Pantaskah Song Hye Kyo Tuai Kritikan Tajam karena Perannya di Film Dark Nuns?
Mia Della Vita February 24, 2025 06:34 AM

Grid.ID-Kembalinya Song Hye-kyo dalam film Dark Nuns menjadi topik hangat di berbagai negara Asia.

Namun, di Korea Selatan, film Dark Nuns justru mendapat kritik tajam karena unsur-unsurnya yang dianggap sensitif, hingga memicu komentar pedas terhadap Song Hye Kyo.

Meskipun demikian, Dark Nuns berhasil mencapai titik impas dan terus meraup keuntungan di box office beberapa negara Asia.

Dengan kesuksesan ini, apakah kritik terhadap Song Hye-kyo benar-benar beralasan?

Film Dinilai Menodai Agama dan Merendahkan Perempuan

Sejak penayangan perdananya di Korea Selatan, Dark Nuns langsung mendapat kritik keras meskipun hanya ditonton oleh segelintir penonton.

Mengutip KBIZoom, banyak pihak menuduh film ini menghina agama Katolik, khususnya dalam penggambaran biarawati, serta dianggap mengandung unsur misogini.

Karakter utama, Sister Junia (diperankan oleh Song Hye-kyo), dianggap menyimpang dari citra biarawati konvensional.

Ia mencoba melakukan eksorsisme—sebuah praktik yang dilarang bagi biarawati—serta memiliki kebiasaan merokok, menderita kanker serviks, dan bersikap lantang, bahkan menggunakan bahasa kasar saat menghadapi setan maupun pendeta.

Tak hanya itu, ia juga meminta bantuan dukun dan membaca kartu Tarot untuk menyelamatkan seorang anak, yang dianggap tidak sesuai dengan citra seorang biarawati.

Selain tuduhan penghinaan agama, karakter Junia juga dikritik karena dinilai mempromosikan misogini.

Ia tidak diperbolehkan melakukan eksorsisme dan terpaksa meminta bantuan berbagai pihak, termasuk Sister Michela (Jeon Yeo-bin), untuk melaksanakan ritual penyelamatan.

Ditambah lagi, kenyataan bahwa Junia menderita kanker serviks dan sering dihina oleh setan karena kondisinya semakin memicu kemarahan publik Korea Selatan.

Song Hye-kyo dan Dark Nuns Disalahpahami?

Saat film ini dirilis, banyak pihak menyalahkan Song Hye-kyo, menganggapnya kurang selektif dalam memilih peran dan bertanggung jawab atas kegagalan yang diprediksi menimpa Dark Nuns.

Bahkan, beberapa komentar negatif menyoroti usianya yang sudah lebih dari 40 tahun dan pengalaman pribadinya, menyebut bahwa ia gagal menghormati gendernya sendiri.

Secara obyektif, Dark Nuns memang bukan film yang sempurna.

Namun, tuduhan bahwa film ini merendahkan perempuan justru berlawanan dengan pesan feminis yang ingin disampaikan.

Karakter Junia dilarang melakukan eksorsisme hanya karena ia seorang biarawati, tetapi ia dengan gigih melawan pembatasan tersebut hingga akhirnya diakui.

Ia juga bekerja sama dengan seorang dukun perempuan dan biarawati lain, membuktikan bahwa otoritas gereja telah keliru.

Pada akhirnya, ia berhasil menyelamatkan seorang anak laki-laki dari kerasukan setan.

Sementara itu, kontroversi terkait penghinaan agama lebih disebabkan oleh kelemahan naskah yang kurang memberikan konteks mendalam terhadap latar belakang Junia.

Jika karakterisasinya lebih dikembangkan, mungkin penonton akan lebih memahami mengapa ia tampil dengan cara yang tidak biasa.

Masalah Dark Nuns Sebenarnya

Pada akhirnya, permasalahan utama dalam Dark Nuns terletak pada naskah yang kurang matang, sehingga gagal sepenuhnya meyakinkan penonton tentang perjalanan Junia sebagai seorang biarawati yang menentang norma gender dan agama demi menyelamatkan nyawa.

Jika ceritanya lebih kuat, kritik terhadap Song Hye-kyo mungkin tidak akan sekeras ini, dan ia tidak akan dituduh sebagai sosok yang membenci diri sendiri atau tidak menghormati gendernya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.