Al-Qassam Pajang Bom Bertuliskan 'Mereka Dibunuh oleh Bom AS' saat Serahkan Jasad Sandera Israel
Febri Prasetyo February 21, 2025 03:31 AM

TRIBUNNEWS.COM - Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), memajang dua bom di atas panggung selama acara penyerahan empat jenazah sandera Israel di Khan Yunis, Jalur Gaza pada Kamis (20/2/2025).

Dua bom berwarna putih tersebut dipajang di sisi kiri panggung, berseberangan dengan empat peti jenazah yang berada di sisi lain.

Terlihat warna merah pada ujung kedua bom tersebut, yang menggambarkan bom itu telah digunakan untuk membunuh sandera, lengkap dengan tulisan "Mereka dibunuh dengan bom AS" dalam bahasa Inggris.

Trevor Paul, mantan ahli amunisi Angkatan Darat AS, mengatakan dua bom yang dipajang di panggung itu adalah bom GBU-39 AS yang belum meledak.

"Jenis bom ini diproduksi secara eksklusif di Amerika Serikat," kata Trevor Paul dalam pernyataannya kepada Badan Verifikasi Berita Sanad Jaringan Al Jazeera.

Pernyataan pakar tersebut konsisten dengan investigasi sebelumnya yang dipublikasikan oleh media massa AS, termasuk New York Times dan CNN, yang mengungkapkan tentara Israel menggunakan bom tersebut dalam serangannya di Rafah pada Mei tahun 2024.

Investigasi sebelumnya oleh Sanad Agency mengungkapkan Israel menggunakan senjata yang sama untuk menargetkan Masjid Sekolah Al-Tabi’in, yang menampung ratusan orang mengungsi, pada bulan Agustus 2024.

Serangan tersebut menewaskan 100 orang dan melukai puluhan lainnya, menurut Pertahanan Sipil di Gaza.

Hamas: Kami Berusaha Lindungi Sandera, tapi Israel Bunuh Mereka

Sebelum menyerahkan empat jenazah sandera Israel, Hamas mengatakan mereka menghormati kesucian orang yang telah meninggal selama upacara penyerahan tersebut.

Sementara Israel tidak menghormati kehidupan mereka saat mereka masih hidup, menurut pernyataan Hamas.

"Perlawanan telah menyelamatkan nyawa para tahanan pendudukan di Jalur Gaza, menyediakan apa yang mereka bisa, dan memperlakukan mereka secara manusiawi, namun tentara mereka membunuh mereka bersama para penjaga mereka," kata Hamas, Kamis.

"Tentara pendudukan membunuh tahanannya dengan mengebom pusat penahanan mereka dan pemerintahnya harus bertanggung jawab setelah berulang kali menghalangi perjanjian pertukaran (tahanan)," tambahnya.

Hamas mengirim pesan kepada keluarga Bibas dan Lifshitz bahwa mereka ingin membebaskan mereka hidup-hidup namun mereka dibunuh oleh Israel.

"Kami lebih suka putra-putra kalian kembali hidup-hidup, tetapi para pemimpin kalian memilih untuk membunuh mereka dan 17.881 anak-anak Palestina bersama mereka," katanya.

Hamas menekankan bahwa satu-satunya cara mengembalikan sandera hidup-hidup adalah melalui pertukaran tahanan dan gencatan senjata.

Pada Kamis (20/2/2025), Hamas menyerahkan empat jenazah sandera Israel yaitu Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan satu sandera lain bernama Oded Lifshitz (83), usia tersebut dilaporkan saat mereka ditahan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Sejak dimulai implementasi gencatan senjata pada 19 Januari 2025, Israel dan Hamas telah melakukan tujuh kali pertukaran tahanan.

Pada tahap pertama perjanjian tersebut, Hamas berkomitmen untuk membebaskan 33 sandera Israel termasuk delapan jenazah sandera, dengan imbalan pembebasan ribuan tahanan Palestina.

(Yunita Rahmayanti)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.