Cerita Pedagang Tanah Abang Bertahan di Toko Fisik, Tak Tergoda Live Streaming
kumparanBISNIS February 02, 2025 01:03 PM
Pasar Tanah Abang kembali semakin ramai jelang sebulan lagi puasa. Pantauan kumparan, Selasa (28/1), para pengunjung mulai datang sejak pukul 10:00 WIB, umumnya berbelanja pakaian.
Seorang pedagang pakaian trendi bernama Izzam (31) yang tokonya berada di Pusat Grosir CTA mengaku sudah buka dari pukul 06.00 pagi. Sambil berteriak memanggil calon pembeli, kata Izzam penjualan seminggu ke belakang mampu mencetak omzet dua kali lipat dibanding hari-hari sebelumnya. Meski begitu, Izzam tak mendetailkan berapa pendapatannya secara nominal.
"Alhamdulillah mang, dua tiga kali lipat mah ada (meningkat), ya sebentar lagi orang sebelum puasa ya pada ke sini belanja," jelas Izzam ketika ditemui kumparan di lapaknya.
Mulai berdagang pada tahun 2018 lalu, Izzam mengaku masih mikir-mikir untuk menaruh lapaknya via online shop. Dia bersikukuh karena perjuangan awalnya dimulai dari lapak fisik.
Selain itu, Izzam menuturkan kekurangan tenaga Sumber Daya Manusia (SDM) jika harus menambah lapak lagi di online shop karena harus live streaming agar penjualan bisa menembus peredaran pasar dan akhirnya dibeli.
"Enggak (online shop), di toko. Kurang orang juga kan kalau online harus live gitu, enakan jualan langsung (di toko fisik)," katanya.
Meski begitu, Izzam bilang ada plus dan minusnya terkait berdagang hanya mengandalkan toko fisik. Tidak ada pemasukan tambahan menjadi alasan saat toko fisik sedang sepi.
"Kalo lagi sepi ya sepi, gimana lagi, pemasukan pasti berkurang kadang stok lagi banyak-banyaknya," cerita Izzam.
Senada dengan Izzam, penjual busana di Pasar Tanah Abang bernama Yani mengungkapkan, keberadaan toko fisik masih dibutuhkan masyarakat apalagi pelanggan yang selalu repeat order lewat toko.
Suasana di toko kerudung di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Minggu (7/4/2024) Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di toko kerudung di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Minggu (7/4/2024) Foto: Widya Islamiati/kumparan
"Ya gimanapun juga toko fisik juga perlu, pelanggan saya kebanyakan emang sukanya dateng ke sini, megang (barangnya) langsung," imbuh Yani kepada kumparan, Rabu (29/1).
Yani sama sekali tak berencana ingin menutup toko fisiknya, sebab katanya ada kepuasan tersendiri ketika berdagang dan bertransaksi secara tatap muka. Lebih lagi, Yani bilang dia sudah menghidupi dua anak dari hasil dagangnya di Pasar Tanah Abang.
"Nggak nutup lah, kalau nutup (toko) mau dagang di mana? Biar lagi sepi juga tetep aja rezekinya lah," kata dia.
Saat ini, Yani pun tak berniat untuk menambah lapaknya di online shop. Kendalanya, ia kesulitan beradaptasi dengan teknologi, dan rasa ketakutannya akan dijebak penipu terlebih yang berhubungan dengan uang.
"Takut saya, nggak ada yang bantuin juga kan, karyawan juga pada enggak paham. Yaudah ya bertahan aja," cakap Yani.
Padahal, menurut data Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) penjualan e-commerce di Indonesia sepanjang tahun 2024 diperkirakan mencapai USD 64 miliar menjadikannya pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara.
Pedagang berjualan melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Senin (11/12/2023). Foto: Cahya Sari/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang berjualan melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Senin (11/12/2023). Foto: Cahya Sari/Antara Foto
Berdasarkan laporan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2024 Final, kata Budi, kategori fesyen dan pakaian olahraga merupakan salah satu kategori teratas dalam penjualan e-commerce selama Harbolnas 2024.
Pembelian pakaian mencapai 46 persen dari total transaksi di kategori ini, sedangkan alas kaki seperti sepatu dan sandal mencakup 20 persen, tas dan dompet 18 persen, serta aksesori seperti topi dan jam tangan 14 persen.
Mengenai data riil, Sekretaris Jenderal idEA Budi Primawan menyebut, laporan ini berdasarkan survei terhadap konsumen selama Harbolnas 2024 yang terjadi pada periode 10-16 Desember 2024.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.