Pelaku Usaha Ini Punya Cara Stabilkan Harga Cabai di Aceh Lewat Kemitraan Petani
kumparanBISNIS February 08, 2025 05:07 PM
Berawal dari keresahan petani cabai rawit di Aceh yang sering mengalami anjloknya harga saat panen, Yuliana, mantan karyawan sebuah lembaga survei yang bermitra dengan Bank Indonesia (BI) dalam pemantauan harga pangan nasional, berinisiatif mengolah hasil panen cabai menjadi produk sambal kemasan.
Bersama sang suami, Murtala Hendra Syahputra, Yuliana memperkenalkan ‘Capli’, sambal hijau khas Aceh. Produk ini tidak hanya menjadi solusi bagi petani dalam menstabilkan harga jual cabai, tetapi juga berkontribusi terhadap pengendalian inflasi pangan.
Yuliana menjelaskan mereka bekerja sama dengan pedagang besar untuk memastikan harga cabai tetap stabil di pasar.
"Jadi kita yang support ke pedagang besar, jadi harga itu bisa kita kontrol. Kita bisa kasih barang tapi dengan jaminan harga tidak boleh di atas range yang kita sudah tentukan, sehingga harga bisa stabil,” kata Yuliana kepada wartawan di Banda Aceh, dikutip Sabtu (8/2).
Merintis usaha ini bukan tanpa tantangan. Saat pertama kali memulai, harga cabai melonjak hingga Rp 100 ribu per kilogram, sementara modal awal mereka hanya Rp 500 ribu. Yuliana mengungkapkan betapa sulitnya situasi tersebut.
“Awal-awal Capli kita rintis harga cabai Rp 100 ribu, bawang putih Rp 80 ribu. Sebenarnya kita mau nangis, kita produksi rugi, kita nggak produksi nggak bisa jual. Tapi kita hitung-hitung saja ini sebagai promosi brand,” katanya.
Perbesar
Sambal hijau khas Aceh, Capli. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
Seiring waktu, pasangan ini mulai bekerja sama dengan petani melalui sistem kontrak harga, sehingga harga cabai dapat dikontrol di kisaran Rp 20 ribu per kilogram. Saat ini, mereka telah memberdayakan sekitar 100 petani cabai di Aceh.
Provinsi Aceh mencatat inflasi tahunan (yoy) sebesar 1,61 persen dan mengalami deflasi bulanan (mtm) sebesar 0,13 persen pada Januari 2025. Sejumlah komoditas seperti cabai merah, ikan tongkol, ikan dencis, bawang merah, dan cabai rawit memberikan andil terhadap inflasi, sementara tarif listrik, tomat, jeruk nipis, serta angkutan udara mendorong terjadinya deflasi.
Dengan keberadaan ‘Capli’, Yuliana dan Murtala berharap dapat terus membantu petani cabai Aceh dalam menjaga stabilitas harga. Sekaligus berkontribusi pada ketahanan pangan di Indonesia.