TRIBUNNEWS.COM - Departemen Urusan Negosiasi Organisasi Pembebasan Palestina mengungkapkan tindakan Israel yang terus mencaplok wilayahnya untuk permukiman dan aneksasi tanah.
Dalam laporan tertulis yang dikutip dari Anadolu disebutkan bahwa Israel saat ini telah menguasai paksa 44,5 persen wilayah Tepi Barat.
Laporan tersebut juga menyatakan populasi pemukim ilegal di Tepi Barat telah meningkat tiga kali lipat sejak tahun 1995, mencapai sekitar 740.000 pemukim serta 50 pos pasukan IDF.
Sebagai informasi, selama puluhan tahun Israel telah menduduki tanah di Palestina, Suriah, dan Lebanon.
Namun pembangunan permukiman ilegal mulai dilakukan sejak genosida di Gaza dimulai pada Oktober 2023.
Konflik panas di Gaza dengan militan Hamas dimanfaatkan Israel untuk mempercepat perluasan pemukimannya di Tepi Barat dan mengintensifkan diskusi tentang pencaplokan wilayah tersebut sambil menolak pembentukan negara Palestina.
Meski Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap tindakan Israel ilegal menurut hukum internasional.
Namun hal tersebut nyatanya tak cukup mampu membuat Israel berhenti memperluas pencaplokan di wilayah Tepi Barat.
Bahkan PM Menteri Benjamin Netanyahu mendesak Presiden AS Donald Trump untuk mengakui kedaulatan Israel atas Tepi Barat.
Terbaru, Israel memberlakukan kebijakan agresif menambah pasukan serta mengirimkan tank-tank ke wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan militer akan ditempatkan di tiga kamp pengungsi di Tepi Barat utara, dan diperintahkan untuk tetap berada di sana demi mencegah kembalinya penduduk Palestina.
Pengiriman tank dan personel tambahan ke Tepi Barat ini merupakan bagian dari "Operasi Tembok Besi", yakni kampanye militer Israel yang difokuskan di Tepi Barat utara sejak bulan lalu
Katz mengklaim operasi itu dapat menghancurkan benteng-benteng teroris, menetralisir militan, serta menghancurkan infrastruktur bangunan dan gedung senjata teroris dalam skala besar.
Namun Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan pengerahan tank-tank berat Israel merupakan "langkah menuju peningkatan agresi dan perluasan kejahatan terhadap rakyat Palestina, terutama di Tepi Barat dan kamp-kamp pengungsi".
Israel mencaplok wilayah Tepi Barat, atau lebih tepatnya memperluas kontrolnya atas wilayah tersebut, karena Israel menganggap wilayah Tepi Barat, yang berbatasan langsung dengan wilayahnya, sebagai area strategis yang sangat penting untuk pertahanan nasional.
Banyak pihak di Israel yang melihat kontrol atas wilayah tersebut sebagai penting untuk mencegah potensi ancaman militer dari negara-negara Arab atau kelompok-kelompok yang bermusuhan.
Beberapa pemimpin Israel percaya bahwa dengan menguasai Tepi Barat, mereka bisa memastikan keamanan jangka panjang negara mereka.
Sementara menurut kelompok Zionis Religius, melihat Tepi Barat sebagai bagian dari tanah bersejarah yang merupakan tanah warisan bagi bangsa Yahudi.
Mereka percaya bahwa wilayah ini harus berada di bawah kendali Israel karena nilai agama dan sejarahnya.
Bagi mereka, Tepi Barat adalah tanah yang secara historis merupakan bagian dari kerajaan Yahudi di zaman kuno.
Hal ini yang mendorong Israel untuk memperluas pencaplokan atau kontrol lebih besar atas Tepi Barat untuk memperkuat identitas nasional Israel.
(Tribunnews.com / Namira)