Berburu Cinta di Dating App, Kena Love Scamming hingga Kehilangan Puluhan Juta
kumparanBISNIS February 09, 2025 12:45 PM
Mimpi Haqie Fahmia untuk segera mengenakan gaun pengantin, bertemu calon mertua, memulai hidup baru bersama pasangan seketika kandas.
Alih-alih menjadi suaminya, pria bernama Eric Santoso yang ia kenal dari dating app, justru membuatnya kehilangan duit hingga Rp 87 juta dalam sekejap mata.
Lewat aplikasi kencan Boo mereka bertukar pesan, berbicara tentang masa depan, dan berbagi harapan. Eric, yang mengaku sebagai seorang IT di Jakarta, tampil sebagai pria yang matang, penuh perhatian, dan memiliki tujuan serius untuk menikah.
"Kami berkenalan di aplikasi dating Boo. Mengajak ke jenjang serius yaitu pernikahan dengan akun palsu, dia mengatakan sebagai IT di Jakarta,” cerita Haqie kepada kumparan.
Hampir sebulan berpacaran, Haqie dijanjikan untuk bertemu dengan keluarga Eric. Namun, seperti kisah-kisah dalam film thriller, kebahagiaan itu hanya semu. Seminggu sebelum mereka seharusnya bertemu, Eric memberi kabar, ia harus pergi ke Macau untuk urusan pekerjaan.
Sehari setelah tiba di sana, ia mengirimkan sebuah tautan kepada Haqie. Meminta bantuan untuk menguji sistem yang katanya sedang ia perbaiki.
Haqie, yang saat itu tak memiliki alasan untuk curiga, mengikuti instruksi Eric.
"Dia menyuruh saya memainkan sesuatu setiap pukul 15.30 WITA dan 21.00 WITA," ujarnya.
Tanpa disadari, ia telah masuk ke dalam perangkap yang membuatnya harus mengeluarkan uang hingga Rp 87 juta. Ia kehilangan uang ini dalam empat kali top up, masing-masing Rp 10 juta, Rp 10 juta, Rp 52 juta, dan Rp 15 juta.
Saat akhirnya menyadari ada sesuatu yang janggal, ia mencoba menarik dananya. Namun, saldo tersebut tak bisa ditransfer kembali.
"Saya merasa ada yang janggal dan aneh karena melihat berita,” ungkapnya.
Kini, bukan hanya kehilangan uang, Haqie juga dihantui ancaman dari Eric. “Hari ini saya menarik semua saldo tersebut, tetapi tidak bisa ditransfer. Sekarang dia mengancam,” kata dia.
"Kadang perempuan tulus sering dibegoin," imbuhnya.
Ilustrasi kencan online. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kencan online. Foto: Shutter Stock

Dari Aplikasi Kencan, Ditipu Pria Asing Asal Taiwan

Kisah serupa juga dialami Lidya, seorang perempuan yang mencari pasangan lewat aplikasi kencan Coffee Meets Bagel (CMB). Pada Oktober 2023, ia bertemu dengan pria yang mengaku berasal dari Taiwan.
"Dia dari Taiwan, ada part time TikTok Shop, ditawari buka dengan profit lumayan," kata Lidya.
Pada awalnya, semuanya tampak masuk akal. Lidya bahkan sempat merasakan keuntungan dari skema yang ditawarkan. Ia bisa melakukan penarikan dana sebesar USD 100 hingga USD 400.
Namun, jebakan mulai terasa ketika uang hasil transaksi sebelumnya tak kunjung cair, sementara ia terus diminta menyetor dana baru.
"Jadi kita harus bayar ke supplier dulu, bila ada orderan, dan orderan dateng terus. Duit dari orderan sebelumnya belum turun sehingga kita nyetor terus. Duit menggulung di sana," katanya.
Total kerugian Lidya mencapai hampir USD 3.000 dolar atau sekitar Rp 48,82 juta.
"Rasanya bete banget, kok aku bisa sebodoh ini?" katanya.
Beruntung, meskipun kehilangan jumlah yang cukup besar, keuangan Lidya tidak sepenuhnya terguncang.
"Pengaruh tentu ada, tapi mungkin nggak sampai 50 persen. Aku masih punya tabungan," ujarnya.

Ilusi Cinta yang Memanipulasi

Love scamming, modus penipuan dengan memanfaatkan hubungan romantis bukanlah fenomena baru. Namun, dengan semakin banyaknya orang yang mencari pasangan lewat dunia maya, kasus seperti ini kian marak terjadi.
Biasanya, para pelaku membangun identitas palsu yang tampak kredibel. Mereka menciptakan kisah hidup yang menyentuh, penuh perjuangan, dan akhirnya membuat korban merasa istimewa.
Dalam kasus Haqie, Eric berperan sebagai pria mapan yang bekerja di bidang IT. Dalam kasus Lidya, pelaku berpura-pura menjadi pengusaha sukses di Bandung.
Metode yang digunakan pun beragam. Ada yang meminta uang secara langsung, ada pula yang menawarkan skema investasi atau bisnis yang terlihat menjanjikan. Namun, polanya tetap sama, membangun kepercayaan, menciptakan urgensi, dan akhirnya menggiring korban untuk mengeluarkan uang.
Haqie bahkan sempat berpikir untuk meminjam uang demi menebus saldo yang tersangkut.
"Itu kan aku disuruh minjem duit. Videonya itu template semua makan, naik pesawat, ruangan IT sama dengan yang kena scam love lainnya," ungkapnya.
Ia baru sadar setelah bergabung dalam sebuah grup yang membahas love scamming.
Tak sedikit orang yang bertanya-tanya bagaimana mungkin seseorang bisa begitu mudah percaya pada orang asing di internet? Namun, bagi mereka yang pernah terjebak, jawabannya sederhana: Manipulasi psikologis.
Selain itu, faktor psikologis korban juga berperan besar. Banyak yang terjerat karena merasa menemukan seseorang yang sefrekuensi, seperti yang dirasakan Lidya ketika berbicara dengan scammer yang fasih berbahasa Mandarin.
"Bisa tertarik karena ngomong ya tentu baik, dan aku fasih Mandarin jadi merasa cocok,” katanya.
Ketika ikatan emosional sudah terbentuk, logika sering kali menjadi kabur. Ditambah dengan elemen urgensi, misalnya permintaan bantuan mendadak atau ancaman kehilangan kesempatan korban semakin sulit berpikir jernih.
Setelah menyadari dirinya menjadi korban, langkah pertama yang dilakukan Haqie dan Lidya adalah memutus kontak dengan pelaku. Haqie bahkan berharap pelaku bisa dipenjara.
"Aku sedih banget, paling enggak dia dipenjara lah. Itu pakai duit Mbakku, masalahnya," katanya.
Haqie dan Lidya mungkin telah kehilangan uang, tetapi mereka tidak kehilangan segalanya. Dari pengalaman pahit ini, mereka belajar untuk lebih berhati-hati dan lebih sadar akan jebakan yang mengintai di dunia maya.
Di era digital ini, cinta bisa ditemukan di mana saja termasuk di aplikasi kencan. Namun, di balik layar yang menyala, ada banyak hal yang perlu diwaspadai. Karena cinta sejati seharusnya tidak datang dengan harga yang begitu mahal.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.