TRIBUNJATIM.COM - Bukannya buat jualan cilok, gerobak dorong milik bosnya malah dijual dua pelaku.
Bahkan pelaku sampai dua kali melakukan aksinya, bak tak kapok setelah sempat terpergok.
Pelaku juga menjual dengan harga yang lebih tinggi di aksi keduanya.
Kini dua pelaku pencurian gerobak cilok diamankan warga di Kampung Tarikolot, Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Dua pelaku yang diamankan yakni berinisial MM (21) warga Kecamatan Cibinong, dan MFAS (17) warga Kecamatan Sukaraja.
Kapolsek Cibinong, Kompol Waluyo mengatakan,kejadian terjadi sekitar pukul 15.30 WIB, pada Rabu (29/1/2025).
Peristiwa bermula dari pelaku MM yang melamar kerja di mess karyawan Cilok Kabahyan milik korban R di wilayah Nanggewer.
Setelah diterima bekerja, MM dikuasakan sebuah gerobak berikut isi cilok untuk didagangkan dan diharuskan menyetorkan hasil penjualannya.
Bukannya mengikuti aturan yang ada, MM justru gelap mata sehingga menjual gerobak tersebut kepada orang lain.
"Namun MM malah menjual gerobak tersebut kepada A sebesar Rp450 ribu dengan bantuan dari teman pelaku yang berinisial F yang meminjamkan HP untuk berkomunikasi dengan calon pembeli," ujar Waluyo, Kamis (20/1/2025).
Setelah transaksi terjadi, A ingin menjual kembali gerobak tersebut melalui Facebook yang diketahui oleh R selaku pemilik.
R pun menebus gerobak tersebut sebesar Rp300 ribu dan menyelesaikannya secara musyarawah dengan A.
Namun kejadian tersebut kembali terulang.
Pada Rabu (29/1/2025), sekitar pukul 04.00 WIB, MM mendatangi mess karyawan lalu mengambil gerobak milik R.
MM kembali menawarkannya kepada A seharga Rp700 ribu melalui rekannya yang sama untuk berkomunikasi.
Ternyata secara diam-diam A menghubungi R.
Mereka bersama-sama menjebak MM di dekat musala Perum Puri Nirwana 1 Cibinong untuk melakukan COD gerobak tersebut.
"Setelah R dan A bertemu dengan MM, kedua pelaku langsung diamankan beserta barang bukti satu unit gerobak dorong," terangnya.
Setelah diamankan, kedua pelaku diserahkan kepada pihak kepolisian.
Kendati demikian, persoalan ini telah diselesaikan secara kekeluargaan.
Di mana R selaju korban mengurungkan niatnya untuk memprosesnya secara hukum.
"Telah dilakukan mediasi antara pelaku dengan korban, dan dalam hal ini korban R memutuskan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut di tingkat Polsek," pungkas Waluyo.
Sementara itu, sosok penjual cilok yang menjual motor bantuan dari donatur tengah jadi sorotan.
Penjual cilok di Surabaya tersebut berdalih menjual motor tersebut untuk modal jualan.
Padahal sebelumnya, ia sudah diberikan modal Rp11 juta untuk jualan.
Diketahui, ia awalnya diberikan motor agar bisa berjualan di tempat yang ramai.
Namun bukannya digunakan untuk jualan, motor tersebut malah ia jual.
Penjual cilok itu pun lebih memilih berjualan di depan rumahnya.
Ulah penjual cilok bernama Catur ini menurut netizen mirip kasus Agus Salim.
Kisahnya pertama kali diposting di akun TikTok @najib.sbpbu.
Ia awal bertemu dengan Catur dan istrinya saat sedang berjualan kolak.
Catur awalnya berjualan cilok, namun karena gerobaknya rusak, jadi berganti jualan kolak.
Najib pun kemudian mendatangi rumah Catur untuk memperbaiki gerobaknya dan memberikan modal usaha.
Catur mengaku, dirinya tinggal di rumah ayah mertuanya.
Setiap harinya, Catur mengaku berjualan dari pagi, siang, hingga malam hari.
Namun karena gerobaknya rusak, ia jadi tidak bisa berjualan lagi.
Najib pun membantu memberikan bantuan sejumlah uang untuk memperbaiki gerobak milik Catur.
Ia pun mengaku berjualan kolak di depan rumah saja karena motornya diambil.
Kemudian setelah gerobaknya diperbaiki, Najib meminta Catur untuk semangat berjualan.
Kepada Najib, Catur mengaku akan berjualan di sejumlah tempat ramai agar dagangannya laris manis.
Namun ia mengaku belum bisa jualan karena tidak ada motor.
Najib lalu memberikan bantuan motor untuk Catur berjualan.
Akan tetapi saat didatangi lagi ke rumahnya, kondisi yang ditemukan tak sesuai ucapan Catur.
Awalnya ia mengaku akan berjualan di beberapa titik yang jauh dari rumahnya.
Namun saat lokasi tersebut didatangi oleh Najib, ternyata orang-orang di sana tidak pernah melihat Catur berjualan.
Bahkan saat didatangi ke rumahnya, Catur rupanya hanya berjualan di depan rumah saja.
"Tapi kok sekarang jualannya di depan (rumah), kenapa Pak?" tanya Najib.
Bahkan gerobaknya pun kini sudah berubah menjadi gerobak dorong, bukan memakai motor.
"Enggak jadi pakai motor? Motornya ke mana berarti sekarang?" tanya Najib lagi.
"Saya pakai untuk modal," jawab Catur.
"Dijual?" tanya Najib kaget.
Kemudian Catur pun mengangguk sambil tersenyum.
Najib pun mengaku kecewa karena Catur malah menjual motor untuk modal, padahal sebelumnya sudah diberikan bantuan Rp11 juta.
"Kemarin kan terakhir saya kasih modal untuk jualan, lah kok sampai motornya dijual?"
"Ini bukan uang saya lho ya, uang orang banyak. Sampeyan enggak tanggung jawab," kata Najib heran.
Mendengar itu, Catur pun hanya mengangguk dan tersenyum tanpa rasa bersalah.
"Kalau njenengan kayak gini gimana mau naik ekonominya?"
"Udah dikasih kendaraan, malah dijual," cecar Najib lagi.
Najib pun mengaku kecewa karena dibohongi oleh Catur seperti itu.
Rupanya ia mengaku uang donasi modal diberikan untuk membayar cicilan utang-utangnya.
Terus dicecar Najib, Catur bak tak merasa bersalah.
Alih-alih minta maaf, Catur malah mengaku tidak pernah membohongi Najib.
Padahal di video konten Najib, Catur sendiri yang menyebut utangnya sudah lunas semua dan ia akan fokus berjualan cilok.
"Enggak bohong sih," kata Catur.
"Lah enggak bohong gimana, saya tanya (kata Catur) udah enggak ada utang lagi. Niat saya, kalau memang masih ada utang, beresin utangnya."
"Sekarang niat jualan udah dikasih kendaraan, kendaraannya dijual. Terus saya alasan apa ke teman-teman (donatur) nanti?" pungkas Najib.
Kecewa dan marah, Najib pun bertanya ke Catur soal pertanggungjawaban.
Dengan nada bicara santai, Catur mengaku bisa mengembalikan uang donatur, namun perlu waktu enam bulan.
"Kalau teman-teman minta uangnya kembali gimana? Kamu bisa kembalikan?" tanya Najib.
"Mungkin dengan jualan lagi. Rencananya kan jualan dulu, nanti dibelikan motor lagi," pungkas Catur.
"Salah jenengan, saya belikan kendaraan itu buat fasilitas untuk kerja. Dapat penghasilan buat bayar cicil utang," imbuh Najib.
"Itu angsuran yang enggak bisa nunggu," ujar Catur.
"Itu resiko kamu karena enggak jujur sama saya. Kok ditelepon enggak bisa?" tanya Najib.
"HP-nya saya gadaikan lagi," kata Catur.
Sadar membantu orang yang salah, Najib akhirnya pamit dan ogah memperpanjang urusan dengan Catur.
Najib pun meminta maaf kepada donatur atas donasi yang ternyata tak digunakan secara semestinya.