Jumlah korban tewas akibat hujan lebat dan hujan es di Afghanistan bertambah. Total korban tewas kini menjadi 39 orang.
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (27/2/2025), pejabat manajemen bencana Afghanistan mengatakan 39 orang tewas akibat hujan es di tiga provinsi. Sebelumnya, banjir bandang melanda provinsi perbatasan barat Farah pada hari Selasa yang menghanyutkan 21 orang, sementara tiga lainnya tewas ketika badai hujan es menyebabkan rumah mereka runtuh.
"Banjirnya kuat, menghancurkan pertanian saya, menghancurkan segalanya... semua lahan terendam banjir," kata Nasrullah, seorang petani berusia 50 tahun, kepada AFP.
"Selama enam puluh tahun hidup saya, saya belum pernah melihat angin, hujan, dan badai seperti ini," kata petani lain, Mohammad Ibrahim. Ia mengatakan badai itu begitu kuat hingga "melempar pagar sejauh 30-35 meter" dan menerbangkan semua yang terbuat dari kayu.
Gubernur distrik, Mohammed Sadeq Jehadmal, mengatakan kepada AFP bahwa 50 rumah dan 60 toko rusak, sementara "antara 2.000 hingga 2.500 panel surya hancur".
Lebih jauh ke timur, enam orang tewas di provinsi Helmand, termasuk seorang anak yang tersambar petir, dan sembilan orang tewas di provinsi Kandahar.
Para pejabat mengatakan hujan lebat yang mematikan tersebut mungkin membantu memperbaiki kondisi kekeringan jangka panjang di beberapa provinsi, termasuk Farah yang dilanda banjir.
"Hujan dan salju terus turun di sebagian besar provinsi, yang telah mengurangi kekeringan," kata Abdullah Jan Sayeq, juru bicara Otoritas Manajemen Bencana Nasional Afghanistan.
"Ini akan memperkaya infrastruktur air. Pertanian akan ditingkatkan dan akan berdampak positif pada peternakan."
Afghanistan merupakan salah satu negara termiskin di dunia setelah puluhan tahun berperang dan sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, yang menurut para ilmuwan memicu cuaca ekstrem.
Negara ini menduduki peringkat keenam sebagai negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
Kekeringan, banjir, degradasi lahan dan menurunnya produktivitas pertanian merupakan ancaman utama, menurut PBB.