Pernahkah terlintas di pikiran tentang apa yang sebenarnya menggerakkan kekuatan misi Pemeliharaan Perdamaian PBB? Petunjuknya bukan terletak pada uang, jumlah pasukan, atau bahkan teknologi tercanggih.
Kemitraan adalah kunci utama. Sebagai tulang punggung Perserikatan BangsaBangsa (PBB), kemitraan memperkuat negaranegara penyumbang pasukan yang terlibat dalam misi Pemeliharaan Perdamaian PBB.
Sejak 2015, Program Kemitraan Segitiga (Triangular Partnership Programme TPP) yang dijalankan oleh Departemen Dukungan Operasional PBB berperan penting dalam meningkatkan kapasitas negara penyumbang pasukan, terutama dalam bidang teknik, layanan medis, serta C4ISR (Komando, Kendali, Komunikasi, Komputer, Intelijen, Pengawasan, dan Pengintaian) serta teknologi keamanan kamp.
Dalam rentang waktu 2022 hingga 2024, Indonesia telah menyelenggarakan lima pelatihan teknik sebagai bagian dari program pelatihan TPP di kawasan ASEAN. Kegiatan ini melibatkan peserta dan pelatih dari 16 negara, sebagai langkah strategis dalam memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh kemitraan regional, ASEAN, serta inisiatif PBB seperti TPP.
Sejak tahun 1957, Indonesia telah menunjukkan komitmennya terhadap pemeliharaan perdamaian. Saat ini, Indonesia menjadi negara penyedia pasukan penjaga perdamaian berseragam PBB terbesar kelima di dunia.
Para peserta pelatihan TPP memberikan tanggapan yang sangat positif, menganggap pelatihan tersebut sebagai pengalaman yang bernilai dan bermanfaat.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat, sepenuhnya mencapai tujuannya dan juga menawarkan kesempatan unik untuk belajar tentang budaya negara lain,” ujar salah satu peserta anonim dalam sebuah survei. “Pelatihan ini menciptakan lingkungan belajar unik yang merayakan keberagaman dan menumbuhkan rasa hormat di antara para peserta.”
Instruktur dan peserta Pelatihan Operator HEE di Indonesia berkolaborasi dalam membangun keterampilan penting untuk penugasan.Para peserta menyoroti bahwa pelatihan ini dirancang secara komprehensif, menggabungkan teori dengan praktik langsung. Pelatihan ini berfokus pada aspek keselamatan, efisiensi operasional, serta membuka peluang untuk menjalin hubungan internasional dengan sesama penjaga perdamaian.
Mayor Jenderal Taufik Budi Santoso selaku Komandan Pusat Latihan Pemeliharaan Perdamaian TNI mengatakan, “Pelatihan yang diberikan melalui Program Kemitraan Segitiga telah secara signifikan meningkatkan keterampilan operasional dan manajerial para peserta kami. Para lulusan dari Indonesia sekarang menerapkan keterampilan dan pengetahuan ini dalam penugasan mereka, terutama dalam misi PBB di Republik Afrika Tengah, berkontribusi secara efektif terhadap upaya pemeliharaan perdamaian.”
Pelatih TPP dalam siklus ini mencakup instruktur dari Brasil dan Jepang, yang tidak hanya membagikan keahlian mereka, tetapi juga menekankan pentingnya memperkuat peran, keterampilan, serta potensi keterlibatan pasukan penjaga perdamaian perempuan.
Dari lima pelatihan yang diselenggarakan, Pasukan Bela Diri Darat Jepang (JGSDF) mengirimkan sembilan perwira perempuan untuk mengikuti kursus TPP, sementara Brasil mengirimkan satu perwira perempuan untuk pelatihan tersebut.
Wakil Sekretaris Jenderal Departemen Operasi Perdamaian, JeanPierre Lacroix, mengucapkan terima kasih kepada salah seorang pelatih atas kontribusinya selama mengikuti Kursus Operator Alat Berat di Indonesia.
Peran perempuan dalam menjaga perdamaian menjadi semakin penting. Tiga dekade setelah Deklarasi Beijing dan menjelang 25 tahun Resolusi 1325 Dewan Keamanan PBB, PBB terus berupaya memperluas akses perempuan terhadap pelatihan pemeliharaan perdamaian.
Seperti yang dikatakan oleh pelatih TPPBrasil, Letnan Satu Joana Leite, “Partisipasi pasukan penjaga perdamaian berseragam perempuan bukan hanya masalah kesetaraan tetapi juga keharusan strategis untuk efektivitas dan keberhasilan operasi perdamaian.”
Kehadiran pasukan penjaga perdamaian perempuan membawa keberagaman perspektif dan keterampilan, sekaligus memperkuat keterlibatan dengan masyarakat setempat, terutama di wilayah yang memiliki norma gender tradisional yang membatasi interaksi dengan pasukan penjaga perdamaian lakilaki.
“Kehadiran mereka membantu membangun kepercayaan dan hubungan baik dengan masyarakat setempat, memfasilitasi penyelesaian konflik dan bantuan kemanusiaan yang lebih efektif,” kata Leite.
Sebagai contoh, , yang menerima Penghargaan Petugas Polisi Wanita Perserikatan BangsaBangsa Tahun 2023. Prestasinya menggambarkan bagaimana peran serta dan kepemimpinan perempuan dalam menjaga perdamaian memperkuat upaya PBB dalam perlindungan serta pembangunan perdamaian.
Sejak November 2024, Kamboja telah resmi menjadi tuan rumah untuk program TPP di kawasan ASEAN, menandakan komitmennya terhadap model pelatihan berbasis kemitraan yang solid serta peningkatan keterlibatan pasukan penjaga perdamaian perempuan.
Artikel ini merupakan kolaborasi antara United Nations Indonesia dan Tribunnews. Untuk informasi lebih lengkap, kunjungi situs resmi .
#LokalAsri #ArahkanAksiAsrikanIndonesia #TribunNetwork #MataLokalMenjangkauIndonesia