkan tersimpan di sana selama 36 jam.
Selanjutnya, Farman menjelaskan, tersangka kemudian membawa mobil korban untuk dijual seharga Rp 57 juta kepada seseorang di Kabupaten Sidoarjo.
Lalu, tersangka kembali pulang ke rumah neneknya di Tulungagung dengan menumpang bus angkutan di Terminal Purabaya, Bungurasih, Sidoarjo, pukul 18.00 WIB.
Sesampainya di Tulungagung, sekitar pukul 08.00 WIB, Selasa (21/1/2025) tersangka mulai mengemas ulang paket potongan tubuh tersebut dengan plastik wrap.
Lalu, sekitar pukul 18.30 WIB, tersangka berinisiatif menyewa mobil Toyota Avanza Veloz yang akan dikendarainya untuk membuang tiga bagian tubuh korban.
Lalu, tersangka mengangkut paket potongan tubuh korban ke mobil dan membuangnya ke beberapa daerah lainnya.
"Caranya, menyiapkan koper. Diambil dari rumah. Kemudian juga menyiapkan barang yang dibutuhkan. Antara lain plastik lakban dan pisau. Yang dibeli di salah satu tempat," katanya.
Nah, sekitar pukul 22.00 WIB, tersangka melakukan pembuangan koper berisi bagian tubuh korban di Dadapan, Kendal, Ngawi.
Lalu, berlanjut sekitar pukul 23.00 WIB, di kawasan Hutan Sampung, Jalan Raya Parang, Kabupaten Ponorogo, untuk membuang paket kedua yang berisi bagian potongan kaki korban
Nah, Farman mengungkapkan, tersangka sempat berupaya membuang paket ketiga yang berisi kepala korban dengan cara melemparkannya melalui jendela sisi kiri area kabin kemudi.
Namun, lemparan tersangka itu tak berhasil, karena paket berisi kepala korban sekonyong-konyong membentur kacar jendela mobil.
Sehingga, paket tersebut masih teronggok di dalam ruang kabin mobil.
Kendati lemparannya gagal, tersangka juga tidak melanjutkan upayanya itu.
Ternyata, tersangka mengurungkan niatnya melakukan lemparan ulang untuk kedua kali karena terdapat pengendara motor yang sedang melintas di belakang mobilnya.
"Pertama dibuang kaki di Ponorogo, kemudian upaya membuang kepala ini sempat dilakukan pada saat membuang; kepala membentur jendela, akhir kembali kepalanya. Dan itu sempat urung perbuatan membuang kepala," ungkapnya.
Alhasil, lanjut Farman, tersangka memutuskan membuang paket kepala tersebut keesokan hari di daerah lain yakni wilayah Jurug Bang, Desa Slawe, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, pada Selasa (22/1/2025).
"Keesokan harinya dilakukan pembuangan ke dua (kepala) di Trenggalek," lanjutnya.
Mengenai keberadaan saksi MAM keponakan tersangka yang sempat terpantau CCTV hotel bersama tersangka membantu membawa koper.
Farman mengatakan, pihaknya masih menyelidiki secara mendalam.
Karena kesaksian awal keterangan Saksi MAM hanya sebatas diminta tersangka menjemput di lokasi hotel tersebut.
"Peran saksi, baru sementara itu, apakah turut melakukan perbuatan pidananya masih kami dalami," katanya.
Sementara itu, Panit III Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim AKP Fauzi mengatakan, tersangka menggunakan pisau dapur berukuran sejengkal tangan orang dewasa berwarna hijau pada sarung dan pegangannya.
Alat pisau dapur yang dibeli di minimarket itu, diakui tersangka digunakan memotong tiga bagian tubuh korban.
Tekniknya, tersangka memotong tepat pada bagian pangkal sendi antar tulang gerak seperti sendi panggul dan betis.
Nah, sedangkan pada bagian leher. Fauzi mengungkapkan, tersangka membelah kulit dan daging leher korban secara bertahap untuk menemukan tulang leher yang terdapat susunan sendinya.
"Eksekusi di kamar mandi. Sendi-sendi dipotong. Kalau bagian leher 'dibelek' dulu (sayatan berkali-kali). Pisau beli di minimarket," ujarnya saat dihubungi TribunJatim.com pada Senin (27/1/2025).
Tersangka mengeksekusi korban dengan cara mencekiknya hingga terjatuh dan kepalanya mengalami pendarahan hebat.
"Pertama dicekik, sampai jatuh terbentur kepalanya. Lalu ditutup seprei. Lalu dia ambil koper di Tulungagung di rumah pribadi," katanya.
Lalu menutupi tubuh korban dengan selimut kasur kamar hotel itu. Dan bergegas pergi untuk mencari dan mengambil koper di kamarnya.
"Soalnya dia bingung mau dimasukkan mobil ketahuan orang kan. Makanya dia pulang ambik koper. Saat dimasukkan ke koper gak cukup. Nah, langsung dipotong," pungkasnya.
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com