Kolombia Mengatakan akan Memperkuat Hubungan Dagang dengan Tiongkok, Pukulan bagi Donald Trump
TRIBUNNEWS.COM- Kolombia mengumumkan rencana pada hari Kamis untuk meningkatkan hubungan perdagangannya dengan China dengan membangun rute pengiriman baru ke Shanghai, memperdalam hubungan ekonomi dengan negara kekuatan Asia itu di tengah ketegangan yang sedang berlangsung dengan Presiden AS Donald Trump.
Kolombia mengumumkan rute pelayaran baru ke Shanghai, memperkuat hubungan dagang dengan China, tak lama setelah perselisihan dengan Trump.
Menurut Kementerian Perdagangan Kolombia, rute baru tersebut akan menghubungkan pelabuhan Pasifik Buenaventura ke Shanghai melalui pelabuhan besar Chancay yang didanai Tiongkok di Peru.
Duta Besar Beijing untuk Bogota, Zhu Jingyang, menyambut baik langkah tersebut, menyebutnya sebagai "kabar baik" bagi perdagangan antara Tiongkok dan ekonomi terbesar keempat di Amerika Latin.
Menteri Perdagangan Kolombia, Luis Carlos Reyes, menggambarkan inisiatif tersebut sebagai "langkah besar dalam memperkuat hubungan" antara kedua negara.
Presiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan tarif timbal balik sebesar 25 persen terhadap impor Amerika Serikat, sebagai tindakan balasan, setelah menolak menerima imigran Kolombia di jet militer.
Petro juga mengecam sanksi dan tarif terbaru yang dijatuhkan pada Kolombia oleh Presiden AS Donald Trump setelah negara itu menolak mendaratkan dua pesawat militer Amerika Serikat yang membawa imigran.
Dalam sebuah posting di X, Petro menegaskan, "Kami tidak pernah menolak menerima migran dan telah mencoba menghentikan migrasi," seraya menambahkan, "Namun jangan harap saya menerima orang-orang yang dideportasi dari AS, diborgol dan berada di pesawat militer."
"Kita bukan jajahan siapa pun," kata Petro.
Sebelumnya, Trump mengumumkan tarif sebesar 25% untuk produk-produk Kolombia, yang akan berlipat ganda dalam seminggu.
Ia juga mencabut visa bagi pejabat pemerintah Kolombia dan "pendukung" Presiden Gustavo Petro dan berjanji akan melakukan pemeriksaan lebih ketat terhadap warga Kolombia di bandara, yang akan mengintensifkan tindakan kerasnya terhadap imigrasi.
Akan tetapi, Bogota akhirnya mengalah dan mengatur penerbangannya sendiri untuk membawa pulang para migran.
Meskipun ketegangan mulai mereda, Petro—presiden sayap kiri pertama Kolombia dan mantan pejuang gerilya—terus mengkritik Trump.
Dalam wawancara untuk Univision , ia menuduh presiden AS membela "tesis fasis" yang berupaya mengkriminalisasi migran tak berdokumen, dan membandingkannya dengan penganiayaan Adolf Hitler terhadap orang Yahudi selama Perang Dunia II.
Di tengah pertikaian diplomatik ini, Petro mendesak kementerian perdagangannya untuk mendiversifikasi pasar ekspor Kolombia di luar Amerika Serikat.
Upayanya untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan China dilakukan ketika Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengunjungi Amerika Tengah, dengan tujuan untuk melawan pengaruh Beijing yang semakin besar di kawasan tersebut.
SUMBER: AL MAYADEEN