Pesepak Bola Wanita Lebih Rentan Cedera ACL, Kenali Faktor Penyebabnya
kumparanBOLANITA February 07, 2025 01:03 AM
Anterior cruciate ligament (ACL) adalah satu dari empat ligamen terbesar yang ada di sekitar lutut manusia. Ligamen ini menyumbang 85% kekuatan untuk menahan pergerakan tibia—alias menyatukan kaki dan paha tetap bersama.
ACL juga punya fungsi menahan gerakan anterior tibial translation dan internal tibial rotation, memberikan stabilitas untuk berputar. Buat atlet, fungsinya akan sangat penting untuk gerakan cutting (berbelok tiba-tiba ke samping), melompat, dan mengurangi kecepatan dengan tiba-tiba.
Berkat perannya yang amat krusial ini, cedera atau luka di ACL akan membatasi mobilitas seseorang. Bagi atlet, cedera ACL bisa berarti berhentinya karier secara tiba-tiba apabila tak diberikan penanganan yang tepat.
Sudah begitu, penanganan ACL tergolong lama. Proses diagnosis, operasi, dan rehabilitasi sampai pulih bisa menghabiskan 9-12 bulan.
Nah, ternyata, cedera ACL ini lebih rentan terjadi pada pesepak bola wanita ketimbang pesepak bola pria. Pada 2024 saja, ada setidaknya 70 pemain yang mengalami cedera ACL di 6 liga terbaik dunia. Itu merupakan angka minimal, sebab komunikasi klub terkait cedera pemain biasanya tidak begitu terbuka.
Risiko cedera yang lebih tinggi ini memiliki banyak faktor. Menurut dr. Maria Lestari, B.Med.Sc, P.G.Dip.SEM, Sp.K.O, faktor-faktor tersebut bahkan bisa dibagi menjadi tiga kategori, yaitu faktor risiko internal, eksternal, dan inciting event (faktor pencetus).
“Misalnya kalau yang internal, yang bedain cewek sama cowok, apa sih paling gampang? Siklus menstruasinya. Secara hormonal,” ujar dr. Maria, Selasa (28/1) di Eka Hospital, BSD.
Faktor internal lain, menurutnya, adalah anatomi. Ia bilang, panggul perempuan yang lebih besar ketimbang laki-laki mempengaruhi gerak tubuh, dus mempengaruhi kerja ACL.
“Sehingga kalau bentuk sudut, namanya Q-angle, dia biasanya lebih besar. Itu juga mempengaruhi risikonya,” sambung dokter yang akrab dipanggil dr. Ria itu.
Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah berat badan, kemampuan otot individual, dan kondisi lutut atlet itu sendiri.
Sementara faktor eksternal, menurutnya, termasuk dengan kondisi sepatu yang dipakai. Sepatu sepak bola juga menjadi perhatian di luar negeri, tempat sepak bola wanita lebih mendapat perhatian. Menurut beberapa pakar, sepatu bola yang ada lebih banyak didesain dengan riset pengguna pemain laki-laki. Ini membuat sepatu tersebut sebenarnya tidak begitu cocok dengan kaki perempuan.
“Cuma, cewek-cewek memang lebih rentan balik lagi. Semuanya sih problemnya karena hormonal itu. Kalau faktor eksternal, kita bicara mungkin sepatu, tempat bermain, rumput, dan inciting event ya pas ada kejadiannya itu,” ujarnya, mencontohkan benturan atau salah tumpuan saat bertanding yang menjadi inciting event dalam terjadinya sebuah cedera ACL.