Latar Belakang dan Faktor-Faktor Penyebab Kemunduran Pendidikan Islami
GH News February 25, 2025 11:07 PM

TIMESINDONESIA, MALANG – Sepanjang sejarahnya, dalam pemikiran Islam terdapat dualisme pendidikan yang saling berlomba mengembangkan diri, dan mempunyai pengaruh besar dalam mengembangkan pola pendidikan umat Islam. Pertama, pola pemikiran yang bersifat tradisional, yaitu selalu mendasarkan diri pada wahyu, yang kemudian berkembang menjadi pola pemikiran sufistik mengembangkan pola pendidikan sufi).

Pola pendidikan ini Sangat memerhatikan aspek-aspek batiniah dan akhlak. Kedua, pola pemikiran rasional, yaitikamementingkan akal pikiran yang menimbulkan pola pendidikan intelektual dan penguasaan material.

Pada masa jayanya pendidikan Islami, kedua pola pendidikan tersebut menghiasai dunia Islam sebagai dua pola yang berpadu dan saling melengkapi. Setelah pola pemikiran rasional diambil alih pengembangannya oleh dunia Barat (Eropa) dan dunia Islam pun meninggalkan pola berpikir tersebut, maka dalam dunia Islam tinggal pola pemikiran sufistik yang sifatnya sangat memperhatikan kehidupan batin, sehingga mengabaikan perkembangan dunia material.

Pola pendidikan yang dikembangkan pun tidak lagi menghasilkan perkembangan budaya Islam yang bersifat materil. Dari faktor inilah dapat dikatakan bahwa pendidikan dan kebudayaan Islam mengalami kemunduran atau pendidikan Islami mengalami kemandegan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Menurut M.M. Sharif, pemikiran dan pendidikan Islami menurun setelah abad ke-13 M dan terus melemah sampai abad ke-18 M. Di antara sebab-sebab melemahnya pikiran Islam antara lain:

a. Telah berlebihan filsafat Islam yang bercorak sufistik yang dimasukkan oleh al-Ghazali dalam alam Islami ke arah bidang rohaniah, hingga ia menghilang ke dalam mega alam tasawuf, sedangkan Ibn Rusyd dalam memasukkan filsafat Islamnya yang telah rasionalistis ke dunia Islam di Barat dan dengan filsafatnya menuju ke arah jurang matrelialisme.

b. Umat Islam, terutama pada pemerintahannya (khalifah, sultan, amir-amir) melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Kalau pada mulanya para pejabat pemerintah sangat memerhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, dengan memberikan penghargaan yang tinggi kepada para ahli ilmu pengetahuan, maka pada saat menurun dan melemahnya kehidupan umat Islam ini, para ahli ilmu pengetahuan umumnya terlibat dalam urusan-urusan pemerintahan, sehingga melupakan pengembangan ilmu pengetahuan.

c. Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar, sehingga menimbulkan kehancuran yang mengakibatkan berhentinya kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia Islam. Sementara itu, obor pemikiran Islam berpindah tangan ke tangan kaum Masehi, yang mereka ini telah mengikuti jejak kaum muslimin yang menggunakan hasil buah pikiran yang mereka capai dan pikiran Islam itu. 

Semakin ditinggalkannya pendidikan intelektual, maka statis pula perkembangan kebudayaan Islam, karena intelektual generasi penerus tidak mampu mengadakan kreasi-kreasi baru, hal ini sebagai bukti pintu ijtihad telah tertutup.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Menurut Hanu Asrohah, kemunduran pendidikan Islami pada masa-masa ini terletak pada merosotnya mutu pendidikan dan pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan Islami, materi pelajarannya sangat sederhana, materi yang diajarkan hanyalah materi ilmu-ilmu keagamaan. Lembaga-lembaga pendidikan tidak lagi menyiarkan ilmu-ilmu filosofis, termasuk ilmu pengetahuan umum.

Rasionalisme pun kehilangan peranannya, dalam arti semakin dijauhi kedudukan akal dan semakin surut. Dengan dicurigainya pemikiran rasional, daya pemikiran kritis, penelitian, dan ijtihad tidak lagi dikembangkan. Akibatnya, tidak ada lagi ulama-ulama yang menghasilkan karya-karya intelektualisme yang mengagumkan. Mereka lebih senang mengikuti pemikiran-pemikiran ulama terdahulu daripada berusaha melakukan penemuan-penemuan baru.

Kemandegan pemikiran dan kemunduran umat Islam adalah lenyapnya metode berpikir rasional, yang pernah dikembangkan oleh Mu'tazilah. Pemikiran tersebut telah menimbulkan peristiwa mihnah", dan telah mengundang antipati umat Islam bukan saja terhadap aliran Mu'tazilah, tetapi juga terhadap metode berpikir rasional. Sejak saat itu, masyarakat tidak mau mendalami ilmu-ilmu sains dan filosofis. Pemikiran logis dan ilmiah tidak lagi menjadi budaya berpikir masyarakat muslim sampai akhirnya pola berpikir mereka didominasi sufistis, takhayul, dan kejumudan.

Kondisi demikian diperburuk lagi oleh jatuhnya kerajaan Abbasiyah oleh serangan orang-orang Tartar dan Mongol pada masa pertengahan abad ke-13 M, ketika kota Baghdad sebagai pusat ilmu dan kebudayaan hancur sama sekali. Sekitar 800.000 penduduk Baghdad dibunuh; perpustakaan dihancurkan; ribuan rumah penduduk diratakan. Dalam peristiwa tersebut, umat Islam kehilangan lembaga-lembaga pendidikan dan buku-buku ilmu pengetahuan yang sangat berharga nilainya bagi pendidikan Islami. Kini Baghdad sebagai ibu kota Irak terus dihujani bom-bom sekutu pimpinan AS.

Menurut Ibn Taimiyah latar belakang timbulnya kemunduran pendidikan Islami dikarenakan (1) membudayakan khurafat di kalangan kaum muslim; (2) kejumudan atau ditutupnya pintu ijtihad dianggap telah membodohkan umat Islam; (3) terpecahnya persatuan umat Islam sehingga sulit membangun dan maju; (4) kotak antara Barat dengan Islam telah menyadarkan kaum muslimin akan kemundurannya.

Indikator utama kemunduran umat Islam ialah kebodohan, kekurangan pengetahuan, kerusakan budi pekerti (kebejatan moral) para pemimpin mereka, sifat penakut dan pengecut sesudah mereka menjadi umat yang terkenal pemberani dan tidak takut mati. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.