Artikel ini tentang masakejayaan Kerajaan Kutai, siapa rajanya hingga apa saja faktor pendukungnya. Semoga bermanfaat.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Tak banyak bukti keras terkait eksistensi Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Praktis kita hanya bergantung pada Prasasti Yupa jika mengorek lebih jauh tentang kerajaan ini.
Meskipun begitu, bukan berarti tidak bisa mengetahui masa kejayaan Kerajaan Kutai, di masa raja siapa hingga apa saja faktor pendukungnya.
Pertama-tama yang perlu kita tahu tentu sejarah Kerajaan Kutai. Mengutip Kompas.com, Kerajaan Kutai adalah kerajaan bercorak Hindu tertua di Indonesia dan berdiri pada abad ke-4.
Kerajaan Kutai menjadi cikal bakal kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Letak Kerajaan Kutai berada di daerah Muara Kaman di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Pendiri Kerajaan Kutai adalah Kudungga. Nama Kudungga muncul dalam Prasasti Yupa sebagai sumber sejarah Kerajaan Kutai, yaitu Kudungga. Prasasti Yupa berbahasa sansekerta dan berhuruf pallawa. Kudungga sekaligus sebagai raja pertam Kerajaan Kutai.
Masa kejayaan
Kerajaan Kutai mencapai Puncak Kejayaan pada masa pemerintahan Mulawarman, seperti yang tertulis dalam Prasasti Yupa. Raja Mulawarman disebut-sebut memiliki budi pekerti yang baik, kuat, bijaksana, pernah melakukan upacara pengorbanan emas, dan pernah mengadakan upacara persembahan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang berada di Waprakecvara.
Waprakecvara merupakan tepat suci (keramat) sinkretisme antara kebudayaa Hindu dengan kebudayaan Indonesia. Mulawarman juga melakukan upacara Vratyastoma sebagai keturunan Aswawarman, dimana upacara tersebut adalah penyucian diri untuk masuk kasta Ksatria.
Pada masa Mulawarman, upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana yang berasal dari orang Indonesia asli. Kondisi tersebut membuktikan kemampuan intelektualnya tinggi, sebab Bahasa Sansekerta bukan bahasa rakyat sehari-hari.
Masa kejayaan Kerajaan Kutai juga ditandai dengan kondisi ekonomi kerajaan yang berkembang pesat dari sektor pertanian dan perdagangan. Hal tersebut disebabkan, letak kerajaan yang strategis.
Mulawarman juga melakukan upacara pengorbanan emas yang jumlahnya sangat banyak. Emas tersebut dibagikan kepada rakyat dan dipersembahkan kepada dewa.
Sayang seribu sayang, keadaanKerajaan Kutai setelah Mulawarman belum bisa dilacak dengan baik. Yang jelas, Kerajaan Kutai kemudian runtuh setelah ditaklukkan oleh Kesultanan Kutai yang bercorak Islam.
Pada 1635, raja terakhir Kerajaan Kutai Maharaja Dharma Setia gugur di tangan Pangeran Sinum Panji Mendapa dari Kesultanan Kutai. Sejak saat itu, wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai Martapura berada di bawah kekuasaan Kesultanan Kutai Kartanegara.
PPeninggalan terpenting Kerajaan Kutai adalah keberadaan 7 buah yupa yang dibuat sekitar tahun 350-400 masehi. Semua prasastinya ditulis menggunakan huruf Pallawa dengan Bahasa Sanskerta.
Adapun isi ketujuh prasasti Kerajaan Kutai antara lain berisi silsilah kerajaan di mana Kudungga berputra Aswawarman yang seperti dewa matahari (ancuman) menumbuhkan keluarga. Aswawarman berputra tiga, salah satunya Mulawarman, raja yang baik, kuat, dan kuasa.
Sang Mulawarman telah mengadakan selamatan, mengadakan korban, maka didirikanlah tugu oleh para Brahmana. Tempat sedekah Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada Brahmana di tempat tanah yang sangat suci (Waprakecvara).
Dari Prasasti Yupa juga dapat diketahui tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan, antara lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Kerajaan Kutai berbeda dari Kesultanan Kutai
Meskipun sama-sama berada di Kutai, Kerajaan Kutai dan Kesultanan Kutai adalah dua entitas yang berbeda. Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu pertama di Indonesia, diperkirakan pernah berdiri di wilayah Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Berdasarkan sumber sejarah yang ditemukan, yakni tujuh buah prasasti Yupa, diduga Kerajaan Kutai didirikan pada akhir abad ke-4. Dari Yupa, diketahui bahwa pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Kutai adalah Kudungga, yang memiliki putra bernama Aswawarman.
Sepeninggal Kudungga, Aswawarman memimpin Kerajaan Kutai, kemudian takhtanya jatuh ke tangan putranya, Mulawarman. Setelah kepemimpinan Mulawarman, kehidupan Kerajaan Kutai Martadipura tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas karena kurangnya sumber sejarah.
Tapi menurut situsKesultanan.kutaikartanegara.com, Kerajaan Kutai Martadipura masih berdiri hingga awal abad ke-17. Kerajaan Kutai Martadipura akhirnya ditaklukkan oleh Kerajaan Kutai Kartanegara di bawah pimpinan Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa (1635-1650).
KerajaanKutai Kartanegara yang kemudian bercorak Islam berdiri pada 1300 di Tepian Batu atau Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara. Pendiri Kerajaan Kutai Kartanegara adalah Aji Batara Agung Dewa Sakti, yang berkuasa antara tahun 1300 hingga 1325.
Awalnya, Kerajaan Kutai Kartanegara bercorak agama Hindu. Kerajaan ini berubah menjadi kesultanan Islam pada tahun 1575, ketika di bawah kekuasaan Aji Raja Mahkota Mulia Alam (1545-1610).
Pada 1635, Kesultanan Kutai Kartanegara menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura, yang kala itu diperintah oleh Maharaja Dharma Setia. Sejak saat itu, raja mengubah nama kerajaannya menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
Kesultanan Kutai Kartanegara masih berdiri hingga sekarang. Sultan Kutai Kartanegara sekarang adalah Sultan Adji Muhammad Arifin, yang naik takhta pada 2018.
Meskipun begitu, Kerajaan Kutai Kartanegara tidak lagi memiliki kekuasaan politik. Peran Kesultanan Kutai Kartanegara saat ini adalah menjaga dan melestarikan tradisi seni budaya, baik itu budaya yang berkaitan dengan adat istiadat maupun seni agar terjaga dengan baik.
Itulah artikel tentang masakejayaan Kerajaan Kutai, siapa rajanya hingga apa saja faktor pendukungnya. Semoga bermanfaat.