Kisah Pilu Salman Terkungkung Online Scam di Kamboja: Disiksa, Tak Digaji, Target Korban Indonesia
Acos Abdul Qodir March 01, 2025 06:32 PM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wajah Salman tampak lelah dan muram saat ia tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada Jumat (28/2/2025) malam. 

Setelah penerbangan panjang dari Thailand, pria asal Selat Panjang, Riau, itu akhirnya kembali ke Indonesia bersama 83 orang lainnya. 

Mereka baru saja tiba di Tanah Air usai diselamatkan oleh pemerintah Indonesia dari jeratan pekerjaan ilegal sebagai penipuan online atau "online scam" di Kamboja dan Myanmar.

Di ruang tunggu Terminal 2F Bandara Soetta, Salman duduk termenung, sesekali menunduk dan berbincang dengan rekan-rekannya. 

Beberapa orang di sekitarnya mengenakan masker, sementara Salman mengenakan bandana merah sebagai tanda identitas kelompoknya. 

Salman sesekali memperhatikan orang-orang disekitarnya yang terdiri dari pejabat Kementerian Luar Negeri, Kementerian Sosial, Bareskrim Polri hingga Interpol.

Sebagai salah satu korban, ia menceritakan perjalanan pahit yang membawanya ke negara-negara tersebut.

Salman menceritakan, awalnya pada April 2024, ia menerima tawaran pekerjaan sebagai marketing dari sebuah platform jual beli online yang menjanjikan gaji besar dan lingkungan kerja yang aman. 

“Saya keluar dari Indonesia itu 22 April 2024. Waktu itu saya dijanjikan jadi marketing Shopee,” kata Salman kepada Tribunnews.

“Iming-imingnya katanya di sana gaji besar, tempat aman, tidak ada melakukan fisik. Tetapi setelah saya sampai di Kemboja memang tidak ada (gaji besar),” sambung dia.

Namun, sesampainya di Kamboja, kenyataannya jauh berbeda.

Di Kamboja, ia dipaksa untuk bekerja sebagai penipu beridentitas sebagai wanita di media sosial, dengan tugas merayu pria di Facebook dan Instagram untuk menjadi korban penipuan. 

“Di sana itu kita bekerja sebagai wanita untuk merayu laki-laki yang ada di Facebook dan Instagram. Kalau di Kemboja itu kemarin saya disuruh untuk dua negara, Indonesia dan Malaysia,” ungkapnya.

Pihak perusahaannya juga menargetkan agar dirinya mengincar orang-orang Indonesia dan Malaysia sebagai korban scam online pekerjaannya.

Namun, justru Salman melakoni pekerjaan itu tanpa gaji. 

“Di Kamboja saya tidak pernah dapet gaji,” ungkapnya mengenang dua bulan penuh penderitaan.

Setelah perusahaan di Kamboja tutup, ia dipindahkan ke Myawaddy, Myanmar, pada Juli 2024. 

Di sana, meski menerima gaji, ia harus memenuhi target yang sangat berat: menipu orang hingga mencapai 4.000 dolar AS (sekitar Rp 66 juta) setiap bulan. Jika gagal, siksaan fisik menjadi hukuman yang tak terelakkan. 

“Saya ditarik sama perusahaan untuk kerja lagi di Myanmar. Sesudah sampai di Myanmar itu saya banyak kena perlakuan fisik,” ujarnya.
Di Myanmar, Salman mendapatkan fee sebesar 25 ribu Baht (sekitar Rp 12 juta), namun uang itu harus dihabiskan di negara tersebut dan tidak boleh dikirim ke Indonesia.

“Harus dihabiskan untuk di situ saja,” ungkapnya.

Dia pun mengaku tidak bisa berbuat banyak dan harus menjalani pekerjaan itu di Kamboja dan Myanmar.

Sebab, perusahaan menaruh denda besar bagi pekerja yang ingin pulang atau kembali ke Indonesia.

“Sistem tidak ada dipaksa, tetapi kalau mau pulang diminta perusahaan harus membayarkan denda. Saya tidak memiliki uang, jadi saya tidak bisa pulang,” ungkapnya.

“Denda kemarin yang waktu di Kemboja itu diminta Rp 80 juta untuk membayar denda supaya bisa pulang,” tandasnya.

Ilustrasi penipuan online
Ilustrasi penipuan online (OverSixty)

Kisah pilu Salman adalah salah satu contoh nyata dari praktek scam online yang menjerat banyak korban. Meskipun tanpa kekerasan fisik yang berat, ia harus menanggung penderitaan emosional dan finansial yang luar biasa. 

Kini, setelah diselamatkan dan kembali ke Indonesia, Salman berharap pengalaman pahit ini menjadi pelajaran bagi banyak orang, terutama generasi muda, untuk lebih berhati-hati dengan tawaran pekerjaan yang terlalu menggiurkan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Kamboja dan Myanmar sering kali disebut sebagai pusat aktivitas penipuan online, khususnya terkait dengan scam yang melibatkan pekerja yang dipaksa bekerja di bawah ancaman kekerasan dan eksploitasi.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.