Proses restorasi Omah Lowo melewati beberapa tahap. Salah satunya adalah mengusir ribuan kelelawar yang menghuni rumah itu tanpa harus menyakiti mereka.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Salah satu tahap restorasi Omah Lowo menjadi Rumah Heritage Batik Keris yang paling memakan waktu adalah mengeluarkan ribuan kelelawar yang puluhan tahun menghuni rumah itu.
Belum lagi membersihkan kotoran mereka yang menempel entah di lantai maupun tembok rumah yang dulu bernama Villa Liberty itu.
Villa Liberty dibangun oleh Shie Dhian Ho, yang merupakan kakek dari Gaitini, pendiri Batik Keris. Dari cerita Andy Rusli, putraLina Tjokrosaputro owner Batik Keris, di masa kecilnya Gaitini sempat tinggal di rumah yang dekat Stasiun Purwosari itu sampai tahun 1940-an.
Singkat cerita, karena satu dan lain hal termasuk peperangan, keluarga Shie Dhian Ho meninggalkan rumah itu. Ada yang ke luar negeri, ada yang ke Surabaya. Gaitini sendiri pindah ke Surabaya.
Sejak itu, Villa Liberty berganti-ganti pemakai dan penghuni. Pernah jadi markas tentara, pernah jadi kantor veteran, pernah jadi kantor pegadaian, dan lain-lain, hingga akhirnya benar-benar ditinggalkan tak berpenghuni.
Karena itulah, Villa Liberty akhirnya menjadi sarang ribuan kelelawar di siang hari karena saban malam mereka sibuk mencari makanan. Dari situlah kemudian bangunan tua itu dikenal masyarakat sekitar sebagai Omah Lowo.
Omah artinya rumah, lowo artinya kelelawar. Omah Lowo, secara harafiah, adalah rumahnya kelelawar.
Hingga kemudian, sekitar 2008-an, Handianto Tjokrosaputro, pemilik Batik Keris, yang merupakan putra Gaitini, ingin memiliki kembali Omah Lowo. Tujuannya adalah menjadikan bangunan tua itu sebagai hadiah untuk ibunya.
Beragama upaya dilakukan tapi gagal terus. Di antaranya karena izinnya tidak jelas, prosesnya ribet, dan lain sebagainya. Ditambah lagi kemudian Gaitini meninggal dunia pada 2013 sehingga upaya mendapatkan kembali rumah itu sempat terhenti.
"Akhirnya Ibu Gaitini meninggal dunia, ayah kami melupakan, karena ibunya sudah tidak ada," cerita Andy.
Tapi sekitar 2014, keinginan itu muncul lagi. Kali ini keinginan tak sebesar sebelumnya. "Yaudah, deh. Ini last chance, dapat syukur, tidak juga tidak apa-apa. Tapi tetap diseriusi hingga akhirnya dapat pada 2015," lanjut pria kelahiran Bandung, 1987, itu.
Tak lama berselang, rencana restorasi pun dicanangkan, tapi terhalang beberapa persoalan. Mulai dari persoalan status Cagar Budaya yang dimiliki bangunan tersebut hingga persoalan-persoalan lainnya -- status Cagar Budaya itu juga membuat bangunan itu terbengkalai sekian lama karena sebagian yang mengaku mengakuisisi ingin mengubah bentuk bangunannya, entah untuk hotel atau bangunan lainnya.
Tapi persoalan-persoalan itu bisa dilewati oleh Batik Keris yang memang dari awal tidak ingin mengubah bentuk bangunan Omah Lowo."Dari sisi Batik Keris,kita ingin merestorasi sesuai original. Untuk meyakinan pemerintah kota, kita mengundah para ahli sejarah untuk mempelajari dulu rumah ini, bahkan mereka sampai menelusurinya hingga ke Belanda -- karena perancang rumah ini adalah orang Belanda," cerita Andy.
Selain itu, Batik Keris juga berhasil menghadirikan foto-foto lama yang menandakan bahwa Batik Keris adalah keturunan dari pemilik pertama Omah Lowo. Setelah setahun proses pengumpulan dokumen, pemerintah akhirnya memberi izin restorasi.
"Cumasyaratnya kita harus membangun semirip mungkin seperti originalnya. Dari 2016 kita sudah mulai perlahan-lahan bersihkan, karena kondisinya kotor sekali," tambah Andy. "Bisa dibayangkan, puluhan tahun ditinggal, atapnya tidak ada, lalu ada ribuan kelelawar, tinggal di sini, itu kotorannya sudah berapa puluh sentimeter."
Awalnya pihak Batik Keris sudah siap mengganti seluruh lantai dan tembok Omah Lowo. Tapi setelah dibersihkan, puluhan sentimeteri di bawah kotoran kelelawar itu terdapat keramik kuno yang begitu indah. "Seperti bertemu harta karun," tutur Andy.
Karena adanya keramik itulah proses pembersihkan berjalan sangat pelan dan penuh kehati-hatian. Karena jika terburu-buru takutnya malah keramiknya yang jadi korban. "Selain itu kita nggak tahu itu (kotorannya) seberapa dalam," tambah Andy.
Proses restorasi tertolong karena masih banyak bagian rumah yang masih original, meskipun usianya sudah seratusan tahun. Tentu ada yang sudah hancur, terutama pada bagian plafon dan atap yang sudah bolong sama sekali yang dijadikan sebagai jalan kelelawar keluar-masuk.
Tak hanya di atas plafon, kelelawar juga berada di bagian rumah lainnya. "Itulah kenapa kotorannya banyak sekali dan tebal sekali," cerita Andy lagi.
Di antara bagian yang masih utuh adalah teralis-teralis rumah. Ada juga kaca dengan huruf inisial nama keluarga (S.D.H) dan tulisan "Villa Liberty". Pintu juga ada yang masih utuh, ada juga yang sudah harus diganti.
Salah satu pekerjaan rumah paling memakan waktu dalam proses restorasi adalah memindahkan kelelawar dari Omah Lowo. Apalagi pihak Batik Keris berpegang pada prinsip mereka ingin mengusir ribuan kelelawar itu tanpa harus menyakit.
Untuk langkah awal, Batik Keris memanggil pakar dan pawang kelelawar untuk mempelajari tabiat hewan nokturnal itu. Dari mereka akhirnya diketahui bahwa kelelawar punya waktu migrasi pada bulan-bulan tertentu.
"Ketika kelelawar pindah, segera kami tutup seluruh bagian bangunan dengan net, dengan jaring. Semua lubang kami tutup, semua bagian gedung. Sehingga ketika mereka kembali sudah tidak bisa masuk lagi. Akhirnya mereka mencari tempat baru," tambah Andy.
Setelah proses restorasi selesai, Omah Lowo akhirnya dibuka kembali pada 20 Oktober 2020 sebagai Rumah Heritage Batik Keris. Batik Keris mengaku tidak memerlukan cara khusus untuk mengubah image Omah Lowo yang sekian lama dikesankan horor dan angker.
Andy mengakui bahwa hampir semua bangunan lama tak mungkin lepas dari kesan itu. Dia pun mencotohkan beberapa tempat di Solo yang identik dengan kesan itu, salah satunya adalah Solo Paragon.
"Tapi saya raya,setelah renovasi total, penerangan cukup, lalu ada puluhan staf menempati ini setiap hari, ribuan pengungunjung datang ke sini setiap bulan, saya rasa atmosfirnya sudah berubah ya. Kami juga sering mengadakan acara hingga malam hari," jelas Andy.
Secara tidak langsung, kesan horor dan angker itu pergi dengan sendirinya. Dan benar saja, Omah Lowo alias Rumah Heritage Batik Keris kini menjadi salah satu tempat favorite yang banyak dikunjungi di Solo.
Begitulah riwayat Omah Lowo yang penuh dengan kesan angker menjadi Rumah Heritaga Batik Keris yang penuh dengan gemerlap lampu. Jika tidak percaya, silakan datang berkunjung ke dalamnya!