TIMESINDONESIA, MALANG – Apa yang dimulai dari kepedulian saat pandemi COVID-19 kini telah berkembang menjadi gerakan sosial yang bertahan hingga tiga tahun. Rumah Makan Rakyat, yang awalnya hanya dapur umum, kini menjadi tempat berbagi bagi mereka yang membutuhkan.
Gerakan ini berawal ketika pandemi membuat banyak orang kesulitan mendapatkan makanan. Sebuah komunitas bernama Pesantren Bisnis Indonesia pun mengambil inisiatif membuka dapur umum dan membagikan makanan gratis bagi warga terdampak.
Saat bulan Ramadan, mereka menyediakan menu berbuka puasa setiap hari. Namun, setelah Ramadan berlalu, muncul pertanyaan: apakah aksi sosial ini akan berlanjut?
Di tengah kebingungan itu, Budi Ardiansyah salah satu penggagas gerakan bersama komunitas Xbank tergerak untuk mempertahankan apa yang sudah mereka lakukan. .
"Sebenarnya, ide mendirikan Rumah Makan Rakyat sudah lama ada. Ketika ada potensi kebaikan, saya tidak berpikir panjang. Saya yakin, sekecil apa pun kebaikan, pasti akan melahirkan kebaikan lain," ujar Budi Ardiansyah atau yang akrab disapa Ardi saat ditemui TIMES Indonesia awal Maret 2025.
Rumah Makan Rakyat didirikan oleh delapan hingga sembilan orang yang bukan dari kalangan kaya, tetapi memiliki tujuan hidup yang sama: berbagi kebaikan. "Kami melihat ini sebagai kesempatan untuk mendulang pahala dan menabung bekal untuk kehidupan setelah mati," tambah Ardi yang menyediakan ruko miliknya di Jalan Terusan Sulfat, Blimbing, Kota Malang sebagai tempat Rumah Makan Rakyat.
Pada awalnya, mereka mengandalkan uang pribadi yang dikumpulkan bersama. Namun, seiring waktu, semakin banyak donatur yang ikut berbagi rezeki. "Alhamdulillah, sekarang sudah ada beberapa donatur yang membantu. Kami sangat bersyukur," kata Ardi.
Dampak keberadaan Rumah Makan Rakyat benar-benar dirasakan masyarakat. Salah satu kisah yang membekas datang dari seorang pengemudi ojek online (ojol) yang menjadi pelanggan tetap.
"Suatu hari, beliau datang menemui saya, mengucapkan terima kasih. Uang yang biasanya dipakai untuk sarapan, sejak makan di sini, bisa ditabung oleh istrinya. Setelah empat hingga lima bulan, tabungan itu cukup untuk membelikan sepeda bagi anaknya," cerita Ardi. "Bagi kami, satu piring makan mungkin terlihat kecil, tapi bagi beliau, itu luar biasa. Dan itu kepuasan tersendiri bagi kami."
Kisah-kisah semacam ini menjadi penyemangat bagi para pengelola Rumah Makan Rakyat. Mereka percaya bahwa kebaikan sekecil apa pun bisa memberi dampak besar bagi orang lain.
Kini, memasuki tahun ketiga, Rumah Makan Rakyat terus bertahan dan melayani. Pada Bulan Ramadan tahun ini, Rumah Makan Rakyat terus berbagi kasih dengan membagikan makan berbuka kepada pengedara ojek online, atau siapapun yang melintas. Sebuah bukti bahwa kepedulian dan semangat berbagi mampu menggerakkan perubahan. (*)