Pentingnya Kematangan Emosi bagi Remaja
Catur waskito Edy February 03, 2025 07:35 PM

Oleh: Iroma Maulida, SKM., M.Epid
Dosen Prodi D-3 Keperawatan 
Politeknik Harapan Bersama

Dapat kita ketahui bersama lewat berita di media massa baik elektronik maupun non elektronik, tidak sedikit kasus kenakalan remaja yang berkaitan dengan emosi.

 Belum lama muncul berita yang cukup menghebohkan di Jakarta dimana seorang remaja dengan usia 14 tahun telah membunuh ayah dan neneknya serta menikam ibunya.

Beberapa kasus sebelumnya diketahui pembunuhan terhadap Vina dan rekannya di Kota Cirebon oleh sekelompok remaja serta kasus-kasus kekerasan lain yang dilakukan remaja.

Kejadian- kejadian kekerasan fisik tersebut tentu ada kaitannya dengan kontrol diri atau emosi yang dimiliki remaja. 

Apa itu emosi, bagaimana emosi mempengaruhi perilaku remaja, dan faktor- faktor yang mempengaruhi kematangan emosi remaja akan kita bahas dalam uraian berikut ini.

Beberapa pakar menyebutkan emosi adalah manifestasi perasaan seseorang yang disertai gejala fisiologik karena ada peristiwa yang menimpanya. Sebagai gejala kejiwaan, emosi biasanya berhubungan dengan gejala kejasmanian. Ini berarti bahwa apabila individu mengalami emosi maka dalam diri individu itu akan terjadi perubahan pada jasmani.

Perubahan fisiologik yang mungkin dapat terjadi bila seseorang dalam keadaan emosi antara lain denyut jantung menjadi lebih cepat, tekanan darah meningkat atau menurun, dan frekuensi pernapasan bertambah cepat.

Selain perubahan fisiologi, seseorang yang sedang emosi juga biasanya mengalami perubahan fisik dalam bentuk ekspresi, seperti perubahan mimik, perubahan dalam bentuk anggota badan, dan perubahan nada suara.

 Juga dapat disertai perubahan fungsi psikis lain, seperti orang pada saat ketakutan tidak mampu menggunakan daya pikirnya atau pada saat marah maka daya pikirnya terhenti dan tidak berfungsi.

Perubahan-perubahan tersebut jika tidak dikontrol tentu dapat membahayakan orang lain yang berada di sekitarnya. Kemampuan mengontrol diri saat sedang emosi merupakan salah satu ciri kematangan emosi pada seseorang. 

Seseorang yang matang emosinya akan mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional atau tidak akan bereaksi tanpa berpikir sebelumnya.

Menurut menurut Bimo Walgito dalam Asih dan Pratiwi mengatakan orang yang matang emosinya memilki ciri-ciri, antara lain dapat menerima keadaan dirinya maupun orang lain secara objektif, pada umumnya tidak bersifat impulsif, dapat mengatur pikirannya dalam memberikan tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya, dapat mengontrol emosinya dengan baik dan dapat mengontrol ekspresi emosinya walaupun dalam keadaan marah dan kemarahan itu tidak ditampakkan keluar, dapat berfikir objektif sehingga akan
 
 bersifat sabar, penuh pengertian dan cukup mempunyai toleransi yang baik, mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mengalami frustasi dan mampu menghadapi masalah dengan penuh pengertian.

Senada dengan itu Jersild dalam Asih dan Pratiwi mengemukakan dua ciri-ciri individu yang yang memiliki kematangan emosi, antara lain penerimaan diri yang baik.

 Individu yang memilki kematangan emosi dapat menerima kondisi fisik maupun psikisnya, baik pribadi maupun secara sosial, objaktif Individu memandang kejadian berdasarkan dunia orang lain dan tidak hanya dari sudut pandang pribadi.

Menurut, Muhammad Ali dan Asrori sejumlah faktor yang mempengaruhi kematangan emosi remaja yaitu:

1) Perubahan jasmani pada beberapa remaja yang hanya terbatas pada bagian-bagian
tertentu saja mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang.

Ketidakseimbangan ini diduga berpengaruh pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan sering menimbulkan masalah pada perkembangan emosinya.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara body image terhadap penerimaan diri pada mahasiswa aceh yang berada di Asrama Provinsi Yogyakarta yang ditunjukkan dengan nilai p-value: 0,013; r : 0,318.

2) Pola asuh orangtua terhadap anak remaja sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja (orangtua) sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orangtua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja,

3) Interaksi dengan teman sebaya. Remaja sering mambangun interaksi sesama dengan teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk geng,

Menurut Parker dan Gottman dalam Woro Pritiani (2023) menyampaikan bahwa perkembangan emosional remaja dipengaruhi interaksi teman sebaya dimana teman sebaya berperan dalam fungsi persahabatan, memberikan dukungan semangat, dukungan fisik, dukungan ego, fungsi komparasi sosial dan sebagai sumber kasih sayang.

4) Perubahan pandangan luar. Faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja selain perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri adalah pandangan dari dunia luar akan dirinya.

Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang-kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa.

Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi
tingkah laku emosional

Dari keempat faktor yang mempengaruhi kematangan emosi di atas maka terdapat satu faktor internal yaitu penerimaan akan kondisi perubahan jasmani/diri remaja.

Sedang 3 faktor lainnya merupakan kondisi eksternal, yaitu pola asuh orangtua, interaksi dengan teman sebaya dan pandangan dunia luar terhadap remaja. Intervensi remaja terhadap faktor eksternal tentu lebih sulit dibandingkan intervensi terhadap faktor internal remaja itu sendiri karena melibatkan orang lain.

 Untuk itu remaja dapat mengupayakan melakukan intervensi terhadap dirinya sendiri sebagai upaya meningkatkan kematangan emosinya antara lain adalah meningkatkan sikap penerimaan diri yang baik.

Agar tercipta sikap penerimaan diri yang baik /menerima keadaan dirinya perlu dibangun konsep pengenalan diri pada remaja itu sendiri. Konsep pengenalan diri yang utuh meliputi penilaian yang positif dan negatif terhadap diri remaja dapat menghindarkan diri remaja tersebut terjebak pada satu penilaian saja terutama pada penilaian yang tidak diinginkan.

Dengan begitu kita dapat mengetahui dan memahami diri sendiri agar dapat mengembangkan potensi diri sepenuhnya.

Adapun menurut Chaplin, penerimaan diri itu sendiri (self acceptance) adalah sikap puas akan keadaan diri sendiri atau dapat menghargai/menerima semua yang ada pada dirinya baik kelebihan maupun kekurangannya.

7 Individu yang memiliki self acceptance akan memandang kelemahan/kekurangan diri sebagai hal yang wajar dimiliki setiap individu. 

Oleh karena itu, individu yang memiliki self acceptance akan bisa berpikir positif tentang dirinya bahwa setiap individu pasti memiliki kelemahan/kekurangan dan hal tersebut tidak akan menjadi penghambat individu untuk mengaktualisasikan dirinya.

Untuk mengenal diri sendiri, diperlukan kontribusi orangtua dan interaksi teman sebaya dari remaja agar remaja mendapatkan penilaian yang utuh baik penilaian positif maupun penilaian negatif akan dirinya. 

Nilai-nilai yang dianut remaja seperti kepercayan, keyakinan dan nasehat-nasehat yang disampaikan dalam ajaran agama yang dianutnya juga membantu menguatkan dalam membangun konsep diri remaja.

Sebagai orangtua, teman atau pun pihak luar, mari bersama-sama berkontribusi dalam membangun konsep diri yang utuh pada remaja sebagai salah satu upaya meningkatkan kematangan emosi remaja.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.