TRIBUNNEWS.COM - Raut wajah Koko Kuncoro tampak berbinar sembari meladeni para penikmat soto ayam di warungnya.
Empat mangkok racikan khas menu soto dengan suwiran ayam itu secara bergiliran dihantarnya di meja pertama.
Sementara, meja makan lainnya yang diisi para anak muda masih menunggu giliran.
"Monggo, Mas, Mbak, disekecaaken (silakan dinikmati, Red)," jelasnya menyiapkan hidangan berbuka puasa pada Selasa (4/3/2025) sore.
Koko masih terbawa momen bahagia di mana dagangannya laku keras diborong oleh para suporter bola yang menyaksikan laga final Liga 2 antara PSIM Yogyakarta vs Bhayangkara FC.
Bukan kepalang senangnya, jualannya habis imbas kemenangan 2-1 PSIM atas Bhayangkara.
Saat itu Rabu (26/2/2025) sore, Stadion Manahan Solo yang menjadi lokasi pertempuran kedua tim seakan menjadi jembatan berkah Koko, juga ratusan pedagang Shelter Manahan.
Omzet mereka meningkat tajam dibanding hari biasa.
Bisa dua sampai tiga kali lipat jumlahnya.
Apalagi PSIM yang didukung penuh suporter setianya, yakni Brajamusti, hadir langsung di stadion lantaran tak jauh untuk melaju dari Yogyakarta.
"Sebelum dan sesudah pertandingan mereka jajan mampir ke shelter, kami para pedagang pun untung banyak," ungkap pria yang juga sebagai Ketua Paguyuban Pedagang Shelter Manahan ini.
Adapun ia mengakui, event yang selalu diadakan di Stadion Manahan membawa berkah bagi pedagang shelter.
Tak hanya event sepak bola Liga 2, event Liga 1 Indonesia juga dinantikan setiap tim kebanggaan Kota Solo, yakni Persis Solo, menjamu lawan.
Hal ini lantaran suporter lawan yang datang dari luar kota pasti menyempatkan diri menepi ke shelter Manahan untuk menikmati kuliner Kota Bengawan.
Bicara omzet per hari, berkat event final Liga 2 contohnya, ia mendapat jutaan rupiah.
"Karena lapak saya dekat akses masuk pintu barat stadion, untung saya, omzet meningkat tiga kali lipat dari hari biasa sekitar Rp 400 ribuan," papar dia.
Senasib, Haryanto penjual tahu kupat di kawasan tersebut juga tak melewatkan kesempatan jika ada pertandingan sepak bola digelar di Stadion Manahan.
Sedari pagi ia sudah bersiap mengolah bahan baku agar siang atau sore harinya selalu siap menyajikan makanan kala diserbu suporter bola.
"Perbandingan bisa mencapai 50 persen. Hari biasa pendapatan kotor bisa sekitar Rp 300-400 ribu, tapi kalau ada (pertandingan) bola bisa mendapatkan 50 persen lebih banyak," ujar pria yang akrab disapa Mas Har.
Pada partai final PSIM vs Bhayangkara FC di Stadion Manahan, jumlah penonton yang hadir mencapai angka 58 ribu menurut data Transfermarkt.
Demikian tentunya berdampak pada para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sekitar yang mengandalkan hasil harian dari berjualan, seperti kisah Koko Kuncoro dan Haryanto di atas.
Pelaku UMKM membutuhkan pihak-pihak tertentu untuk mengembangkan produk dan dagangan mereka.
Bisa dalam bentuk permodalan, proses produksi, packaging, hingga pemasaran yang bisa mencakup skala lebih besar bahkan internasional.
Menurut Founder Creative Space Solo, Joko Purwono, yang intens bergerak di bidang UMKM kota Solo, industri sepak bola dengan pelaku UMKM sangat berkorelasi.
Pelaku UMKM yang terlibat di dalamnya tidak hanya dari bidang makanan, tetapi bisa melebar ke bidang fesyen.
"Sangat berkorelasi sebenarnya. Di UMKM ini kan ada industri yang bergerak di bidang fashion, kerajinan, dan makanan. Seperti sepak bola di Stadion Manahan itu ada stand-stand kulinernya yang sebelumnya sudah dikurasi, kemudian teman-teman UKM bisa menyediakan merchandise-nya, seperti shall. Kemudian bisa kaos dan jaket," jelas Joko diwawancarai pada Selasa (4/3/2025).
"Kalau UKM kerajinan bisa menyediakan suvenirnya. Jadi memang sangat terkorelasi," sambungnya.
Atau misalkan ada tamu atau suporter yang ingin berwisata di daerah tersebut, juga bisa menyediakan jasa porter untuk membawa mereka ke tempat wisata, kuliner, dan tempat oleh-oleh.
Jadi, selain kompetisi yang maju dengan meningkatkan animo masyarakat untuk datang ke stadion, tetapi juga meningkatkan perekonomian daerah karena akan terjadi transaksi.
Joko berharap, Lembaga, pemerintahan, dan pelaku UMKM ke depannya dapat bersinergi dengan baik sehingga bisa memperluas jangkauan terhadap produk yang diperjual belikan.
Tidak hanya di Solo, tetapi juga daerah-daerah lainnya yang menjadi venue kompetisi pertandingan.
"Harapan saya ke depan tentu sinergi ini semakin dikembangkan, semakin diperluas. Bahkan tidak hanya di Kota Solo, tetapi juga melebar ke daerah lainnya," bebernya.
Joko mencontohkan, Solo yang ditopang oleh beberapa kabupaten, seperti Karanganyar sudah menjadi aglomerasi Solo Raya. Jadi, bisa lebih banyak melibatkan UMKM dan stakeholder terkait untuk membantu UKM tersebut.
Dengan begitu, haparannya bisa menstimulus pelaku UMKM agar semakin kreatif untuk bersaing.
"Sekarang kita sudah bicara aglomerasi Solo Raya, jadi bisa semakin banyak melibatkan UMKM kemudian nanti bisa semakin banyak stakeholder yang membantu UMKM."
"Menstimulus teman-teman UKM bisa menscale-up produknya, kualitasnya, karena sangat banyak akses dan bantuan dari pemerintah saat ini. Jadi bisa saling simbiosis mutualisme, bisa saling menguntungkan," urainya.
Keberadaan Liga 2 yang disponsori oleh Pegadaian terbukti membawa manfaat bagi para pedagang, khususnya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Melalui program Pegadaian Peduli, PT Pegadaian telah dua tahun berturut-turut menjadi pendukung utama penyelenggaraan Liga 2, kompetisi sepak bola kasta kedua di Indonesia.
EVP Marketing PT Pegadaian, Yudi Sadono, menuturkan dukungan Pegadaian terhadap Liga 2 memberikan dampak positif terhadap perkembangan kompetisi tersebut.
"Untuk musim kompetisi 2024/2025, kami melihat adanya kemajuan signifikan dalam penyelenggaraan, baik dari segi format maupun aspek lainnya," ungkapnya saat dihubungi pada Minggu (2/3/2025).
"Antusiasme penonton yang luar biasa, seperti yang terlihat di final di Stadion Manahan yang penuh dengan suporter PSIM, menjadi kebanggaan tersendiri. Tahun ini penyelenggaraan lebih baik, dan semua tim peserta Liga 2 menunjukkan performa terbaik mereka untuk meraih promosi ke kasta yang lebih tinggi," lanjutnya.
Yudi menambahkan, Pegadaian tidak hanya ingin mendukung perkembangan sepak bola nasional, tetapi juga membantu meningkatkan pendapatan UMKM.
Sebagai sponsor, Pegadaian berharap keikutsertaannya dapat mempererat hubungan dengan pelaku usaha mikro, mengingat saat ini perusahaan tergabung dalam holding bersama BRI dan PNM di sektor Ultra Mikro (UMi), yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan usaha kecil dengan layanan yang lebih efisien.
"Kami ingin turut serta dalam meningkatkan pendapatan UMKM yang terlibat dalam setiap pertandingan yang berlangsung. Dengan adanya penonton dan suporter yang hadir, aktivitas UMKM di sekitar lokasi pertandingan pun semakin menggeliat," jelasnya.
Holding Ultra Mikro (UMi), yang terdiri dari BRI, Pegadaian, dan Permodalan Nasional Madani (PNM), telah berperan besar dalam memperluas akses layanan keuangan bagi pengusaha mikro dan ultra mikro di Indonesia.
Per Desember 2024, Holding UMi telah melayani 183 juta nasabah simpanan mikro dan ultra mikro serta 35,9 juta nasabah pinjaman, dengan total penyaluran kredit mencapai Rp626,6 triliun.
Selain itu, layanan Holding UMi juga telah diperluas melalui 1.032 outlet Sentra Layanan Ultra Mikro (SenyuM) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, menegaskan selain memberikan pembiayaan, Holding UMi juga aktif dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan bagi segmen ultra mikro.
Dengan inovasi layanan dan sinergi dalam ekosistem usaha kecil, Holding UMi optimistis dapat terus mendorong pemberdayaan UMKM sebagai bagian dari upaya memperkuat perekonomian nasional.
BRI sendiri telah menerapkan strategi pemberdayaan nasabah UMi melalui tiga tahap, yakni empower, integrate, dan upgrade.
Pada tahap awal, PNM membantu kelompok masyarakat pra-sejahtera agar dapat menjadi pengusaha mandiri.
Selanjutnya, nasabah yang mengalami perkembangan usaha dapat mengakses layanan perbankan yang lebih luas, seperti asuransi BRI atau produk gadai Pegadaian.
Pada tahap terakhir, nasabah yang telah berkembang lebih jauh dapat memanfaatkan produk kredit komersial BRI untuk memperbesar skala usaha mereka.
Ke depan, BRI tetap berkomitmen dalam menghadirkan layanan keuangan yang inklusif dan berkelanjutan, sejalan dengan perannya sebagai penggerak ekonomi rakyat.
Hingga akhir 2024, total kredit UMKM yang telah disalurkan BRI mencapai Rp1.354,64 triliun, meningkat 6,97 persen secara tahunan (YoY), dengan 81,97?ri total kredit tersebut disalurkan kepada segmen UMKM.
(*)