Pidato Pertama Setelah Menjabat, Koster Soroti Praktik Prostitusi di Bali hingga Beli Aset Pakai Nama Warga Lokal
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Gubernur Bali, I Wayan koster menegaskan bahwa pembangunan di Bali 5 tahun mendatang akan berlandaskan Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Yakni berlandaskan pada pesan leluhur warisan nenek moyang kesimbangan antara alam dan manusia.
Berdasarkan Data provinsi Bali sampai tahun 2024 jumlah kecamatan di bali (57) jumlah Desa Adat (1500), jumlah Desa (636) jumlah kelurahan (80).
Luas wilayah Bali 5.590 km2, 0,1 persen dari luas wilayah Indonesia 5.180.053 km2, jumlah penduduk Bali dengan 4.4 juta jiwa.
Atau sekitar 1,6?ri penduduk Indonesia dan pertumbuhan penduduk Bali pertahun sebesar 0,66?ndrung melambat.
Melalui pembangunan semesta berencana dalam era baru untuk memujudkan kesehjatraan masyarakat bali, yang mengandung makna.
Menjaga kesucian dan menjaga keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama Bali, yang sejahtera dan bahagia niskala-sekala menuju kehidupan krama dan gumi Bali sesuai dengan prinsip Triksakti Bung Karno.
Berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan melalui pembangunan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah dan terintegritas dalam bingkai negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila 1 juni 1945.
“Keberhasilan ini merupakan anugerah luar biasa dari sang hyang widhi wasa, ida betara sesuhunan Ida dalem raja raja Bali."
"Guru guru suci, lelangit, dan leluhur bali, oleh karena itu pembangunan Bali tidak boleh keluar dari koridor wejangan."
"Leluhur yang telah diwariskan kepada kita,” tegas Koster menggarisbawahi filosopi sad kherti sebagai pondasi pembangunan Bali.
Mencakup penyucian dan pemuliaan enam elemen utama kehidupan atma, segara kerthi danu kerthi wana kherti jana kherti dan jagat kherti.
Permasalahan dan tantangan Bali ke depan selain memberi manfaat positif bagi kesejahteraan dan kebahagiaan .
Kehidupan masyarakat Bali, pembangunan Bali juga menimbulkan permasalahan terhadap alam, manusia, dan kebudayaan Bali.
“Ingatlah pesanku wahai anak-anakku sekalian di kemudian hari jagalah klestarian alam jangan sekali-kali kita hidup."
"Dengan merusak alam, jika kita tidak mematuhi kita akan terkena kutukan, pangan dan air langka umur pendek penyakit merajalela."
"Jangan sekali-kali hidup senang dari merusak alam dan perpecahan di antara sesama saudara,” kata koster mengutip lontar.
Dalam pidatonya kali ini, Koster juga menyoroti berbagai tantangan yang harus segera ditangai, alih fungsi lahan ancaman kesediaan air bersih, kasus narkoba.
Prostitusi dan praktik pembelian aset menggunakan nama warga lokal oleh pihak asing “Bali harus kita jaga agar tetap menjadi Padma bhuwana. Pusat seperitual dunia, bukan sekedar destinasi wisata yang dieksploitasi,” ucap koster.
Selain itu memastikan regulasi yang melindungi kepentingan rakyat Bali, termasuk kebijakan pembatasan kepemilikan properti oleh pihak asing.
Alih fungsi lahan sawah terus meningkat, sampah semakin banyak kerusakan ekosistem lingkungan, ancaman keserdiaan air bersih.
Dan kemacetan semakin tinggi serta terjadinya kesenjangan ekonomi wilayah sarbagita dan luar Sarbagita.
Kapasitas infrastruktur dan transportasi publik jauh dari memadai kesempatan berusaha masyarakat lokal Bali harus semakin tinggi.
“Pembangunan Bali harus sesuai dengan jati diri kita, kita tidak boleh kehilangan identitas karena godaan investasi yang hanya mengeskploitasi tanpa memberi manfaat nyata bagi masyarakat Bali,” tegas koster.
Ia juga mengajak masyarakat bali untuk bersatu menjaga keharmonian dengan gotong royong sesuai ajaran leluhur.
Mewujudkan Bali Berkepribadian dalam kebudayaan dengan arah kebijakan memperkuat dan memajukan desa adat.
Mengembangkan tata kehidupan yang harmonis bersumber dari nilai-nilai kearifan local Sad Kerthi
“Bali bukan hanya tanah tempat kita tinggal, tetapi wrisan suci yang harus kita jaga mari kita bangun bali dengan hati.
Dengan kearifan local dan dengan kesetiaan pada pesan para leluhur,” tambah Koster. (I Kadek Bayu Artawan)