Penampakan Macan Tutul Jawa Hitam Tertangkap Kamera di TN Bromo Tengger Semeru
kumparanSAINS February 03, 2025 05:04 PM
Sejumlah macan tutul jawa tertangkap kamera perangkap yang dipasang di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Hewan tersebut tampak memiliki warna hitam gelap, hilir mudik melihat kamera yang terpasang di batang pohon.
Rekaman tersebut diambil pada 2024 lalu lewat kamera yang dipasang oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTN BTS) yang berkolaborasi dengan SINTAS, organisasi yang berfokus pada konservasi satwa liar dan habitat alam di Indonesia.
Keduanya melakukan kegiatan monitoring macan tutul jawa dengan memasang kamera jebakan di batang pohon, menghadap ke jalan yang diduga menjadi jalur macan tutul.
“Dari hasil kegiatan tersebut terdapat temuan beberapa individu macan tutul jawa lho. Kali ini kami sajikan salah satu dari temuan tersebut ya. Tapi tapi tapi… kok macan tutul warnanya gelap?” tulis caption @bbtnbromotenggersemeru dalam unggahannya di Instagram.
Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) yang terekam dalam kamera memang tampak berbeda. Hewan itu terlihat memiliki warna hitam gelap, tidak punya corak tutul dengan warna tubuh coklat seperti macan pada umumnya.
Warna hitam pada macan tutul jawa disebabkan oleh kondisi genetik yang disebut melanisme, kondisi hewan memiliki pigmen gelap yang berlebihan pada kulit atau bulunya. Hal ini disebabkan oleh mutasi genetik yang meningkatkan produksi melanin, pigmen yang bertanggung jawab atas warna gelap.

Macan tutul jawa terancam punah

Macan tutul hitam di beberapa daerah biasanya disebut juga sebagai macan kumbang. Kasus perbedaan warna ini banyak dijumpai di Indonesia, Benggala, dan India.
Ukuran tubuh macan jantan dewasa, diukur dari moncong hingga ujung ekor, rata-rata memiliki panjang 215 cm, tinggi 60-65 cm, dan berat 52 kg. Sementara itu, macan betina punya panjang tubuh 185 cm, tinggi 60-65 cm, dan berat 39 kg.
Macan tutul jawa merupakan satwa yang dilindungi. Kucing besar ini masuk dalam Red List atau daftar merah IUCN dengan kategori Critically Endangered atau terancam punah, serta termasuk dalam Appendix I CITES.
Menurut situs Institute Pertanian Bogor, di Provinsi Jawa Tengah, macan tutul jawa sedang mengalami kehilangan populasi dan habitat, sehingga populasinya terancam punah. Mereka hanya bisa ditemukan di Pulau Jawa, Pulau Kangean, Pulau Nusakambangan, dan Pulau Sempu.
Slamet Ramadhan, si macan tutul Jawa di Gunung Ciremai. Foto: Dok. KLHK dan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
zoom-in-whitePerbesar
Slamet Ramadhan, si macan tutul Jawa di Gunung Ciremai. Foto: Dok. KLHK dan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
Macan tutul jawa menduduki puncak rantai makanan saat ini, setelah harimau jawa dinyatakan punah. Ancaman perburuan, kerusakan hutan sebagai habitat, dan berkurangnya mangsa membawa mereka pada jurang kepunahan.
Selain itu, pendataan populasi macan tutul jawa di alam liar juga menjadi masalah krusial. Populasi hewan ini diperkirakan hanya ada 250 ekor di alam liar, menurut data IUCN pada 2008. Sementara itu, data Persatuan Kebun Binatang Indonesia (PKBSI) menyebutkan jumlahnya di kebun binatang berkisar 41 ekor.
Guna mencegah kepunahan pada spesies ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor P.56/Menlhk/Kum.1/2016 Tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Macan Tutul Jawa Tahun 2016 – 2026. Salah satu tujuannya adalah meningkatkan populasi macan tutul jawa di alam.
Namun, banyak orang pesimistis akan pertumbuhan populasi macan tutul jawa karena data di alam liar belum tersedia. KBB dan Taman Safari Bogor sering dijadikan opsi untuk penyelamatan sekaligus rehabilitasi macan tutul ketika konflik pecah. Kendati begitu, semakin lama dia direhabilitasi, ini akan berpengaruh pada sifat liarnya.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) mengatakan, peran masyarakat desa di sekitar kawasan konservasi macan tutul jawa sangat berpengaruh dalam menjaga kelestarian hewan tersebut.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.