Diversifikasi Kelembagaan Pendidikan Agama Islam: Studi Kasus Madrasah Tahfidzul Qur’an Nurut Tauhid, Kabupaten Luwu
GH News February 27, 2025 11:05 AM

TIMESINDONESIA, MALANG – Berawal dari ketertarikan penulis terhadap perkembangan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Nurut Tauhid Kabupaten Luwu yang berdiri pada tahun 2018, namun perkembangannya hingga saat ini sangatlah pesat, hal ini terjadi karena Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Nurut Tauhid menggunakan strategi pengembangan Lembaga yang kemudian disebut dalam Bahasa ilmiyah yaitu diversifikasi kelembagaan.

Madrasah Tahfidzul Qur'an Nurut Tauhid Kabupaten Luwu merupakan lembaga pendidikan yang didirikan dengan tujuan utama untuk mencetak generasi penghafal Al-Qur'an yang berkualitas. Dalam perjalanannya, madrasah ini telah memainkan peran penting dalam menjaga tradisi keislaman di tengah masyarakat, khususnya dalam bidang tahfidzul Qur'an. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika sosial, ekonomi, serta pendidikan yang semakin kompleks, lembaga ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang memerlukan adaptasi dan inovasi.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh Madrasah Tahfidzul Qur'an Nurut Tauhid adalah tuntutan untuk tetap relevan dan kompetitif dalam lingkungan pendidikan yang semakin beragam dan dinamis. Di satu sisi, lembaga ini harus mempertahankan fokus utamanya pada pendidikan tahfidzul Qur'an, namun di sisi lain ia juga harus mampu merespons kebutuhan pendidikan yang lebih luas di masyarakat. Selain itu, perubahan dalam kebijakan pendidikan nasional, tuntutan pasar tenaga kerja yang semakin kompleks, dan ekspektasi masyarakat terhadap kualitas pendidikan menjadi faktor-faktor yang menambah kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh madrasah ini.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Madrasah Tahfidzul Qur'an Nurut Tauhid memutuskan untuk melakukan diversifikasi kelembagaan. Diversifikasi ini dipandang sebagai salah satu strategi yang paling relevan untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, serta untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan lembaga dalam jangka panjang. Diversifikasi kelembagaan pada dasarnya adalah upaya untuk memperluas dan memperkaya jenis program pendidikan dan layanan yang ditawarkan oleh lembaga. Ini mencakup penambahan program-program baru yang tidak hanya fokus pada tahfidzul Qur'an, tetapi juga mencakup pendidikan umum, serta program-program lainnya yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Keputusan untuk melakukan diversifikasi tentu bukan tanpa alasan. Ada berbagai faktor yang mendorong Madrasah Tahfidzul Qur'an Nurut Tauhid untuk mengambil langkah ini. Salah satu alasan utamanya adalah masyarakat kini selain membutuhkan pendidikan agama yang mendalam, mereka juga menginginkan pendidikan yang holistik dan integratif, yang dapat mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan global. Selain itu, diversifikasi juga dipandang sebagai cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di madrasah, menarik minat calon siswa dari berbagai latar belakang yang dapat mendukung keberlanjutan operasional lembaga.

Namun, keputusan untuk melakukan diversifikasi kelembagaan tidak cukup hanya dengan menentukan arah dan tujuan. Proses dan strategi yang diterapkan dalam diversifikasi tersebut juga menjadi aspek penting yang harus diperhatikan. Madrasah Tahfidzul Qur'an Nurut Tauhid harus merancang strategi yang komprehensif dan terukur, yang mencakup berbagai aspek, seperti penyesuaian kurikulum, pengembangan tenaga pengajar, pengelolaan sumber daya, serta kerjasama dengan berbagai pihak eksternal. Setiap langkah dalam proses diversifikasi harus direncanakan dengan cermat agar dapat mencapai hasil yang diinginkan.

Animo masyarakat untuk mendaftarkan anak-anak ke madrasah semakin meningkat setelah mengetahui adanya diversifikasi lembaga yang dilakukan di Madrasah tahfizul Qur’an Nurut Tauhid. Mereka menyadari bahwa lembaga tersebut tidak lagi terbatas pada pengajaran hafalan Al-Qur'an, tetapi juga telah memperkaya kurikulum dengan pengetahuan umum seperti sains dan bahasa asing. Hal ini di mata orang tua sangat penting, karena dengan keterampilan tersebut, anak-anak mereka tidak hanya akan menjadi ahli dalam bidang keagamaan tetapi juga siap bersaing di dunia pendidikan yang lebih luas. Masyarakat percaya bahwa pendidikan yang tidak hanya berfokus pada aspek spiritualitas tetapi juga pengetahuan umum memberikan keuntungan ganda bagi perkembangan anak-anak mereka.

Dengan adanya diversifikasi kelembagaan ini, Madrasah Tahfidzul Qur'an Nurut Tauhid diharapkan mampu menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya unggul dalam pengajaran agama, tetapi juga mampu melahirkan generasi yang siap bersaing di kancah global. Diversifikasi ini diakui sebagai bagian penting dari adaptasi lembaga pendidikan dalam menghadapi perubahan zaman, sekaligus sebagai upaya untuk menjaga relevansi pendidikan Islam di tengah arus modernitas yang terus berkembang. Proses ini tidak hanya menjadikan lembaga lebih tangguh, tetapi juga lebih fleksibel dan inovatif dalam menjawab kebutuhan pendidikan masa depan.

Inilah kemudian yang memotivasi penulis untuk mengambil tema ini, dengan harapan bahwa hasil dari penelitian ini bisa menjadi referensi bagi peneliti berikutnya. Dan penulis juga berharap bisa memberikan kontribusi pemikiran kepada Lembaga - Lembaga Pendidikan islam pada umumnya dan tentunya kepada Lembaga Pendidikan Madrasah Tahfidzul Qur’an Nurut Tauhid Kabupaten Luwu pada khususnya. 

Alasan mengambil metode penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara menyeluruh. Pendekatan ini dilakukan melalui deskripsi yang disajikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam konteks tertentu yang alami, serta memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Penulis mengambil jenis penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif memiliki karakteristik khusus dalam menganalisis masalah. Pertama, peneliti bertindak sebagai instrumen utama dalam mengakses sumber data penelitian. Kedua, data yang dikumpulkan cenderung berupa kata-kata ketimbang angka-angka. Ketiga, penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dibandingkan hasil akhir. Keempat, analisis induktif digunakan untuk mengungkap makna dari fenomena yang diamati. Kelima, pengungkapan makna merupakan inti dari pendekatan kualitatif.

Pendekatan penelitian kualitatif merujuk pada cara-cara yang terstruktur, terencana, dan terprosedur dalam melaksanakan penelitian ilmiah, dengan memanfaatkan semua potensi dan sumber yang telah dipersiapkan. Pendekatan ini sangat dipengaruhi oleh paradigma penelitian, yang merupakan metode pandang yang dipilih oleh peneliti. Pendekatan penelitian memberikan panduan kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Selain itu, pendekatan penelitian berfungsi sebagai panduan untuk kembali ke jalur yang benar ketika peneliti menghadapi kebingungannya dalam proses penelitian

Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dipilih karena pengumpulan data yang bersifat kualitatif diharapkan dapat mengungkapkan dengan jelas seluruh aspek terkait perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan metode peningkatan hafalan di madrasah Tahfidzul Qur’an Nurut Tauhid Kabupaten Luwu.

Proses dan hasil penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti berfungsi sebagai instrumen utama sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti sangat penting, karena peneliti tidak hanya mengamati tetapi juga terlibat langsung dalam proses pengumpulan data. Salah satu karakteristik penelitian kualitatif adalah peneliti yang secara aktif melakukan pengumpulan data sendiri. Dalam konteks penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengamat partisipan atau berperan serta, yang berarti peneliti melakukan pengamatan dan mendengarkan secara mendetail, termasuk memperhatikan aspek terkecil dari fenomena yang diteliti. (Moleong, 2000).

Keberadaan peneliti sangat penting untuk membangun hubungan dengan subjek penelitian. Dalam hal ini, peneliti akan melaksanakan observasi di mana ia secara langsung terlibat dalam aktivitas subjek yang sedang diteliti. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap subjek atau objek penelitian yang relevan.

Keberhasilan suatu penelitian sangat bergantung pada kehadiran peneliti, sebab penelitian kualitatif memerlukan interaksi dan komunikasi yang mendalam untuk memperoleh gambaran yang rinci serta data yang diambil langsung dari objek penelitian. Oleh karena itu, intensitas kehadiran peneliti di lokasi penelitian menjadi sangat penting. Semakin sering dan intens peneliti berada di lapangan, semakin optimal pula hasil penelitian yang akan diperoleh.

Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan tiga teknik pengumpulan data, yaitu:
1.    Wawancara
2.    Observasi 
3.    Dokumentasi

Pada proses penelitian ini juga menggunakan  triagulasi untuk menguji kredibilitas data yang telah dikumpulkan. Triagulasi yang digunakan adalah : 
1.    Triagulasi Teknik
2.    Triagulasi Sumber
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat pula dilihat pada bagan di bawah ini.

gambar-AB.jpg

Selanjutnya penulis melakukan analisi data. Analisis data merupakan langkah kritis dalam penelitian, karena tahap ini adalah bagian penting dari proses penelitian ilmiah. Dalam penelitian kualitatif, model analisis data interaktif sering dipilih. Model ini melibatkan tiga aktivitas utama yang saling berinteraksi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Setelah data direduksi, langkah berikutnya adalah penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan melalui uraian singkat, bagan, diagram alur, atau bentuk lainnya. Penyajian data ini mempermudah pemahaman tentang apa yang terjadi dan merencanakan langkah selanjutnya berdasarkan pemahaman tersebut. Pada tahap ini, data yang telah direduksi diorganisasikan. Awalnya, data disajikan secara terpisah antar tahap, namun setelah kategori terakhir direduksi, keseluruhan data dirangkum dan disajikan secara terpadu. Proses ini dilakukan dengan membuat bagan, tabel, dan diagram untuk membuat data yang ditemukan lebih sistematis. Tujuan penyajian data dalam penelitian ini adalah untuk menemukan makna dari data yang diperoleh dan menyusunnya secara sistematis dari bentuk informasi yang kompleks menjadi sederhana namun tetap efektif.

Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan adalah langkah analisis lanjutan dari reduksi data dan penyajian data untuk memperoleh kesimpulan akhir. Pada tahap ini, peneliti masih memiliki kesempatan untuk menerima umpan balik dan melakukan verifikasi. Kesimpulan sementara dapat diuji kembali dengan data lapangan melalui refleksi ulang dan diskusi dengan rekan sejawat, sehingga kebenaran ilmiah dapat dicapai.

***

*) Oleh: Suriadi Rahmat, Mahasiswa Progra, Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.