Grid.ID-Perkembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) semakin pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Berbagai tugas yang sebelumnya membutuhkan campur tangan manusia kini dapat diotomatisasi, termasuk dalam penyampaian informasi keagamaan.
Dengan hadirnya teknologi AI seperti ChatGPT, Gemini, Microsoft Copilot, hingga Meta AI, banyak orang mulai memanfaatkannya untuk mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaan, termasuk tentang agama.
Namun, dengan semakin luasnya penggunaan AI dalam berbagai bidang, muncul pertanyaan: Apakah AI dapat menggantikan peran ustaz?
Mampukah AI menggantikan peran ustaz dalam memberikan ceramah selama Ramadan 2025?
AI dan Tantangan Dakwah di Era Digital
Kehadiran AI dalam dunia keislaman memunculkan fenomena baru, di mana masyarakat dapat dengan mudah mencari jawaban keagamaan melalui chatbot.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia dakwah. Di satu sisi, AI dapat membantu menyebarkan ilmu agama secara luas dan cepat.
Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran akan akurasi informasi yang disampaikan oleh AI serta dampaknya terhadap otoritas ulama dan ustaz.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Mengutip Tribun Timur, peran ulama dan ustaz dalam dakwah bukan hanya sebatas menyampaikan informasi, tetapi juga membimbing umat dengan kebijaksanaan, empati, serta pemahaman mendalam terhadap konteks sosial.
AI, meskipun dapat mengolah data dengan cepat, tetap tidak memiliki kesadaran spiritual dan akhlak yang melekat pada seorang ulama.
AI: Peluang atau Ancaman bagi Dakwah?
Dalam dunia dakwah, AI bisa menjadi alat yang sangat bermanfaat jika digunakan dengan bijak.
Teknologi ini dapat membantu dalam menyebarkan konten keislaman yang akurat, menerjemahkan kitab-kitab klasik, atau menyediakan materi edukatif bagi umat Islam.
Namun, AI tetaplah alat yang tidak bisa menggantikan interaksi langsung antara ustaz dan jamaah.
Seorang ulama memiliki kapasitas untuk memahami kondisi psikologis dan sosial jamaahnya, sesuatu yang tidak dimiliki oleh AI.
Para ulama dan dai perlu beradaptasi dengan perkembangan teknologi agar dakwah tetap relevan di era digital.
Dengan memanfaatkan AI sebagai alat bantu, mereka dapat memperluas jangkauan dakwah tanpa kehilangan esensi keilmuan Islam.
Rekomendasi Aplikasi Kultum dan Ceramah untuk Ramadan 2025
Bagi yang ingin mendapatkan materi ceramah dan kultum selama Ramadan 2025, ada beberapa aplikasi yang bisa menjadi referensi.
NU Online Super App
Mengutip Kompas.com, aplikasi yang dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama ini memiliki berbagai fitur terkait ibadah, termasuk kumpulan kultum dan ceramah.
Pengguna bisa mengakses berbagai topik tanpa perlu mendaftar akun.
Ceramah dan Kultum
Aplikasi ini menyediakan berbagai topik ceramah dan kultum yang dapat langsung diakses setelah diunduh dari Play Store.
Kultum Ramadan Lengkap
Selain menyajikan kumpulan materi ceramah dalam bentuk teks, aplikasi ini juga menyediakan kultum dalam format audio untuk kemudahan pengguna.
Kumpulan Kultum Singkat
Bagi yang mencari materi kultum yang ringkas dan praktis, aplikasi ini bisa menjadi pilihan.
Materi Ceramah Ramadan
Aplikasi ini menawarkan berbagai topik kultum dan ceramah yang bisa digunakan sebagai referensi selama Ramadan 2025.
Meskipun AI dapat membantu dalam penyebaran ilmu agama, peran ustaz dan ulama dalam memberikan bimbingan kepada umat tetap tidak tergantikan.
AI sebaiknya digunakan sebagai sarana pendukung dakwah, bukan sebagai pengganti figur ulama yang memiliki kedalaman ilmu, kebijaksanaan, dan pemahaman sosial.
Dengan demikian, umat Islam dapat memanfaatkan teknologi secara positif tanpa kehilangan nilai-nilai ajaran Islam yang sesungguhnya selama Ramadan 2025.