BANJARMASINPOST.CO.ID - Punya nama unik, batang lapuk, penganan khas Melayu ini ternyata masih memiliki banyak peminat.
Kue batang lapuk atau biasa disebut kue jabuk menjadi jajanan yang cukup populer, terutama di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Memiliki ciri khas tekstur seperti namanya, kue batang lapuk sangat rapuh dan lumer, serta manis saat dimakan ditambah gurih, membuat jajanan ini cukup diminati.
Salah satu pembuat dari Usaha Kecil Menengah (UKM) Double R Kitchen milik Lara Messati (36) warga Kandangan, HSS.
Pada umumnya, kue yang dapat dijumpai di toko oleh-oleh ini memiliki nama dan resep berbeda-beda setiap daerah.
Begitu juga dengan bahan untuk pembuatan kue ini, tidak terlalu sulit untuk dicari, tetapi cita rasanya yang gurih dan lumer, serta manis, membuat penyuka kue jajanan wajib untuk mencobanya.
Ditemui, Jumat (28/2) lalu, Lara Messati mengaku, hanya membuat kue batang lapuk sesuai permintaan dan pesanan saja (open order). Ibu rumah tangga ini pun, mengaku hanya sendiri membuat kue kering ini, tetapi apabila pesanan cukup banyak, baru dibantu oleh kerabatnya.
Pembuatannya pun, tidak menentu, hanya menunggu pesanan ataupun saat ada orderan. “Kadang ada teman atau pembeli yang minta dibuatkan, baru kita buatkan. Sebab terkadang ada pembeli sekitar Kandangan atau teman di Banjarmasin yang memesan, baru dibuatkan,” kata Lara.
Meski demikian, kue miliknya bikinan Lara ini, pernah dipesan dari Pemerintah Kabupaten HSS untuk keperluan di acara momentum Hari Jadi HSS.
Dijual per toples, dari harga Rp 15.000 dan Rp 20.000, Lara sudah membuat kue ini, sejak 2016-an. Mulai melengkapi perizinannya, sekitar 2022 pembelian terus meningkat. “Saat Hari Jadi HSS kemarin, sampai menerima pesanan 500 toples,” tambahnya.
Kini Lara, masih memikirkan secara matang untuk menjual dan memproduksi kue miliknya tersebut dengan skala besar.
Apalagi penggunaan untuk pembuatan kue batang lapuk menggunakan bahan-bahan yang terbilang mudah dan murah.
Namun diakuinya, dalam hal proses pembuatannya yang harus bersabar, dan memakan waktu dan terbilang lumayan ribet. “Bahan-bahan utama, seperti tepung terigu, tapioka, margarin, air dan garam, kemudian ditambah nanti gula tabur,” katanya.
Pembuatan dalam satu kilogram bahan, memakan waktu sekitar tiga jam, sebab Lara dalam proses pembuatannya masih manual menggunakan rolling pin (tongkat penggilas). “Sempat menggunakan mesin yang manual, tapi sepertinya agak beda jadinya, sehingga masih tetap dengan cara manual,” ungkapnya.
Sedangkan untuk pemasaran, tidak jarang juga jajanan kue batang lapuk direkomendasikan oleh Pemerintah Kabupaten HSS. Apalagi, produk milik Lara ini telah memiliki perizinan.
Jelang Lebaran, konsumen pun melonjak. Mereka berdatangan ke Lara, baik pribadi maupun dari kantor pemerintah.
“Ini saja, sudah ada menerima pesanan dari salah satu kantor dinas,” katanya. (Banjarmasinpost.co.id/Adiyat Ikhsan)