Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) buka suara tentang adanya wacana untuk penerapan work from anywhere atau WFA saat libur Lebaran 2025.
AHY mengungkap bahwa pemerintah memiliki semangat yang sama untuk bisa mengurai kemacetan saat mudik Lebaran.
Itu mengingat mudik sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia setiap tahunnya.
Untuk itu, AHY ingin agar kepadatan arus mudik baik saat masyarakat kembali ke kampung maupun kembali ke kota ini bisa diurai.
Salah satunya dengan menerapkan sistem kerja WFA menjelang libur Lebaran.
Namun, menurut AHY, penerapan WFA ini akan lebih efektif apabila diterapkan pada awal atau bahkan sebelum libur lebaran dimulai.
Itu agar nantinya para pekerja bisa mudik lebih awal karena bisa bekerja dari jarak jauh dan secara online.
Dengan demikian, diharapkan kemacetan mudik Lebaran ini bisa diurai lebih cepat.
"Kami punya semangat yang sama, bagaimana mengurai kemacetan. Mengurai kepadatan arus mudik, ke kampung dan kembali ke kota."
"Ini jangan sampai terjadi penumpukan di harihari yang sudah sangat dekat dengan hari lebarannya, kita urai di awal."
"Semangat WFA tadi mudahmudahan, ya tetap bekerja tapi sudah jarak jauh, sudah online, sudah bisa sambil traveling. Dengan demikian mengurai lebih cepat," kata AHY dilansir Kompas TV, Jumat (7/2/2025).
Wacana WFASebelumnya, pemerintah mempertimbangan penerapan kebijakan WFA selama periode 2428 Maret 2025 atau menjelang libur Lebaran 2025.
Kebijakan ini diharapkan dapat membantu mengurangi kepadatan lalu lintas saat puncak arus mudik Lebaran.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno saat menerima audiensi Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi pada Senin (20/1/2025).
Pertemuan ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan libur Lebaran 2025 yang aman, nyaman, dan lancar.
Pratikno pun memberikan apresiasi atas kinerja Kementerian Perhubungan dalam penyelenggaraan libur Nataru.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas kementerian untuk mempersiapkan pelaksanaan mudik Lebaran 2025.
"Pelaksanaan mudik Lebaran 2025 akan melibatkan Kementerian PAN RB, Kementerian Tenaga Kerja, dan Kementerian Agama dalam pembahasan Surat Keputusan Bersama (SKB) terkait jadwal libur Lebaran, dengan koordinasi bersama Kementerian Perhubungan," ungkap Pratikno.
Komisi V DPR Dukung Wacana WFA untuk Kurangi Kemacetan Mudik Lebaran dan NyepiWakil Ketua Komisi V DPR RI Syaiful Huda mendukung wacana bekerja dari mana saja atau work from anywhere (WFA) untuk menekan potensi kemacetan mudik Lebaran dan Nyepi 2025.
Menurut Huda, penerapan WFA di kalangan pegawai negeri sipil maupun swasta akan memberikan waktu lebih panjang bagi para pemudik mempersiapkan perjalanan ke kampung halaman masingmasing.
“Konsep WFA ini layak dikaji agar para pemudik lebaran maupun hari raya nyepi tidak menempuh perjalanan di satu waktu sehingga mengurangi potensi kemacetan di jalur tol, akses bandar udara, maupun ke pelabuhan,” ujar Syaiful kepada wartawan, Senin (27/1/2025).
Syaiful mengatakan Lebaran 2025 diperkirakan jatuh pada tanggal 31 Maret atau 1 April 2025, sedangkan hari raya Nyepi jatuh pada tanggal 29 Maret 2025.
Jarak dua hari besar yang berdekatan itu berpotensi mengganggu arus mudik karena berhentinya layanan di Pelabuhan Gilimanuk maupun Bandara Ngurah Rai selama perayaan Nyepi.
“Situasi ini harus diantisipasi jauh hari dan konsep WFA yang disampaikan oleh Menhub Dudy cukup masuk relevan diterapkan sehingga pemudik terutama dari Bali dan sekitarnya bisa jauh hari menyiapkan diri,” ujar Huda.
Politisi PKB itu menilai akan ada peningkatan signifikan pergerakan orang dan barang menjelang mudik lebaran dan hari raya Nyepi.
Jika ratarata pergerakan orang saat mudik lebaran saja mencapai 193 juta jiwa, maka dengan adanya mudik nyepi yang waktunya berdekatan bisa meningkatkan pergerakan orang hingga hampir 197 juta jiwa.
“Meskipun angka pasti pergerakan orang ini menunggu hasil survei Kemenhub, tetapi situasi adanya dua hari raya yang jatuh dalam kurun waktu hampir bersamaan harus diantisipasi secara serius,” katanya.
Huda pun menegaskan kemacetan adalah momok bagi para pemudik dan bagi pemerintah karena menimbulkan komplikasi penanganan yang tidak mudah diselesaikan, baik di jalan tol, jalan nasional dan jalan lainnya.
Kemacetan di berbagai ruas jalan pada saat mudik tidak jarang menimbulkan korban jiwa akibat tingkat kelelahan yang tinggi.
"Tentu saja tidak bisa diabaikan, total kerugian materil yang sulit diukur besarannya,” katanya.
Dengan konsep WFA, lanjutnya, para pemudik lebaran maupun Nyepi bisa jauh hari memulai perjalanan ke kampung halaman. Menurutnya, pemudik tidak akan menumpuk perjalanan mereka di cuti hari raya yang biasanya berjarak 34 hari menjelang hari H.
“Dengan konsep ini maka rekayasa lalu lintas bisa dilakukan jauh hari sehingga potensi adanya kemacetan panjang tidak akan terjadi,” katanya.
Kendati demikian, Huda menyarankan perlu ada kesiapan matang jika WFA benarbenar diterapkan.
Menurutnya harus ada guidelines jelas, kesiapan semua stakeholders, serta dukungan infrastruktur digital yang kuat.
"Harus dipastikan dukungan dan aturan jelas bagi bagi pegawai atau karyawan yang akan bekerja jauh dari kantornya,” katanya.