Dari Kelas ke Masyarakat: Cerita 'Rahasia Dapur' 10 Muda-mudi di Desa Kaliabu
Rima Maulana February 12, 2025 04:03 PM
Beberapa minggu sebelum keberangkatan kita ke Madiun, suasana di kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) sudah mulai terasa berbeda. Pertemuan demi pertemuan kami adakan, membahas segala hal yang berkaitan dengan struktur keanggotaan, program kerja, serta segala keperluan yang harus dibawa.
Di dalam posko, kami juga menetapkan peraturan-peraturan, seperti pembagian tugas memasak dan bersih-bersih. Detik-detik keberangkatan memberikan kita sedikit rasa cemas bersamaan dengan tumbuhnya percikan semangat dalam hati ini.
Saat kami tiba di Desa Kaliabu, kami disambut dengan hangat oleh warga setempat. Suasana desa mulai terasa ketika kami merasakan sedikit guncangan saat melintasi jalanan berlubang untuk menuju posko, udara di desa terasa sejuk karena dikelilingi oleh banyaknya pohon rindang dan luasnya hamparan sawah yang ada sehingga memperindah pandangan di mata.
Kami beranggotakan 10 orang yang berasal dari berbagai jurusan, ada Mas Enriko, sebagai ketua kelompok dari jurusan Ilmu Tanah. Mba Una, yang berasal dari Jurusan Sastra Indonesia, bertugas sebagai bendahara, sedangkan Mba Raisya dari Jurusan Teknik Kimia dan Amalia dari Jurusan Ilmu Hukum menjadi sekretaris. Mas Vian dari Jurusan Teknik Sipil dan Rima dari Pendidikan Kimia berada di divisi humas. Ada juga divisi PDD yang dipegang oleh Hana dan Tiwi yang sama-sama berasal dari Jurusan Ilmu Hukum, sementara Andin dari Jurusan Teknologi Pendidikan dan Mba Dian dari Ilmu Komunikasi bertanggung jawab sebagai divisi logistik.
Dosen pembimbing lapangan kami yaitu Prof. Kuncoro, beliau dosen Jurusan Teknik Mesin, terkenal sedikit pelupa oleh mahasiswanya dan juga lumayan tegas saat membimbing kami. Namun, kejadian yang cukup mengejutkan datang di hari keempat KKN. Beliau datang mengunjungi posko kami untuk mengubah seluruh program kerja secara mendadak. Kami pun terkejut karena sekitar dua minggu sebelum KKN dimulai, proposal yang berisi sepuluh program kerja kami sudah disetujui oleh beliau. Namun, situasi di Desa Kaliabu memaksa kami untuk mengubah fokus program kerja sehingga kami harus lebih peka terhadap permasalahan yang ada seperti penanggulangan hama pertanian, cara pengelolaan sampah, dan pengembangan potensi desa, termasuk sentra pembuatan brem dan kebudayaan karawitan.
Rencana awal kami pun dirombak ulang dan berkonsultasi lagi dengan perangkat desa setempat untuk mengkoordinasikan program kerja baru kami. Setelah dirasa cukup, dengan berat hati susunan timeline yang ada sebelumnya juga kami ubah lagi.
Entah kenapa bulan Januari rasanya sangatlah berat, karena pada saat itu kami masih beradaptasi dengan lingkungan posko serta masyarakat sekitar ditambah lagi adanya penyusunan ulang program kerja yang menambah beban pikiran kita selama berhari-hari.
Dari berbagai situasi yang ada, lambat laun bisa kami hadapi bersama, program kerja (proker) yang kebanyakan tidak berhubungan langsung dengan jurusan yang kami digeluti pun akhirnya dapat terlaksana dengan lancar. Mengingat ini bukan proker perorangan, melainkan ini adalah proker bersama, maka setiap persoalan yang muncul akan kami hadapi bersama-sama.
Perbesar
Foto bersama para petani Desa Kaliabu setelah proker Sosialisasi PenPengendalian Hama Terpadu dengan Tanaman Refugia dan Rubuha. Foto: Dokumentasi pribadi
Selama 45 hari, terhitung mulai dari tanggal 8 Januari hingga tanggal 21 Februari, kami menjalani berbagai kegiatan. Kami belajar banyak hal, mulai dari cara memasak hingga berinteraksi dengan masyarakat setempat. Salah satu hal yang paling menarik adalah penggunaan istilah-istilah unik yang hanya dipahami oleh kami.
Misalnya kata “nongki” yang berarti BAB di pojok belakang rumah, selain itu ada juga “bonding” yang merujuk pada kegiatan mencuci piring berdua sambil mengobrol. Setiap kali kita masak, selalu ada kejadian tak terduga yang kami sebut “rahasia dapur”. Rahasia dapur ini biasanya hanya diketahui oleh orang-orang yang ada di dapur saat memasak.
Seperti saat ingin memasak kangkung beserta seluruh tangkainya tanpa dipetik kecil-kecil. Ada juga sebutan “smokey beef,” saat ada kebakaran kecil. Terkadang kami juga memerlukan penjaga rice cooker untuk memastikan tombol nya tidak naik sebelum matang, sebenarnya ada tiga rice cooker yang dibawa, namun yang dapat digunakan hanya satu walaupun terkadang error. Sebenarnya masih banyak lagi rahasia dapur yang kami punya, namun cukuplah kami yang tahu agar hal ini tetap jadi "rahasia".
Di beberapa waktu saat malam telah tiba, kami berkumpul di ruang depan untuk rapat, berbagi cerita dan pengalaman, sesekali juga diadakan evaluasi untuk perbaikan kelompok ini ke depannya. Momen-momen ini menjadi waktu bonding yang sangat berharga bagi kita. Kami bercerita tentang kejadian lucu selama memasak, atau pengalaman menarik saat berinteraksi dengan warga. Tawa dan canda mengisi suasana ruang tamu membuat keakraban satu sama lain semakin dekat.
Perbesar
Foto bersama dengan adik-adik SD N 02 Kaliabu. Foto: Dokumentasi pribadi
Pengalaman KKN di Desa Kaliabu merupakan salah satu momen yang mengesankan bagi kami. KKN ini bukan hanya sekadar tugas akademik, tetapi juga sebuah proses belajar tentang kehidupan. Kerja sama yang terbentuk selama ini menjadi sebuah perjalanan yang membuat kami semakin menghargai akan arti kebersamaan.
Kami berharap, apa yang kami lakukan dapat memberikan dampak positif bagi desa dan menjadi inspirasi bagi teman-teman mahasiswa lainnya untuk menjalani KKN dengan sepenuh hati.
Salam hangat dari kami, Kelompok 63 KKN UNS 2025 Desa Kaliabu.