Profil Ustaz Hasan Makarim, Setia Dampingi Napi yang Akan Dieksekusi Mati di Lapas Nusakambangan
Okki Margaretha March 10, 2025 11:34 AM

Grid.ID – Bagi masyarakat awam, nama ustaz Hasan Makarim mungkin masih asing di telinga. Sebab, ustaz yang satu ini terbilang jarang sekali tampil di layar kaca, pun menjadi bintang tamu dalam sebuah podcast milik pesohor negeri seperti ustaz yang lainnya.

Namun, sosok ustaz Hasan Makarim sangat karib bagi ribuan warga binaan, yang sampai saat ini tinggal di Lapas Nirbaya atau Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Pasalnya, ustaz Hasan Makarim rutin mendatangi Lapas Nusakambangan, untuk mendampingi warga binaan dan memberikan penguatan spiritual.

Selama lebih dari 30 tahun lamanya, ustaz Hasan Makarim mengabdikan diri di Lapas Nusakambangan. Bukan untuk mencari nama atau kepopuleran, sebaliknya, sang ustaz mengaku ingin sama-sama jalan berdampingan dengan penghuni lapas yang dikenal memiliki penjagaan ketat itu.

“Saya melihat warga binaan atau napi itu saudara kita,” kata ustaz Hasan Makarim, saat jadi bintang tamu acara Rumpi No Secret TransTV, Minggu (9/3/2025).

“Meski mereka tinggal di lapas, jangan hanya dilihat dari masa lalunya saja,” pesan sang ustaz kelahiran 66 tahun yang lalu itu.

Bagi ustaz Hasan, dari ratusan warga binaan yang ditemuinya, nyaris semuanya berperilaku baik selama berada di lapas. Ustaz Hasan juga meyakini jika, tak sedikit dari mereka yang sudah memilih jalan kebaikan dan menyadari perbuatan buruk yang pernah mereka lakukan di masa lampau.

Alhasil, sebagai orang yang mendalami ilmu agama sekaligus akademiknya, ustaz Hasan membantu para warga binaan untuk mengelola hal-hal negatif dalam diri. Tujuannya, agar mereka bisa berubah menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi, jika nanti berkesempatan untuk keluar dari lapas.

“Saat saya masuk ke sana, saya banyak mendapat cerita, banyak dari mereka yang bukan murni kriminal, bisa dari lingkungan,” kata ustaz Hasan.

“Sebenarnya, mereka menyimpan energi positif dengan luar biasa juga, cuman belum dikelola dengan baik saja,” kata sang ustaz yakin.

Kehadiran ustaz Hasan di Lapas Nusakambangan menjadi spesial setiap kali bulan Ramadan tiba. Sebab, ustaz Hasan yang datang seminggu dua kali ini kerap memberikan kultum menjelang berbuka puasa.

Tak hanya itu, ustaz Hasan juga menyebut jika selama puluhan tahun keluar dan masuk lapas untuk bertemu dengan warga binaan, ia bisa panen pengalaman. Lebih dari itu, ustaz Hasan juga bisa melatih kesabarannya saat menghadapi berbagai macam narapidana yang ada di sana.

“Ini pekan pertama (Ramadan) hari Selasa dan Kamis ke sana,” katanya.

“Ada kepuasan membuat orang lain yang katagori kelam masa lalunya, itu berkesan, bisa berbagi pengalaman buat saya, saya juga belajar sekolah tingkat kesabaran lebih tinggi lagi,” aku ustaz Hasan.

Salah satu pengalaman hidup paling berharga bagi ustaz Hasan adalah ketika ia dipercaya oleh pihak lapas, untuk mendampingi para narapidana muslim, yang akan menjalani hukuman tertinggi, yaitu eksekusi mati. Tentu, hal itu bukan hal yang mudah, namun sebagai seorang ustaz, Hasan Makarim tentu tetap harus memberikan pendampingan terbaik.

“Saya melakukan penguatan fisik dan mental. Kalau fisik bisa dengan herbal, kalau mental dengan dzikir, doa, ibadah tambahan,” katanya.

“Saya harus terhindar dari galau, karena kita mendampingi orang-orang yang dalam posisi galau, jadi kita harus semangat, fight, kitanya harus lebih kuat,” ujar ustaz Hasan.

“Saya harus berangkat pagi, pulang jam 00.00 malam, sampai selesai eksekusi, baru pulang keesokan paginya lagi,” katanya.

“Alhamdulillah saya dikasih sehat, dari pagi ketemu pagi baru turun (keluar dari lapas Nusakambangan). Alhamdulillah saya sehat.”

Bolak-balik ke Cilacap untuk mengunjungi dan mendampingi para napi, rupanya ustaz Hasan tak mengandalkan apapun dari siapapun, termasuk soal akomodasi. Sebaliknya, para napilah yang biasanya meminta kepada ustaz Hasan, untuk dibawakan berang-barang keperluan mereka.

“Betul (tidak ada sponsor),” kata ustaz Hasan

“Malah, kalau mereka butuh sesuatu itu saya carikan,” katanya.

“Ada kalimat salah satu santri binaan, saya ditanya ‘kapan pak ustaz jalan-jalan ke Sumatera Barat?’, itu tandanya minta nasi padang, ya kadang (sediakan) 500 atau 300 sesuai jamaah masjid buka puasa di sana,” katanya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.